SUKU BATAK merupakan suku yang berasal dari Sumatera Utara dari rumpun etnis yang mendiami sebagian besar wilayah di beberapa kabupaten di Sumatera Utara seperti Kabupaten Karo, Dairi, Simalungun, Asahan, dan Tapanuli Utara.
"Suku Batak menjadi suku bangsa terbesar ketiga di Indonesia setelah Suku Jawa dan Suku Sunda," kata Ir Mangasa Panjaitan MS.i, Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Batak Riau (IKBR) 2022-2027 dalam bincang-bincangnya belum lama ini.
Menurutnya, suku batak dibagi menjadi 6 subsuku atau yang disebut dengan istilah Puak. Subsuku dari Suku Batak yaitu Suku Batak Toba, Karo, Angkola, Mandailing, Pakpak, dan Simalungun.
Seperti tertera dalam buku suku-suku bangsa di Sumatera karya Giyanto, nenek moyang dari Suku Batak merupakan kelompok Proto Melayu atau yang biasa disebut juga sebagai Melayu Tua.
Pada mulanya kelompok Proto Melayu berasal dari Asia Selatan. Lalu kemudian mereka bermigrasi ke Indonesia melalui Pulau Sumatera lewat Semenanjung Malaya.
Setelah sampai di Pulau Sumatera, kelompok tersebut menetap di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara.
Kemudian, kelompok tersebut membuat permukiman di Sianjur mula-mula. Seiring berjalannya waktu, permukiman ini berkembang dan menyebar ke wilayah di sekitarnya.
Tetapi mengenai asal-usul dan sejarah Suku Batak memang terkadang menimbulkan kerancuan karena terdapat banyak versi. Hal ini diduga karena minimnya catatan sejarah dan literatur yang ditemukan, sehingga asal-usul dari suku ini belum dapat dipastikan sepenuhnya.
Mangasa Panjaitan yang juga sebagai Sekretaris Umum Punguan Raja Panjaitan Dohot Boru [PRPB] Provinsi Riau ini mengakui, suku batak dibagi ke dalam 6 sub suku atau Puak. Setiap Puak memiliki nama-nama marganya masing-masing.
Hal ini berkaitan dengan sistem kekerabatan dan berfungsi untuk memberi tanda adanya tali persaudaraan pada orang Batak yang bermarga dari Puak yang sama.
Orang batak juga menganut paham patrilineal yaitu paham garis keturunan bapak sehingga jika terdapat seorang anak dari Suku Batak yang lahir maka akan mengikut marga dari sang ayah.
"Hingga saat ini terdapat hampir 500 marga suku batak. Sehingga setiap Puak memiliki banyak marga."
"Bagi orang batak, sangat penting untuk mengetahui asal-usul atau dari keturunan mana orang tersebut berasal. Untuk mengetahui hal ini suku batak menggunakan Tarombo atau silsilah garis keturunan," kata Mangasa Panjaitan yang juga dan mantan dosen Universitas Riau [UNRI] ini lagi.
Menurutnya, dengan menggunakan Tarombo, maka akan diketahui dari garis keturunan mana seseorang berasal dan bagaimana posisinya pada marga tersebut serta dapat dirunutkan juga asal-usul keturunan orang tersebut hingga sampai pada si Raja Batak.
Bahasa batak terbagi ke dalam beberapa logat tergantung dari Puak mana ia berasal. Macam-macam logat yang dimiliki Suku Batak yaitu:
Sementara untuk agama atau kepercayaan yang dianut, saat ini sebagian besar suku batak menganut agama Kristen Protestan dan sebagian lainnya Katolik dan Islam.
Selain itu, pada sebagian kecil suku batak ada juga yang menganut kepercayaan tradisional yaitu agama Parmalim. Namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, penganut agama tradisional pun semakin berkurang.
Salam khas batak
Orang batak dikenal sebagai suku yang suka memberi salam khusus tiap bertemu orang lain khususnya sesama orang batak.
Karena suku batak terdiri dari beberapa puak, maka tiap puak batak tentunya memiliki salam khasnya masing-masing.
Beberapa salam yang biasa di ucapkan oleh masing-masing Puak diantaranya;
“Njuah-juah Mo Banta Karina!”
Salam khas Suku Batak Karo
“Mejuah-juah Kita Krina!”
Salam khas Suku Batak Toba
“Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!” atau “HorasTondi Matogu, Pir Ma Tondi Madingin!"
Salam khas Suku Batak Simalungun
“Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”
Salam khas Suku Batak Mandailing dan Angkola
“Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”
Meskipun nampak berbeda, ternyata salam dari masing-masing puak batak di atas kurang lebih memiliki arti yang sama yaitu, kiranya kita semua dalam keadaan selamat dan sejahtera.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa salam yang diucapkan oleh orang batak ketika bersua adalah sebuah harapan dan doa akan kebaikan agar senantiasa selamat dan sejahtera.
Begitupun rumah adat suku batak dinamakan Rumah Bolon yang diartikan dalam bahasa Indonesia berarti “rumah besar” yang merupakan suatu penggambaran dari rumah Bolon yang memang berukuran besar yaitu memiliki panjang sekitar 10-20 meter.
Dilihat dari jenisnya, rumah bolon termasuk ke dalam jenis rumah panggung dengan ketinggian dua meter dimana baik penyangga atau pun dindingnya terbuat dari kayu.
"Keunikan rumah bolon terletak pada dindingnya yang miring, dimana semakin ke atas akan semakin lebar. Serta pada bagian atas dinding dihiasi oleh ornamen ukiran khas Sumatera Utara. Selain itu keunikan lainnya adalah anak tangga yang dibuat untuk menuju pintu masuk dibuat dalam jumlah yang selalu ganjil," terang Mangasa.
Sama seperti suku lainnya di Indonesia, suku batak juga memiliki pandangan hidup atau falsafah yang digunakan sebagai pedoman hidup serta berfungsi untuk mengontrol perilaku masyarakatnya.
Adapun beberapa falsafah dari Suku Batak antara lain;
Hagabeon, merupakan harapan untuk memiliki keturunan yang baik dan panjang umur, karena pada suku Batak banyaknya keturunan merupakan tanda keberhasilan suatu pernikahan.
Uhum dan Ugari, uhum artinya “hukum” dan ugari artinya “kebiasaan”. Dengan demikian falsafah ini memiliki arti, pada Suku Batak penting untuk menegakkan hukum dan membiasakan diri untuk berbuat baik dan setia dalam memegang janji.
Hamoraon, falsafah yang satu ini bermakna kehormatan. Kehormatan di sini artinya keseimbangan antara materi dan spiritual. Untuk mencapai Hamoraon, orang Batak harus memenuhi dua aspek ini.
Pengayoman, falsafah yang satu ini Memiliki makna agar orang Batak senantiasa dapat menjadi pelindung atau pengayom bagi orang lain. Oleh karenanya, orang Batak harus mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Marsisarian, Marsisarian adalah nilai kehidupan suku Batak yang senantiasa menghargai perbedaan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, bahwasanya meski perbedaan itu ada orang Batak harus terap menciptakan hubungan yang harmonis.
Kekerabatan, tak dapat dipungkiri, nilai kehidupan yang satu ini merupakan yang paling melekat dan menjadi identitas orang Batak. Dimana orang Batak dikenal selalu menjaga erat tali persaudaraan antara sub suku baik di kampung halaman atau pun saat merantau sekalipun.
Tradisi dan kebudayaan suku batak
Salah satu tradisi dari suku batak adalah Mangulosi. Mangulosi merupakan acara pemberian kain tenun khas batak yaitu kain Ulos oleh sosok yang dituakan atau disebut dengan hula-hula.
Bagi suku batak, kain Ulos sendiri dipercaya dapat memberi perlindungan dari segala cuaca dan kondisi. Sehingga diharapkan orang yang menerima kain Ulos bisa memperoleh perlindungan tersebut.
Tari Tor-tor merupakan tari khas Sumatera Utara lebih tepatnya tari tradisional dari suku batak. Tari ini biasa dipentaskan pada berbagai acara seperti upacara adat dan keagamaan, pernikahan ataupun penyambutan tamu.
Sebagai pengiring biasanya akan dimainkan alat musik berupa gamelan khas Batak yang disebut dengan Lima Taganing.
Suku Batak mirip dengan Suku Minangkabau, Suku Batak juga memiliki tradisi merantau. Tradisi ini berlaku untuk anak laki-laki yang menginjak usia dewasa dimana mereka diharuskan untuk merantau dan belajar untuk bekerja dan hidup mandiri.
Bahkan pada masa lampau, para pemuda yang merantau tidak diperbolehkan untuk kembali ke kampung halaman sebelum sukses atau mengumpulkan banyak harta.
Kenduri Laut merupakan upacara adat yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah didapatkan selama 1 tahun.
Upacara adat ini umumnya dilakukan oleh Suku Batak yang berada di Tapanuli Tengah dan dilakukan pada bulan Oktober setiap tahunnya. Sesuai namanya kenduri laut diadakan di tepi laut dan dilakukan dari malam sampai siang hari.
Guna menjaga tali persaudaraan, saat di perantauan biasanya orang Batak akan melakukan tradisi Martarombo yang artinya mencari saudara.
Jadi Mangasa Panjaitan berkesimpulan, pada tradisi suku batak ini, di perantauan orang batak akan mencari sesama suku batak dan biasanya mereka akan tinggal berdekatan pada wilayah tersebut agar dapat tetap terkoneksi satu sama lain. (*)
Tags : suku batak, suku batak berasal dari sumatera utara, sejarah dan kebudayaan suku batak, suku terbesar nomor tiga di indonesia, sejarah batak, sejarah lingkungan batak sumut,