LINGKUNGAN - Al-Quran mengatur laku hidup manusia agar selalu berbuat kebaikan. Dari 6666 ayat di Al-Quran, salah satu ayat yang menarik untuk disimak adalah ayat ke-5 dari Surat Al-Insan. Surat itu berisi janji Allah kepada "orang-orang yang berbuat kebajikan yang akan minum dari gelas (berisi minuman) bercampur air kafur."
Air kafur sendiri diartikan sebagai kamper atau kapur barus yang sangat harum semerbak. Artinya, saat Al-Quran diturunkan pada abad ke-6 Masehi, Nabi Muhammad dan pengikutnya sudah mengenal benda kecil yang biasa jadi pewangi di ruangan kita saat ini.
Bahkan, dalam salah satu hadis, Nabi Muhammad pernah meminta umatnya untuk menggunakan kapur barus saat memandikan jenazah.
Lalu, bagaimana mereka bisa mengenal kapur barus atau kamper?
Perlu diketahui, kapur barus dihasilkan pohon kapur bernama latin Dryobalanops Aromatica. Mengutip BBC, di seluruh dunia pohon ini hanya ditemukan di Sumatera, Semenanjung Malaya, dan Kalimantan.
Dalam sejarahnya, tulis Ichwan Azhar dalam "Kisah Kemenyan dan Kapur dari Barus, Sumatera Utara" (2017), perdagangan kamper dari tiga wilayah itu, khususnya Sumatera, sudah terjalin sejak abad ke-2 Masehi.
Fakta ini dibuktikan berdasarkan tulisan ahli geografi asal Romawi Ptolemaus berjudul Geographyke Hyphegeiss. Tulisan itu menceritakan kalau ada satu tempat di dunia yang menjadi penghasil kamper penyuplai pasar Romawi, yaitu Barousai. Rujukan dari Ptolemaus ini kemudian sesuai dengan nama wilayah penghasil kamper di Sumatera bagian Barat bernama Barus.
Jika daerah Barus sudah menyuplai perdagangan kamper secara global, maka kamper yang merujuk pada Al-Quran dipastikan berasal dari Barus. Artinya, penduduk di jazirah Arab pada abad ke-6 sudah mengenal kamper dari Barus, alias wilayah Indonesia masa kini.
Fakta ini kemudian dikuatkan oleh catatan tertulis dari Arab pada tahun 851 M yang memaparkan daerah Fansur sebagai penghasil kamper bermutu tinggi. Terkait letak Fansur, para ahli sendiri memiliki perbedaan pendapat.
Edward Mc. Kinnon dalam Ancient Fansur, Aceh's Atlantis (2013) menyebut Fansur terletak di ujung barat Aceh. Hipotesis ini didasarkan pada pertimbangan letak geografis dan data perdagangan dari catatan tertulis yang menyebut nama Panchu sebagai penghasil kamper dari abad ke-18 sampai ke-19.
Kinnon sendiri menyebut sebelum diedarkan secara global dari Panchu kamper itu diperoleh dari Barus. Meski begitu, Claude Guilot dalam Lobu Tua Sejarah Awal Barus (2016) menjelaskan letak Fansur mengacu pada dua lokasi, yaitu Barus dan seluruh wilayah di pantai Barat Sumatera.
Terlepas dari lokasi pasti Fansur, pastinya perdagangan kamper atau kapur barus global berasal dari wilayah Indonesia.
Tags : tanaman kapur barus, dryobalanops aromatica, tanama berasal dari indonesia, tanaman disebut-sebut dalam al-quran,