Sejarah   2023/01/20 11:35 WIB

Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah Panglima Perang dan Pendiri Kota, 'sepertinya Terus Diperjuangkan untuk jadi Pahlawan Nasional'

Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah Panglima Perang dan Pendiri Kota, 'sepertinya Terus Diperjuangkan untuk jadi Pahlawan Nasional'
Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah 

SULTAN MUHAMMAD ALI ABDUL JALIL MUAZZAM SYAH dikenal jasanya sebagai pendiri Kota Pekanbaru diajukan sebagai Pahlawan Nasional.

"Sejarahnya tentang Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah merupakan sultan kelima dalam urutan sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura pernah memerintah dari tahun 1780 - 1782, menggantikan ayahandanya Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah," kata Ketua Umum (Ketum) Lembaga Melayu Riau (LMR), H. Darmawi Wardhana Zalik Aris SE Ak, dalam pembicaraannya malam Kamis (19/1/2023).

LMR, katanya mendukung terhadap Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah menjadi Pahlawan Nasional. Dalam pertemuannya dengan Penjabat (Pj) Walikota Muflihun Rabu 18 Januari 2023 diakuinya, memang belum membicarakan hal itu. Tetapi sejak terdahulu Walikota Pekanbaru dijabat Dr H Firdaus ST MT, upaya untuk mengangkat derejat untuk menjadikan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai pahlawan nasional sudah dilakukan, namun kandas oleh beberapa syarat adminsitrasi. 

Lembaga Melayu Riau (LMR) mendukung terhadap Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah menjadi Pahlawan Nasional, karena melihat atas jasanya semasa memerintah termasuk lah salah satunya sebagai pendiri Kota Pekanbaru yang sekarang sebagai Ibu Kota Provinsi Riau.

Tetapi , karena melihat atas jasanya semasa memerintah termasuk lah salah satunya sebagai pendiri Kota Pekanbaru yang sekarang sebagai Ibu Kota Provinsi Riau, kata Darmawi.

Dikisahkan, pada masa pemerintahannya dan pemerintah ayahandanya Kerajaan Siak berkedudukan di Senapelan atau Pekanbaru (sekarang). Beliau juga pendiri Bandaraya Pekanbaru dan mangkat dalam tahun 1782 dengan gelar yang disandangnya adalah Marhum Pekan.

Maka berdasarkan jasa-jasanya Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Kota Pekanbaru terus melakukan tahapan agar pendiri Kota Pekanbaru, Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah atau Marhum Pekan ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional.

Lembaga Melayu Riau (LMR) mendukung terhadap Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah menjadi Pahlawan Nasional, karena melihat atas jasanya semasa memerintah termasuk lah salah satunya sebagai pendiri Kota Pekanbaru yang sekarang sebagai Ibu Kota Provinsi Riau.

Tetapi sejarah singkat tentang masa kerajaan Siak kemarin kembali dikisahkan H Darmawi Werdana Zalik Aris, Ketua LMR Pusat Jakarta ini; pada saat itu Sultan Siak ke 2, Tengku Buang Asmara naik takhta, ia menjadikan kemanakannya Tengku Muhammad Ali sebagai panglima besar.

Kemungkinan itu untuk meringankan kepedihan hatinya akibat mundurnya ayahanda Muhammad Ali, Tengku Alam ke Johor setelah perselisihan yang terjadi antara keduanya. Jawatan ini terus dipegang oleh Muhammad Ali sampai saatnya sepupunya, Sultan Ismail naik tahta tahun 1760 menggantikan ayahandanya.[1]

Ketika armada Belanda menyerang Mempura tahun 1761, armada perang Siak yang gagah berani dipimpin oleh panglima besar Muhammad Ali. Belanda telah membuat persiapan dengan kapal perang besar. Askar Siak ditolak ke tepi bandar Mempura.

Di sinilah berlaku pertempuran habis-habisan dari pahlawan-pahlawan Siak. Armada Siak hanya menggunakan rakit berapi-api dan kapal-kapal berisi ubat bedil dalam menghadapi Belanda. Walau bagaimanapun, semangat "jihad fi sabilillah" tidak reda.

Dengan senjata yang terhad, mereka berjaya menenggelamkan beberapa kapal Belanda. Belanda kewalahan dan mengeluarkan senjata terakhir mereka, Tengku Alamuddin yang menghantar surat kepada Sultan Ismail dan anak lelakinya, panglima besar Muhammad Ali.

Maka, demi mendengar bahawa Tengku Alam berada di pihak Belanda, pertempuran pun dihentikan dan Sultan Ismail menyerahkan takhta pada pamandanya itu berdasarkan wasiat dari ayahandanya dahulu.

Muhammad Ali tetap mendampingi ayahandanya sebagai panglima besar ketika beliau naik tahta beberapa hari selepas kemunduran sepupunya, Sultan Ismail tersebut.[2]

Ketika ayahandanya, Sultan Alamuddin berpindah ke Senapelan untuk mengelakkan pengaruh Belanda, Muhammad Ali turut serta.

Senapelan berkembang pesat di bawah kawalan Sultan Alamuddin, malah berjaya menutup perniagaan Belanda di Mempura. Sultan Alamuddin mangkat di Senapelan pada tahun 1766 dan Tengku Muhammad Ali naik takhta dengan gelaran Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah.

Ia meneruskan usaha ayahnya membina bandar Senapelan yang kemudiannya dikenal sebagai Pekanbaru.[3] Bandar ini menjadi pusat perdagangan di hulu sungai Siak, bahkan para saudagar dari Petapahan mulai berniaga ke Senapelan[4].

Namun pada tahun 1779 Sultan Ismail yang telah mengelana selama 18 tahun berjaya mengambil alih kedudukan Yang Dipertuan Besar Siak daripada sepupunya Sultan Muhammad Ali[5]. .

Muhammad Ali terpaksa berundur ke Petapahan mencari perlindungan dari Syarif Bendahara, tetapi tidak dikabulkan. Akhirnya, dia kembali ke ibu kota dan menyerah diri kepada sepupunya. Sultan Ismail lalu mengampuninya dan melantiknya menjadi Raja Muda.[6]

Setelah tidak lagi menjadi sultan, Muhammad Ali lebih banyak berdiam di Senapelan dan memberi tumpuan kepada pembangunan perdagangan di bandar tersebut[7].

Beliau kembali ke politik pada tahun 1781-1782 ketika dia dilantik sebagai wali Sultan Yahya, kemenakannya yang memerintah sebelum dewasa menggantikan ayahnya Sultan Ismail.[8].

Semasa ia menjabat sebagai sultan, Tengku Muhammad Ali melantik putera kepada saudarinya Sayyid Ali sebagai panglima besar. Sayyid Ali merupakan putera Tengku Embung dan Sayyid Usman, seorang keturunan Arab.

Dia terus menemani pamannya dalam setiap keadaan, termasuk ketika Muhammad Ali kehilangan kuasa atas takhta Siak dan menetap di Senapelan. Maka apabila berlaku pertikaian antara Sayyid Ali dan Sultan Yahya, Muhammad Ali mengutamakan keponakannya. Sayyid Ali yang lebih besar pengaruhnya sebagai panglima besar kerajaan berjaya menyingkirkan Sultan Yahya yang dianggapnya kurang cakap dalam memimpin pemerintahan.[9]

Sultan Yahya yang telah kehilangan kuasa akhirnya berundur ke Kampar, kemudian Trengganu dan kemudian Dungun di Melaka. Ia wafat di Dungun pada tahun 1784. Pada tahun itu juga, Sayyid Ali mendakwa takhta kerajaan dengan gelaran Sultan Assayyidis Syarif Ali Abdul Jalil Saifuddin . Tengku Muhammad Ali masih mendampingi sultan baru, khususnya dalam mengawasi ekonomi kerajaan.[10].

Kini Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah seiring waktu dengan diingat jasa-jasanya oleh Pemerintah Kota Pekanbaru.

Melalui TP2GD Kota Pekanbaru melakukan tahapan awal akan menyelenggarakan seminar daerah berlangsung pada 9 Februari 2022 mendatang bersama masyarakat dan kalangan pendidikan nantinya berlangsung secara hibrid.

"Penyelenggaraan seminar memadukan seminar langsung dan juga secara online."

"Agar dapat menjadi Pahlawan Nasional hendaknya bisa dilakukan seminar daerah," kata Darmawi lagi.

Dia menyebut bahwa tidak mungkin seluruh peserta seminar hadir secara langsung, tetapi penyelenggaraan seminar bisa disediakan akses khusus bagi masyarakat yang hendak mengikuti seminar secara online.

Darmawi mengajak semua pihak mendukung penuh rencana pengusulan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai pahwalan nasional.

"Setelah dilakukan seminar di daerah selanjutnya akan dilakukan seminar nasional. Tapi nanti setelah seminar daerah tuntas, maka berlanjut seminar nasional yang direncanakan pada Maret 2022 mendatang," ujarnya. 

Darmawi optimis pengajuan gelar pahlawan nasional bagi Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah bisa dilakukan. Pengajuannya melalui Gubernur Riau kepada Tim Peneliti Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP).

Kini tim berupaya melengkapi tahapan untuk mengusulkan Marhum Pekan sebagai pahlawan nasional. Tim juga sudah melakukan penelusuran terhadap jejak sejarah Sultan kelima dari Kerajaan Siak ini.

"Hasil penelusuran tim nantinya menjadi dokumentasi agar pada tahun depan targetnya Marhum Pekan menjadi pahlawan nasional. Sebenarnya banyak tahapan untuk memenuhi pengajuannya," sebutnya.

Sebelumnya, TP2GD melibatkan Dinas Sosial Kota Pekanbaru dan Balitbang Kota Pekanbaru. Mereka telah menyusun buku hingga menggelar seminar nasional agar bisa mengajukan Marhum Pekan.

Tetapi Darmawi optimis pengajuan gelar pahlawan nasional bagi Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah bisa dilakukan pada mendatang.

Ia mengakui bahwa tim sudah berupaya melengkapi tahapan untuk mengusulkan Marhum Pekan sebagai pahlawan nasional.

"Tim juga sudah melakukan penelusuran terhadap jejak sejarah Sultan kelima dari Kerajaan Siak. Hasil penelusuran tim nantinya menjadi dokumentasi agar pada tahun depan targetnya Marhum Pekan menjadi pahlawan nasional," kata Darmawi.

'Usulan jadi Pahlawan Nasional'

Organisasi Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) juga mendukung Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah atau dikenal Tengku Muhamad Ali dari Siak diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Dinas Sosial (Dinsos) Kota Pekanbaru juga ikut bekerja. 

"Kami sudah melakukan audiensi dengan Walikota. Dalam audiensi ini, kami mengusulkan agar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah diusulkan menjadi Pahlawan Nasional," kata Ketua Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Kota Pekanbaru yang juga Wakil Walikota Pekanbaru Ayat Cahyadi di Gedung Utama Komplek Perkantoran Tenayan Raya. 

Sultan Tengku Muhammad Ali pernah menjadi Panglima Perang Kerajaan Siak Sri Indrapura di masa tiga sultan yaitu Sultan Tengku Buang Asmara (Sultan Siak II), Sultan Ismail Abdul Jalil Syah (Sultan Siak III), dan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan Siak IV yang juga ayahanda dari Sultan Muhammad Ali).

"Saat kepemimpinan Sultan Siak ke II, ada satu peristiwa besar yaitu Perang Guntung melawan Belanda pada tahun 1752 hingga 1760. Perang ini dipimpin Panglima Perang Sultan Tengku Muhammad Ali," ungkap Ayat.

Sultan Tengku Muhammad Ali juga punya peran besar dalam pendirian Pekanbaru (saat ini Kota Pekanbaru). Pekanbaru ini dirintis oleh ayahandanya yaitu Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah. 

Sultan Tengku Muhammad Ali juga disebut Marhum Pekan. Makanya, Pemko Pekanbaru memperingati hari jadi setiap tanggal 23 Juni. "Untuk itulah kami datang. Wali kota menyambut baik usulan ini dan langsung memerintahkan kepala Dinsos untuk menyiapkan TP2GD," jelas Ayat. 

Dokumen terkait kepahlawanan Sultan Tengku Muhammad Ali disiapkan oleh TP2GD agar dapat diusulkan sebagai pahlawan nasional. Mudah-mudahan perjuangan ini bisa terwujud. "Kami mohon doa kepada seluruh masyarakat Pekanbaru," ucap Ayat. 

Gubri minta dibuatkan sketsa wajah sosok pahlawan 

Ketua Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Pekanbaru Ayat Cahyadi meminta dukungan Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar terkait pengajuan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (Sultan Siak Sri Inderapura ke-5). 

"TP2GD diminta membuat sketsa wajah sosok pahlawan dari Riau." 

"Saya telah menerima TP2GD yang dipimpin oleh ketuanya, Ayat Cahyadi. Saya sudah memberikan masukan dan menyatakan siap mendukung Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah dengan gelar Marhum Pekan menjadi pahlawan nasional," kata Gubri Syamsuar di rumah dinasnya. 

Pemprov Riau akan menghimpun semua dokumen dan bukti-bukti berkenaan dengan Sultan Siak ke-5 itu. Orang-orang yang tahu dengan sejarah perjuangan Sultan Siak ke-5 bukan hanya ada di Riau, tapi juga di beberapa daerah di Indonesia. 

"Kita ikuti tahapannya sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Hal yang terpenting memulai sosialisasi di Pekanbaru," ucap Syamsuar. 

"Semoga, ada warga yang memiliki dokumen lain tentang perjuangan Sultan Siak ke-5 ini. Sehingga, almarhum dapat dikukuhkan sebagai pahlawan nasional," harap Syamsuar.

Tetapi Ketua TP2GD Ayat Cahyadi mengatakan, dukungan Gubri Syamsuar sangat dipahami. Itu lah sebabnya semua warga Pekanbaru dan daerah lain di Riau sangat dibutuhkan kesertaan dukungannya.

"Saran beliau sangat konkret, terutama terkait sketsa wajah dan dokumen. Kami sedang menyiapkan sketsa wajah (Sultan Siak ke-5)," ujarnya.

Proses Sultan Siak ke-5 ini terus disosialisasikan ke masyarakat Riau, terutama Pekanbaru. Mudah-mudahan, niat TP2GD ini tercapai. "Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan gubri. Pesan beliau, jangan cepat-cepat. Tetapi sekali diusulkan jadi," ungkap Ayat mengulang usulan Gubernur Syamsuar.

"Semoga, ada warga yang memiliki dokumen lain tentang perjuangan Sultan Siak ke-5 ini. Sehingga, almarhum dapat dikukuhkan sebagai pahlawan nasional," harap Syamsuar.

Tetapi Ketua TP2GD Ayat Cahyadi mengatakan, dukungan Gubri Syamsuar sangat dipahami. Itu lah sebabnya semua warga Pekanbaru dan daerah lain di Riau sangat dibutuhkan kesertaan dukungannya.

"Saran beliau sangat konkret, terutama terkait sketsa wajah dan dokumen. Kami sedang menyiapkan sketsa wajah (Sultan Siak ke-5)," ujarnya.

Proses Sultan Siak ke-5 ini terus disosialisasikan ke masyarakat Riau, terutama Pekanbaru. Mudah-mudahan, niat TP2GD ini tercapai. "Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan gubri. Pesan beliau, jangan cepat-cepat. Tetapi sekali diusulkan jadi," ungkap Ayat mengulang usulan Gubernur Syamsuar. (*)

Tags : Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah, Panglima Perang dan Pendiri Kota, Pendiri Kota Pekanbaru,