Headline Sorotan   2020/09/12 09:04:00 PM WIB

Virus Corona: Penularan Kian Berisiko, Dokter Kelelahan

Virus Corona: Penularan Kian Berisiko, Dokter Kelelahan

"Sampai baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap kontak dengan permukaan yang terinfeksi virus sebagai satu-satunya cara penularan yang didukung oleh bukti ilmiah"

height=80ni terjadi ketika Covid-19 ditularkan melalui cipratan atau droplet dari batuk atau bersin. Itulah alasan mengapa pejabat WHO menganggap cuci tangan adalah langkah pencegahan penting melawan Covid-19. Namun kini mereka mengakui kemungkinan 'airborne transmission' atau penularan lewat udara.

Ini artinya virus corona bisa menyebar melalui partikel kecil yang diproduksi ketika berbicara atau bernapas. Jika bukti permulaan ini terkonfirmasi, kemungkinan akan berdampak pada panduan protokol kesehatan di dalam ruangan.

Apa itu penularan lewat udara?

Penularan lewat udara terjadi ketika kita menghirup virus atau bakteri yang dibawa oleh partikel yang melayang di udara selama berjam-jam. Droplet yang jauh lebih kecil ini bisa menyebar di area yang lebih luas. TBC, flu, dan pneumonia adalah contoh penyakit yang ditularkan melalui udara. WHO mengakui ada bukti yang menunjukkan bahwa ini virus corona bisa menular di ruang tertutup dan ramai.

Berapa lama partikel itu bertahan di udara?

Penelitian menunjukkan virus corona yang disemprot secara artifisial dapat tetap hidup di udara setidaknya selama tiga jam. Tetapi para ilmuwan menekankan bahwa percobaan itu dilakukan di laboratorium, yang berbeda dengan kondisi kehidupan nyata di mana hasilnya dapat bervariasi. Kasus-kasus virus corona, yang disebut 'superspreading', telah memperkuat kecurigaan bahwa kontaminasi melalui udara adalah suatu kemungkinan.

Di kota Mount Vernon di Washington, AS, satu orang dicurigai telah menginfeksi setidaknya 45 orang lainnya, yang telah bernyanyi bersamanya dalam paduan suara yang sama. Beberapa dari mereka yang terinfeksi mengakui mereka tak melanggar panduan jaga jarak sosial. Insiden serupa dilaporkan terjadi di Guangju, China, pada Januari silam, ketika seseorang yang terinfeksi virus itu diyakini menularkannya kepada sembilan orang lain ketika makan di restoran yang sama. Para ilmuwan mengatakan salah satu orang yang terinfeksi duduk sekitar enam meter dari orang yang membawa virus itu.

Apa yang harus kita lakukan sekarang?

Cara bagaimana suatu penyakit menular menentukan langkah-langkah yang diambil untuk menghentikan penyebarannya. Pedoman WHO saat ini untuk Covid-19 merekomendasikan untuk mencuci tangan dengan air hangat dan sabun selama 20 detik, serta mengikuti aturan jarak sosial.

Namun, sejumlah ilmuwan kini mengatakan, meski langkah-langkah ini penting, namun itu tak akan cukup mencegah penyebaran melalui udara. Sejauh ini, WHO belum mengubah apa pun di panduannya, namun mereka kini sedang mengevaluasi bukti baru yang mengindikasikan virus menyebar lewat udara.

Jika terkonfirmasi, panduan resmi dapat diperluas guna mencakup penggunaan masker yang lebih luas, dan jaga jarak yang lebih ketat, terutama di bar, restoran, dan transportasi umum. Regulasi yang lebih ketat terkait ruangan ber-AC juga mungkin akan berubah.

Apa saja langkah-langkah pencegahan yang disarankan pakar Indonesia?

Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada hari Jumat (10/07), para pakar kesehatan Indonesia menyarankan untuk menjaga adanya ventilasi alami yang cukup dalam suatu ruangan demi menekan penularan. I Gusti Ngurah Kade Mahardika, Guru Besar Fakultas Kesehatan Hewan di Universitas Udayana dan anggota Tim Pakar Media Gugus Tugas Percepatan Penangan Covid-19, mengatakan untuk menghindari bergantung pada penggunaan AC.

height=300

"Semakin kita berkeringat di suatu ruangan atau di suatu pusat perbelanjaan, kita semakin aman. Begitu kita merasa nyaman, bahkan harus pakai jaket, maka virus juga senang, dan resiko kita semakin tinggi," kata Mahardika dalam diskusi yang disiarkan secara langsung di internet, Jumat (10/07). 

"Pakai kendaraan umum, atau nanti taksi, pakai masker, kemudian buka saja jendela, menggunakan ventilasi alami. Jauh lebih aman, enak dan jauh lebih segar," tambahnya.

Budiman Bela, staf pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia dan anggota gugus tugas, yang hadir dalam acara diskusi itu, menjelaskan bahwa pergantian udara itu dapat membantu mengurangi dosis virus di dalam suatu ruangan, sehingga mengurangi resiko terpapar. Ia menambahkan pentingnya menggunakan masker setiap saat untuk dapat mencegah penyebaran virus di tempat-tempat yang tidak memungkinkan adanya sirkulasi udara, seperti misalnya dalam lift.

"Jadi setiap orang harus tahu, bahwa dia berpotensi mengeluarkan virus dan mencelakakan orang lain. Jadi sayangilah orang lain dengan menggunakan masker. Jangan hanya karena merasa menggunakan masker itu karena hanya takut tertular dan merasa kebal," kata Budiman.

Apa yang membuat WHO mengevaluasi panduannya?

Baru-baru ini, 239 ilmuwan dari 32 negara mempublikasikan sebuah surat terbuka kepada WHO. Mereka mendesak badan kesehatan dunia itu untuk memperbarui panduan virus corona terkait penyebaran lewat udara. "Kami ingin mereka mengakui bukti-bukti," kata Jose Jimenez, seorang pakar kimia di University of Colorado, salah satu ilmuwan yang menandatangani surat terbuka itu. "Ini tentunya bukan serangan untuk WHO. Ini adalah perdebatan sains, namun kami merasa kami harus mempublikasikannya karena mereka menolak mendengar bukti-bukti setelah banyak perbincangan dengan mereka."

Menanggapi surat itu, Benedetta Allegranzi, pemimpin teknis WHO untuk pencegahan dan pengendalian infeksi, mengatakan bahwa bukti yang muncul dari penularan melalui udara dari virus corona di "ruang padat, tertutup, dan berventilasi buruk yang telah dijelaskan, tidak dapat dikesampingkan". Namun, WHO juga menyatakan bahwa mereka masih ingin melihat bukti lebih lanjut tentang bentuk penularan ini sebelum membuat keputusan baru. Penasihat WHO lainnya, Dr. David Heymann, mengatakan badan tersebut mengharapkan hasil nyata dari penelitian yang lebih luas sebelum membangun strategi baru untuk mengatasi virus.

Dokter Kelelahan

Juru Bicara Penanganan COVID-19 Riau, dr Indra Yovi Sp.P(K) dalam pernyataan pers di Pekanbaru mengakui tren lonjakan pasien baru terkonfirmasi COVID-19 di Provinsi Riau mulai berdampak pada tenaga kesehatan atau Nakes, bahkan dokter spesialis paru di Kota Pekanbaru kurang istirahat karena banyak pasien baru yang harus mendapat penanganan di rumah sakit. “Saya beberapa hari terakhir gak bisa tidur karena selalu dapat telpon malam-malam ada pasien masuk (rumah sakit) kondisinya gawat,” kata dr Indra Yovi Sp.P(K) dalam pernyataan pers di Pekanbaru.

Dokter Indra Yovi selain sebagai juru bicara Satgas Penanggulangan COVID-19 Riau juga bertugas menangani pasien COVID-19 dengan kondisi gawat seperti di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad di Pekanbaru. Ia mengatakan tenaga kesehatan sangat berharap ada kebijiakan segera dari pemerintah daerah di kabupaten dan kota untuk menekan penyebaran wabah. “Saya bicara sebagai dokter dan mewakili tenaga kesehatan yang menangani COVID-19, pemerintah tolong bantu kami. Bantu kami dengan kebijakan yang buat orang pakai masker,” katanya memohon.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir, mengatakan Riau terus mengalami lonjakan kasus baru COVID-19 sejak Agustus. Bahkan hingga tanggal 11 September ini, penambahan jumlah kasus sudah hampir menyamai angka pertambahan di bulan Agustus. “Penambahan kasus terkonfirmasi baru sampai tanggal 11 September sudah mencapai 1.418, hampir sama dengan kasus pada bulan Agustus yang mencapai 1.480. Dipastikan sampai akhir bulan September kita akan mengalami penambahan kasus yang sangat besar,” ujar Mimi.

Total akumulatif kasus terkonfirmasi COVID-19 Riau ada 3.343 kasus, dimana yang sembuh 1.559 orang. Pasien yang melakukan isolasi mandiri 1.075 orang, dirawat di rumah sakit rujukan 651 orang, dan 58 meninggal dunia. Ia mengatakan jumlah tenaga kesehatan di Riau yang terkonfirmasi COVID-19 total ada 199. Mereka tersebar di 46 fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes) di 10 kabupaten dan kota. Dari jumlah tersebut, satu orang meninggal dunia di Kota Dumai. “Yang terkena ada dokter, perawat, bidan, dokter gigi, analis, hingga pegawai non-kesehatan di Fasyankes,” katanya.

Tenaga kesehatan yang paling terpapar COVID-19 didominasi usia 18 hingga 40 tahun terutama kaum perempuan, mencapai 152 orang. Meski begitu, angka kesembuhan dari tenaga kesehatan cukup tinggi. “Alhamdulillah yang sehat sudah 143 orang atau mencapai 71,9 persen. Yang masih dirawat 55 orang, dan satu meninggal dunia,” katanya. 

Pekanbaru terbanyak 1.297 kasus

Kadiskes Riau, Mimi Yuliani Nazir menyatalan angka kasus terkonfirmasi Covid-19 Riau terus meningkat di setiap harinya. Sampai saat ini, dari 12 kabupaten/kota se-Riau, Pekanbaru menjadi penyumbang kasus terkonfirmasi terbanyak. Diakuinya, sampai saat ini, total kasus terkonfirmasi Covid-19 di Pekanbaru telah mencapai 1.297 kasus. Dan hal tersebut menjadikan Pekanbaru sebagai daerah yang paling banyak menyumbang kasus corona di Provinsi Riau dibandingkan 11 kabupaten/kota di Riau lainnya.

height=700

Sementara itu, sambungnya, di peringkat kedua terbanyak yakni di pegang oleh Siak, dengan jumlah 490 kasus. Kemudian Kampar 419, Dumai 276, Pelalawan 236, Bengkalis 92 kasus, Kuansing 86 kasus. "Lalu, Inhil 74 kasus, Rohil 64, Rohul 58, Meranti 30, Inhu 12, dan untuk 26 kasus lagi merupakan warga yang berasal dari Provinsi lain (luar Riau)," jelasnya.

Disebutkannya, jika ditotal kasus terkonfirmasi Riau keseluruhan berjumlah 3.160 kasus. Dengan rincian diisolasi mandiri 1.025 orang, rawat di RS 586 orang, sembuh 1.491 orang dan 58 orang meninggal dunia. Dengan melihat angka kasus terkonfirmasi Covid-19 di Riau saat ini, yang terus mengalami peningkatan yang signifikan di setiap harinya, Mimi tidak henti - hentinya mengimbau dan mengingatkan masyarakat Riau untuk selalu waspada serta selalu terapkan protokol kesehatan.

Terlebih di setiap harinya tambahan kasus terkonfirmasi di Riau rata - rata 100 per hari, dan bahkan jumlah pasien terkonfirmasi yang sembuh hanya sedikit (tidak sebanding). Maka jika terus seperti ini, Mimi mengkhawatirkan kapasitas ruang isolasi untuk merawat pasien Covid-19 tidak akan mencukupi.

Maka dari itu, ditegaskan Mimi lagi, supaya masyarakat dapat menimbulkan rasa kesadaran yang tinggi untuk sama - sama menjaga dan selalu terapkan protokol kesehatan, terutama wajib memakai masker jika hendak keluar rumah.

Melonjaknya angka kasus terkonfirmasi Covid-19 di Pekanbaru beberapa waktu belakangan ini, dikarenakan banyak melakukan uji swab kontak erat pasien Covid-19 dan ditambah lagi dengan banyak juga yang melakukan swab mandiri. "Beberapa waktu belakangan angka kasus terkonfirmasi Covid-19 Riau terus meningkat tajam. Dan Pekanbaru merupakan daerah penyumbang kasus terbanyak dibandingkan 11 kabupaten/kota di Riau lainnya," hal itu diakui Mimi Yuliani Nazir.

Disebutkannya, banyaknya kasus terkonfirmasi Covid-19 yang ditemui di Pekanbaru dikarenakan Dinas Kesehatan (Dinkes) bersama Satgas Covid-19 kota melakukan swab kepada kontak erat pasien yang dinyatakan positif Covid-19, serta ditambah dengan banyaknya yang melakukan swab mandiri. "Dan tidak itu saja, bahkan juga ada yang diketahui terkonfirmasi Covid-19 saat minta obat ke Rumah Sakit (RS)," ujarnya.

Disamping itu, Mimi menjelaskan kondisi Rumah Sakit (RS) yang merawat pasien Covid-19 di Pekanbaru saat ini sudah banyak yang over kapasitas (penuh), terlebih 3 RS besar di Pekanbaru. "Adapun 3 RS besar yang penuh, yakni RS RSUD Arifin Achmad, RS Eka Hospital dan RS Awal Bross. Selain dari itu, RS lainnya memang masih bisa untuk merawat pasien Covid-19, tetapi kita sama - sama berharap supaya jangan sampai penuh semuanya," katanya.

"Maka dari itu, Pemprov Riaupun sudah meminta kabupaten/kota di Riau untuk dapat menambah kapasitas ruang isolasinya untuk dapat merawat pasien Covid-19. Supaya dapat berjaga - jaga seandainya ada lonjakan kasus yang tidak terduga," tuturnya.

Riau tambah kasus baru corona

Pemerintah memaparkan perkembangan penyebaran kasus Covid-19 di Tanah Air. Hari ini, kasus positif virus Corona di Indonesia menembus angka 3.737. Berdasarkan data yang diterima dari Tim Humas BNPB, Jumat (11/9/2020), total kumulatif kasus Corona di RI per hari ini sebanyak 210.940 kasus. Data tersebut dihimpun secara berkala setiap hari pada pukul 12.00 WIB.

Dari 3.737 kasus Corona yang ditemukan hari ini, sebagian besar berada di DKI Jakarta dengan 964 kasus. Disusul Jawa Tengah dengan 566 kasus dan Jawa Timur dengan 362 kasus. Di Provinsi Riau ada 182 kasus baru, hingga total kasus positif jadi 3.345. Selain kasus positif, jumlah pasien yang sembuh dari Covid-19 bertambah. Sebanyak 2.707 telah dinyatakan sembuh dari Corona hari ini. Jumlah kasus pasien Covid-19 yang meninggal dunia juga mengalami penambahan. Terdapat 88 pasien positif Corona yang meninggal hari ini.

Berikut ini sebaran 3.737 kasus Corona pada 11 September:

1. Aceh: 145 (2.403) kasus positif
2. Bali: 144 (6.978) kasus positif
3. Banten: 46 (3.448) kasus positif
4. Bangka Belitung: 7 (270) kasus positif
5. Bengkulu: 30 (430) kasus positif
6. DI Yogyakarta: 49 (1.744) kasus positif
7. DKI Jakarta: 964 (51.635) kasus positif
8. Jambi: 5 (314) kasus positif

9. Jawa Barat: 272 (13.940) kasus positif
10. Jawa Tengah: 566 (17.074) kasus positif
11. Jawa Timur: 362 (37.455) kasus positif
12. Kalimantan Barat: 8 (736) kasus positif
13. Kalimantan Timur: 152 (5.599) kasus positif
14. Kalimantan Tengah: 33 (2.920) kasus positif
15. Kalimantan Selatan: 74 (9.152) kasus positif

16. Kalimantan Utara: 2 (460) kasus positif
17. Kepulauan Riau: 17 (1.357) kasus positif
18. Nusa Tenggara Barat: 9 (2.910) kasus positif
19. Sumatera Selatan: 55 (4.945) kasus positif
20. Sumatera Barat: 37 (3.161) kasus positif
21. Sulawesi Utara: 21 (4.085) kasus positif
22. Sumatera Utara: 131 (8.241) kasus positif
23. Sulawesi Tenggara: 34 (1.801) kasus positif

24. Sulawesi Selatan: 151 (13.183) kasus positif
25. Sulawesi Tengah: 8 (269) kasus positif
26. Lampung: 2 (511) kasus positif
27. Riau: 182 (3.345) kasus positif
28. Maluku Utara: 7 (1.918) kasus positif
29. Maluku: 117 (2.365) kasus positif
30. Papua Barat: 49 (1.019) kasus positif
31. Papua: 54 (4.330) kasus positif
32. Sulawesi Barat: 2 (458) kasus positif

33. Nusa Tenggara Timur: 0 (213) kasus positif
34. Gorontalo: 2 (2.271) kasus positif

(*)

Tags : Virus Corona, Penularan Kian Berisiko, Dokter Kelelahan,