LINGKUNGAN - Selama tiga tahun berturut-turut, Gothenburg, kota terbesar kedua di Swedia, dinyatakan sebagai destinasi wisata paling berkelanjutan di dunia. September lalu, saya mengunjungi negara Nordik kampung halaman Greta Thunberg.
Ketika tiba di kota asalnya di Stockholm, sang aktivis iklim Swedia yang terkenal itu baru saja berangkat dengan kapal pesiar bertenaga surya untuk menghadiri KTT Iklim PBB di New York. Tapi saya benar-benar memahami mengapa Swedia adalah pemimpin global dalam gerakan pariwisata keberlanjutan, dan mengapa Gothenburg, kota terbesar kedua, dinobatkan sebagai Ibukota Pariwisata Cerdas Eropa 2020 oleh Komisi Eropa.
Terletak di pantai barat Swedia yang indah, bekas kota pelabuhan industri itu tidak selalu sadar lingkungan. Itu berubah pada pertengahan 1980-an, ketika menteri lingkungan Swedia, Birgitta Dahl, melawat ke Gothenburg dan menyebut kota buruh yang lapuk dan kotor itu "halaman neraka". Setelah jadi sasaran kritik pedas, para pemimpin politik dan bisnis di Gothenburg bersumpah untuk mengubah kota abad ke-17 yang kumuh itu menjadi model kota berkelanjutan.
Upaya tersebut, sebagian merupakan hasil dari pelibatan masyarakat luas, tampaknya telah berhasil. Hari ini, Gothenberg adalah rumah kaca raksasa dengan pohon-pohon palem yang menjulang tinggi dan tanaman eksotis. Ia adalah tempatnya trem listrik biru-putih lalu-lalang di jalanan, melintasi penduduk setempat yang mengendarai sepeda. Ia adalah tempatnya kopi panggang, bir kerajinan, beberapa makanan laut terbaik dunia dan selusin jenis "susu" vegan.
Di sana, orang bisa menemukan kanal-kanal buatan Belanda, taman kota yang rimbun, dan jalanan berbatu, tempat Anda dapat berjalan kaki dari hotel ke pusat perbelanjaan, restoran, dan kehidupan malam. Ada juga kapal feri yang membawa Anda melintasi sungai Götaälv ke sauna gratis dan kolam renang umum, tempat airnya dibersihkan sepenuhnya tanpa klorin dan ruang gantinya terbuat dari botol daur ulang.
Tidak mengherankan bahwa, selama tiga tahun berturut-turut, Gothenburg telah dinyatakan sebagai destinasi wisata paling berkelanjutan di dunia oleh Indeks Keberlanjutan Destinasi Global. Bahkan pelabuhannya yang dulu kumuh telah dibersihkan. Pada 2011, pelabuhan menerima Penghargaan Pengiriman untuk Kontribusi Lingkungan Regional, dan merupakan yang pertama di dunia yang menyediakan tenaga darat ke kapal-kapal di dermaga, mengurangi emisi karbon.
Karena kehadiran global Thunberg dalam krisis iklim yang dimulai dengan protesnya tahun 2018 di luar Parlemen Swedia, saya bertanya-tanya tentang pengaruh Thunberg di Gothenburg. "Greta adalah suara yang sangat penting di zaman kami," kata Katarina Thorstensson, kepala divisi keberlanjutan di dewan pariwisata setempat, Goteborg & Co dirilis BBC News.
"Tentu saja, ia memengaruhi kita semua, dengan cara yang berbeda. Saya pikir industri perjalanan di Gothenburg sangat menyadari pentingnya keberlanjutan, karena kami telah bekerja cukup lama dengan masalah ini. Tetapi Greta telah menegaskan pentingnya semua industri untuk ikut serta."
Khususnya, kata Thorstensson, ia "memberi keberanian kepada anak-anak muda untuk melantangkan suara mereka". Itu bahkan terbukti saat kunjungan saya, ketika Thunberg mengirim twit "Goteborg!" dengan tagar #ClimateStrike dan #FridaysForFuture untuk menyemangati ratusan aktivis yang berunjuk rasa pada akhir September. Selama kunjungan saya, saya menjumpai etos keberlanjutan Gothenburg sejak kereta saya dari Helsingborg meluncur ke Central Station.
Dengan lokasinya yang nyaman, pusat transportasi utama kota hanya berjarak beberapa langkah dari hotel saya, Clarion Hotel Post, kantor pos tua yang megah dengan unsur-unsur arsitektur aslinya. Dewan pariwisata lokal menyatakan bahwa lebih dari 90% hotelnya memiliki sertifikasi lingkungan, yang berarti mereka harus memenuhi standar lingkungan dan keberlanjutan yang ditetapkan oleh organisasi regional, dan di sini, botol sampo kecil, peralatan makan plastik, dan sedotan sudah lama hilang, pertanda niat hotel untuk melupakan plastik.
Hotel Eggers di dekatnya, hotel tertua ketiga di Swedia, juga telah direnovasi ala Greta, menggunakan turbin anginnya sendiri di pantai sebagai sumber listrik dan dengan ketat mengatur penggunaan bahan bakar fosil, produk kimia, dan limbah. Di atap hotel saya, saya menemukan kebun sayur organik yang ditanam oleh petani perkotaan sebagai bagian dari gerakan produk "hiperlokal" yang sedang ngetren.
Pengunjung kota dapat mengikuti jalan-jalan kota untuk belajar lebih jauh tentang produksi makanan lokal dalam tur di beberapa kota pertanian dan kebun kota, seperti Kajodlingen, pertanian sayuran komersial di atas dermaga di kawasan industri Frihamnen. Salah satu keunggulan Gothenburg adalah keintiman dan aksesibilitasnya. Untuk menjelajahi kota yang padat, saya punya banyak pilihan ramah lingkungan. Saya bisa menyewa sepeda dari Styr & Stall, sistem berbagi sepeda dengan 72 stasiun.
Saya bisa mencoba skuter listrik (dan dipuji melalui aplikasi karena memilih perjalanan "netral karbon"). Saya bisa naik salah satu dari 260 trem listrik kota, atau menikmati pemandangan dari bis listrik tenang tanpa emisi. Saat ini, 65% transportasi umum Gothenburg menggunakan energi terbarukan, dengan niat menjadikannya sepenuhnya listrik pada tahun 2030. Pilihan lain adalah berjalan kaki, yang saya lakukan dengan senang hati.
Gothenburg tidak akan benar-benar hijau, tentu saja, tanpa kedekatannya dengan alam. Dikelilingi oleh hutan linden dan beech yang tebal, kota ini menawarkan ruang hijau seluas 274 meter persegi per warga. Taman Botani dan Slottsskogen, taman kota yang paling indah, sangat elok untuk dijelajahi. Di Slottskogen, Anda akan menemukan padang rumput yang tenang dan jalur berhutan, satu-satunya kebun binatang gratis di Swedia, dan Museum Sejarah Alam Goteburg, yang, anehnya, mengklaim memiliki satu-satunya taksidermi paus biru berukuran aslinya di dunia.
Baru-baru ini, kota ini telah menciptakan Gotaleden, jalur pendakian baru dan luas yang dimulai di Gothenburg dan terhubung dengan berbagai stasiun kereta api sepanjang rute 71km. Titik akhirnya adalah kota kecil Alingsas, yang sering digambarkan sebagai "ibu kota fika Swedia" (ritual Swedia yang melibatkan kumpul-kumpul dengan kawan di jam makan siang sambil minum kopi dan kue) karena memiliki kafe per kapita terbanyak di negara.
Sepanjang jalan, Anda dapat berhenti di kota Floda untuk mengunjungi restoran Garveriet yang terkenal, yang memiliki menu organik dengan bahan-bahan yang dibeli dari petani lokal dan kebijakan "tanpa limbah". Restoran ini juga merupakan bagian dari program inovatif yang disebut "temui penduduk setempat", tempat pengunjung dapat merasakan gaya hidup Swedia serta pemandangan dan kegiatan yang kurang dikenal di kawasan ini melalui penduduk asli.
Sesuai dengan citra kota yang hijau, penduduk Gothenburg sangat menyukai fashion yang berkelanjutan. Anda dapat menemukannya di lingkungan Haga yang menawan. Thrive, misalnya, hanya menjual pakaian alami, organik, atau daur ulang yang bebas dari racun dan praktik kerja tidak adil. Nudie Jeans, merek internasional yang meluncurkan jajaran jeans berkelanjutan yang sukses dari Gothenburg, juga terletak di sini.
Pasar kaget berlimpah, dan merupakan cara yang bagus untuk bergaul dengan penduduk setempat. Yang terbesar, Megaloppis, digelar di distrik Majorna yang trendi pada akhir Mei. Seperti halnya fesyen dan hotelnya, restoran ramah lingkungan juga mudah ditemukan. Banyak restoran vegetarian, dan hukum mengharuskan semua daging yang dijual di kotamadya harus diternakkan secara organik. (KRAV, organisasi regional, mensertifikasi restoran untuk kesehatan hewan dan pertanian bebas racun).
Di antara restoran-restoran itu ada Taverna Averna, bistro Italia yang menggunakan bangunan rumah lelang lama, dan menanam sayuran sendiri di atap. Upper House, restoran bintang satu Michelin, bertengger di lantai 25 Menara Gothia, sebuah hotel mewah besar dan pusat konvensi. Tapi bisakah Gothenburg mempertahankan visi agungnya tentang keberlanjutan?
Ketika saya berjalan menuju pelabuhan dari pusat kota bersejarah, melewati bangunan-bangunan tua, kafe-kafe alfresco, dan toko-toko kecil, kaki langit tiba-tiba berubah. Kaca dan struktur baja menjulang di atas permukaan air, dan derej bangunan menembus langit. Tahun depan akan menjadi peringatan 400 tahun Gothenburg, dan kota ini sibuk mempersiapkan - menjalankan lokakarya dengan anak-anak muda, menyelenggarakan konferensi desain perkotaan yang berkelanjutan dan berkonsultasi dengan penduduk tentang proyek-proyek keberlanjutan yang meningkatkan kehidupan bagi penduduk setempat. Sepertinya mereka sudah siap. "Pekerjaan ini dimulai pada 2009, dengan kelompok fokus dan dialog dengan orang-orang Gothenburg," kata Eva Lehmann, kepala hubungan masyarakat untuk Goteburg & Co.
Salah satu proyek yang paling menarik adalah Jubileumsparken, sebuah taman kota yang dibuka di lingkungan kelas pekerja Frihamnen, dekat kolam renang luar ruangan dan sauna. Tujuannya adalah menjadikan area tersebut bagian hijau dan dinamis dari pusat kota. Penduduk setempat sibuk merancang kegiatan dan proyek baru di sini, termasuk taman bermain untuk anak-anak yang dibangun untuk menampung hujan yang sering turun di kawasan itu. "Ini adalah pendekatan baru dalam membangun kota, dengan orang-orang diizinkan untuk secara bertahap mengambil alih daerah itu dan menjadikannya milik mereka sendiri," kata Lehmann.
Namun, pembangunan ini dapat secara dramatis mengubah nuansa intim kota, dan mungkin bahkan ambisinya untuk menciptakan kota yang lebih hijau. RiverCity Gothenburg, proyek pembangunan kembali bernilai jutaan dolar dengan menara perkantoran, apartemen, dan perbelanjaan, bermunculan di sepanjang tepi laut. Konstruksi besar-besaran ini dimaksudkan untuk menampung 250.000 penduduk baru kota yang diperkirakan selama 15 tahun ke depan. Tapi Gothenburg tampaknya juga telah bersiap untuk menghadapi tantangan dalam rencana keberlanjutannya. Anda hanya perlu membaca cetak birunya untuk masa depan - termasuk upayanya untuk mengatasi kenaikan permukaan laut yang diprediksi dalam dekade berikutnya dan mencegah sungai dari banjir - untuk mengetahui mereka sedang mengatasinya. (*)
Tags : Swedia, Gothenburg, Pernah Jadi Kota Kumuh, Kini Paling Hijau di Eropa,