Kepri   2023/03/22 21:25 WIB

Tim Gabungan Tanggap Bencana Resmi Akhiri Pencarian Korban Longsor di Natuna, 'Tapi Masih ada 4 yang Hilang dan Keluarga Sudah Ikhlas’

Tim Gabungan Tanggap Bencana Resmi Akhiri Pencarian Korban Longsor di Natuna, 'Tapi Masih ada 4 yang Hilang dan Keluarga Sudah Ikhlas’

KEPRI, RIAUPAGI.COM - Tim gabungan tanggap bencana resmi mengakhiri pencarian korban longsor di Dusun Genting, Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu 19 Maret 2023 kemarin.

"Pencarian korban longsor di Natuna di akhiri, tapi masih ada 4 yang belum ditemukan."

"Saya selaku Komandan Tim Gabungan Tanggap Bencana, memohon maaf yang sebesarnya kepada pihak keluarga seluruh korban, apabila upaya kami belum maksimal. Namun, kami sudah mencoba melakukan semua hal yang bisa kami lakukan," kata Bupati Natuna, Wan Siswandi dalam keterangan tertulisnya.

Hingga hari ke-13 pencarian ini, tim gabungan telah menemukan 50 korban jiwa dalam kondisi meninggal, sementara empat korban dinyatakan masih hilang.

Longsor besar yang terjadi pada Senin (06/03) telah mengubur setidaknya 54 warga Dusen Genting. Upaya pencarian korban disebut mengalami hambatan karena medan yang sulit terjangkau alat berat, rapuh, dan hujan deras.

Tidak kurang dari 700 orang personel yang tergabung dalam unsur SAR Gabungan telah melakukan upaya pencarian dan evakuasi, menurut laporan dari Basarnas. 

‘Keluarga sudah ikhlas’

Camat Serasan, Supardi mengatakan keluarga dari empat korban yang belum ditemukan, mengaku “sudah ikhlas”.

“Tadi pagi sudah ketemu dengan pihak keluarga yang empat [korban] ini. [Mereka] menyampaikanlah, mengikhlaskan empat yang belum ditemukan,” kata Supardi pada media, Minggu (19/03).

Untuk sementara waktu, sebagian Dusun Genting yang terdampak longsor diratakan dengan tanah.

Sejauh ini, lanjut Supardi, sebagian besar pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing, atau “ada juga yang di tempat keluarga, ada juga yang di rumah sewa.”

Terkait dengan kebutuhan logistik warga korban longsor, Supadri mengeklaim "mengalir terus, ada terus bantuan-bantuan yang kita terima“. Listrik dan jaringan selular juga sudah mulai pulih.

Pihak berwenang juga telah membuka jalur jalan dari Serasan ke Serasan Timur. Material, puing dan tanah yang menutup sebagian jalan dari Dusun Genting, sudah dibersihkan, kata Supardi.

“Tapi kita juga mengarahkan pada masyarakat, kalau cuaca kurang mendukung. Ya kita meminta pada masyarakat untuk tidak melewati jalur longsor itu.

Karena masih basah. Artinya ketika hujan, jangan melewati daerah-daerah longsor itu,” jelas Supadri.

Sebelumnya, data korban terdampak yang mengungsi tercatat tersebar di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) sebanyak 219 orang, di puskesmas 215 orang, di Pelimpak dan Masjid Alfurqon sebanyak 500 orang, dan di sekolah SMA 1 Serasan sebesar 282 orang, sehingga total pengungsi adalah 1.216 jiwa.

Sedangkan rumah yang tertimbun akibat longsor tersebut sebanyak 30 unit.

Di sisi lain, Bantuan logistik untuk korban longsor di Pulau Serasan mulai disalurkan meski disebut terhambat masalah transportasi, Kamis (09/03).

Sekretaris Lapangan BPBD Natuna, Syarifuddin mengatakan "Di Posko masih banyak logistik yang belum terkirim."

"Masalahnya transportasi juga," katanya.

Namun, semalam kapal bantuan KRI Bontang-907 sudah mengangkut setidaknya delapan ton beras dari Kabupaten Natuna.

"Sementara dari masyarakat ada yang dua ton," lanjut Syarifuddin.

Selain beras, logistik yang ikut diangkut antara lain pakaian layak pakai, makanan cepat saji, selimut, matras, tenda, pampers, dan lain-lain.

Sebelumnya, pada Rabu sore (08/03), cuaca tidak lagi menjadi kendala seperti hari-hari sebelumnya karena intensitas hujan sudah berkurang dan ada saat-saat langit cerah.

Namun, tim kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak untuk transportasi dan alat berat. Pulau Serasan sangat tergantung pada kapal pengiriman BBM yang saat ini belum bisa berlayar akibat cuaca buruk, kata Raja.

“Di sini sempat krisis Pertalite, kemudian BBM solar juga kesulitan kita mau beli karena jadi rebutan, ada beberapa daerah yang PLN-nya enggak nyala,” ujarnya.

Komunikasi di sana juga masih terhambat karena lokasinya tidak terjangkau sinyal data sehingga tidak ada internet dan hanya bisa dihubungi lewat telepon seluler.

Raja percaya bahwa upaya pencarian korban akan lebih cepat bila ada tambahan alat berat; saat ini baru ada dua buldoser. Pencarian dilakukan dengan kombinasi alat berat dan alat sederhana seperti cangkul.

“Itu kan banyak kayu, batu... itu harus digeser menggunakan alat berat, enggak bisa menggunakan tenaga tanpa alat,” ungkapnya.

Terdapat 90 orang tenaga penyelamat yang dibagi menjadi tiga regu dan bekerja dalam sif. Mereka berasal dari elemen Basarnas, TNI/Polri, dan BPBD.

Longsor susulan

Sebelumnya beredar video berdurasi kurang dari dua menit yang menunjukkan longsor di Serasan. Dari video yang beredar disebutkan peristiwa tersebut terjadi di Kampung Air Raya.

Syarifuddin mengaku belum menerima informasi tersebut. Tapi ia memastikan seluruh warga di Kampung Air Raya sudah mengungsi.

"Air Raya sudah mengungsi semua, karena di situ rentan. Orang takut juga. Sudah diungsikan semua," katanya.

Ia menambahkan proses pencarian korban yang masih hilang hari ini sedikit terbantu dengan cuaca cerah. Aliran listrik juga sedang diusahakan.

'Tunggu kondusif'

Sugara, warga Kampung Air Raya panik saat air meluap, Senin pagi (06/03) yang menggenangi tempat tinggal dan sejumlah tokonya.

"Pagi subuh, rumah saya banjir dari air gunung. Tanggul roboh dihantam air," cerita Sugara kepada BBC News Indonesia, Kamis (09/03).

Kampung Air Raya adalah salah satu kampung yang ikut terdampak banjir besar. Sementara Kampung Genting adalah lokasi longsor di mana puluhan rumah tertutup tanah, dan puluhan korban masih dicari.

Malamnya, Sugara memutuskan untuk meninggalkan rumah dan toko beserta isinya untuk mengungsi ke kampung halaman di Pontianak, Kalimantan Barat.

"Istri sama anak dua. Ibu. Ibu dari istri saya sama bapaknya. Pamannya istri saya. Saya bawa semua," tambah Sugara.

Ia mengaku mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah, dan belum bisa memastikan untuk kembali ke Pulau Sarasan.

"Tunggu situasi sudah kondusif, sudah tenang di sana. Sudah dijamin hidup. Sementara ini belum," kata Sugara.

Kesaksian penyintas

Camat Serasan, Supardi, menyaksikan bagaimana satu kampung yang berada di bawah otoritasnya tertutup tanah "dalam hitungan detik".

Supadri baru bisa mengangkat teleponnya jelang sore, Rabu (08/03).

"Kurang jelas, sinyal kurang bagus. Ya Allah," katanya dengan suara terputus-putus kepada BBC News Indonesia.

Tapi beberapa detik kemudian, percakapan berjalan lancar.

Supardi mengatakan sebelum peristiwa longsor terjadi, Senin kemarin, sudah ada sejumlah titik "longsor kecil-kecil di tempat lainnya."

"Karena ada air dari gunung melalui saluran parit. Membawa ke kampung itu, karena debit air besar, sampai melipah ke dalam.

"Pada saat itu banyak warga di situ bekerja untuk membendung air itu supaya tidak menyebar ke mana-mana," jelas Supardi.

Supardi memantau warga yang bekerja di Kampung Genting - lokasi longsor -membuat tanggul untuk menghalang luapan air dengan karung yang diisi dengan tanah.

Setelah karung itu disusun di pinggir parit, Supardi kemudian beranjak ke lokasi lain yang juga memantau persoalan serupa.

"Pas saya sampai 15 menit saya keluar dari kampung itu, tiba-tiba terjadi longsor itu.

"Dapat informasi saya langsung ke lokasi, dan langsung saya lihat itu sudah rata sama tanah," katanya.

Ia juga sempat mendengar suara keras saat longsor terjadi.

"Seperti runtuh jatuhnya pesawat. Jadi saya dengar ada bunyi letusan, kemudian tanah dan material itu jatuh ke kampung itu.

"Jadi ada orang yang sempat melarikan diri, ada juga yang tak sempat melarikan diri, karena dalam hitungan detik," lanjut Supardi.

Ia memperkirakan terdapat 25 keluarga yang tertimbun longsor. Sejauh ini, sekitar 1000 jiwa dari Desa Pangkalan, Desa Hilir mengungsi.

"Untuk sekarang yang dibutuhkan obat-obatan, yang terkena musibah ini ada juga yang sakit. Kemudian yang keluarga pengungsi ini juga ada yang skit, pilek, demam, dan kebutuhan pakaian, ada alat mandi, selimut dan sebagainya," katanya.

Bantuan berupa uang dan makanan juga sudah didistribusikan, kata Supardi.

Sejauh ini sebagian wilayah Serasan masih dilanda susah sinyal dan masalah aliran listrik.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol. Ahmad Ramadhan, mengatakan Polri segera menerjunkan 145 anggota tambahan untuk pencarian dan evakuasi korban tanah longsor di Pulau Serasan.

Polri juga masih melakukan konsolidasi dengan Polda Kepulauan Riau dan Polres Natuna untuk menggunakan unit K9 atau anjing pelacak guna membantu proses pencarian korban. 

Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, menyebutkan bahwa faktor cuaca masih menjadi kendala dalam pencarian korban di lokasi bencana.

“Faktor cuaca, sehingga tim belum maksimal bekerja di lapangan. Laporan dari tim juga di sana kondisinya masih mengkhawatirkan, karena tanahnya masih bergerak,” ucapnya.

Hal ini diamini Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Junainah.

"Cuaca berubah-ubah. Angin masih kencang. Ombak sedang tinggi. Lokasi berada di beda pulau dari pusat pemerintahan Kabupaten Natuna," ujar Junainah sebagaimana dikutip situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Sementara itu, warga yang mengungsi tercatat 1.216 orang. Mereka tersebar di berbagai lokasi yang dianggap aman.

Dilaporkan bangunan yang tertimbun longsor ada 27 bangunan, terdiri 26 rumah dan satu surau, seperti dilaporkan kantor berita Antara, Selasa (07/03).

Pada Selasa (07/03), Pemerintah Kabupaten Nunukan, Provinsi Kepulauan Riau, telah menetapkan status tanggap darurat terkait tanah longsor di dua desa di Pulau Serasan.

Status darurat itu berlaku selama tujuh hari, mulai 6 Maret hingga 12 Maret 2023.

Dilansir kantor berita Antara, warga Desa Pangkalan bernama Johan Wahyudi mengatakan longsor terjadi karena hujan turun tanpa henti.

"Akibat hujan turun tanpa henti, terjadi musibah longsor besar-besaran yang terjadi di Desa Pangkalan (Kampung Genting) menutupi rumah dan jalan," kata Johan melalui pesan singkat kepada kantor berita Antara, Senin (06/03).

"Untuk korban sudah pasti ada, namun belum tahu berapa jumlahnya. Berpotensi puluhan orang. Sinyal mati total, listrik mati total, ini saya dapat sinyal dari Pulau Panjang," imbuh Johan.

Pulau Serasan terdapat dua kecamatan, yaitu Kecamatan Serasan dan Serasan Timur, yang berbatasan langsung dengan perairan Malaysia bagian timur.
Longsor di Natuna karena hujan ekstrem, wilayah lain diimbau waspada

BNPB mengatakan longsor di Pulau Serasan, Natuna, disebabkan “intensitas hujan ekstrem” selama sepekan.

Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan sejak akhir Februari intensitas hujan di wilayah tersebut mencapai 1.000 milimeter.

”Kalau [diukur dari] intensitas hujan normal, mungkin itu [intensitas hujan] empat bulan. Jadi memang ada intensitas hujan ekstrem terjadi seminggu, enggak putus-putus,” kata Abdul Muhari.

Pada kondisi tertentu, lanjut dia, hujan itu menyebabkan saturasi tanah melemah sehingga menyebabkan “tanah itu bergeser akhirnya“.

Dari analisa sederhana yang dilakukan BNPB, tidak ada indikasi penggundulan dan alih fungsi lahan di daerah tersebut. Daerah terdampak berada di bibir tebing yang “tidak terlalu curam“.

“[Longsoran] Tebing ini longsor memutus jalan dan saat ini menutup sekitar 30 rumah yang berada di kiri kanan jalan dengan ketebalan lumpur satu sampai dua meter,“ ujar Abdul Muhari.

Selain longsor, beberapa wilayah di Natuna juga dilanda banjir dengan “genangan yang cukup signifikan“.

Ada beberpa kondisi-kondisi regional yang menyebabkan Pantura Jawa, sebagian besar kalimantan, dan khususnya riau kepualan itu intensitas hujan cukup tinggi.

Pada 1 Maret, Desa Arung Ayam di Kecamatan Serasan Timur dan Desa Air Ringau di Kecamatan Serasan dilanda banjir karena intensitas curah hujan yang cukup tinggi.

Kondisi cuaca ekstrem di Kabupaten Natuna, disebabkan oleh vortex dari regional Semenanjung Malaka di Malaysia ke Singapura, yang menyebabkan konvergensi awan hujan sejak 27 Februari, kata Abdul Muhari.

Ketika hujan berdurasi lama, 'waspada'

BMKG memperkirakan untuk awal Maret, wilayah Sumatera bagian tengah ke utara, Kalimantan, dan Sulawesi akan mengalami peningkatan curah hujan.

Untuk beberapa hari ke depan, Abdul Muhari mengatakan masih ada beberapa kondisi-kondisi regional yang menyebabkan daerah pantai utara Jawa, sebagian besar Kalimantan, “dan khususnya Kepulauan Riau“ mengalami intensitas hujan yang cukup tinggi.

BMKG menambahkan ada beberapa wilayah yang berpotensi hujan lebat antara 7-13 Maret, yaitu sebagian besar Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Kepulauan Riau, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Papua.

Potensi hujan cenderung terdapat pada siang hingga malam hari.

Abdul Muhari mengimbau masyarakat waspada dan memperhatikan perubahan cuaca di daerahnya masing-masing, apalagi ketika hujan terjadi dalam durasi lama, dua hari, dan tidak ada penurunan.

Hujan berdurasi lama dipastikan akan mempengaruhi stabilitas lereng dan debit air di sungai.

“Meskipun hujan intensitas sedang atau mungkin bahkan rendah, tapi cukup lama, 12 jam, 18 jam, satu hari satu malam belum berhenti, mungkin kita harus waspada,” imbau Abdul Muhari.

Anomali cuaca

Dalam periode 27 Februari hingga 5 Maret, BNPB menerima laporan 60 bencana di Indonesia, 30 laporan terkait banjir, 22 laporan terkait cuaca ekstrem, dan delapan laporan terkait tanah longsor.

Abdul Muhari menyebut “ada peningkatan kejadian bencana” dari sebelumnya di penghujung musim hujan.

“Pada fase transisi ini ada kondisi-kondisi anomali cuaca dalam skala yang tidak terlalu besar sebenarnya, tetapi cukup mempengaruhi kondisi regional seperti yang terjadi di Natuna,” ujar dia. (*)

Tags : longsor di natuna, tim gabungan tanggap bencana hentikan pencarian korban longsor, 4 warga masih hilang, bencana alam,