LINGKUNGAN - Ketika kita mendengar nama Yogyakarta, pastinya akan berpikir tentang keunikan di kota Jawa, Indonesia ini.
Kota ini disebut unik karena kita bisa melihat berbagai tradisi Jawa yang begitu melekat di kota ini dan masyarakatnya, seperti batik (kain dengan corak khusus yang dibuat dengan tangan (dilukis dan dicetak), kerajinan perak, pertunjukan wayang, musik tradisional atau gamelan, bahkan makanan khas Yogyakarta yang disebut Gudeg! yaitu sayuran yang terbuat dari buah nangka muda.
"Yogyakarta juga merupakan Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Jawa yang terkenal dengan Istana Sultan Yogyakarta atau Keraton Yogyakarta dimana keluarga Sultan masih tinggal di istana tersebut sampai sekarang, kata Ir. Ganda Mora M.Si, Ketua Yayasan Sahabat Alam Rimba (Salamba).
Kota yang dijuluki sebagai kota pendidikan itu, menurutnya, pemerintah setempat juga tetap memperhatikan fasilitas pesepeda dan pejalan kaki.
"Penurunanan pencemaran udara di Kota Yogyakarta dapat dipertahankan."
"Kualitas udara di beberapa kota memang cenderung membaik di DIY ini, karena polutan perkotaan yang paling besar dari transportasi. Jadi karena minimnya aktivitas kendaraan bermotor kemudian berdampak pada kualitas udara yang membaik," katanya.
Tetapi Ganda melihat, momen ini harus dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta untuk berbenah.
Ia melihat saat ini minat masyarakat bersepeda sangat tinggi.
Untuk itu, Pemkot Yogyakarta pun perlu memperhatikan fasilitasi-fasilitas penunjang.
Secara hirarki, pejalan kaki merupakan yang paling tinggi, selanjutnya pesepeda, transportasi publik, kemudian kendaraan pribadi.
Pada masa seperti ini, Pemkot Yogyakarta diharapkan meningkatkan pemahaman masyarakat untuk mengurangi kendaraan pribadi.
"Seiring pandemi ini berakhir, seharusnya juga ada perubahan berkendara, supaya kualitas udara tetap terjaga," ujarnya.
"Budaya bersepeda masyarakat sangat luar biasa, ini harus didukung oleh pemerintah, dengan memberikan fasilitas," lanjutnya.
Selain pesepeda, Pemkot Yogyakarta juga didorong untuk memperhatikan pejalan kaki.
Memang saat ini Pemkot Yogyakarta tengah melakukan perbaikan trotoar, namun hanya dikawasan tertentu saja.
"Jangan hanya membangun Kotabaru, Malioboro, kan sudah bagus. Trotoar di daerah lain juga harus diperbaiki, agar pejalan kaki aman," sebutnya.
"Kalau fasilitas sudah ada, nantinya diharapkan kendaraan pribadi bisa menjadi moda transportasi terakhir. Hanya digunakan saat darurat dan mendesak saja," tambahnya.
Selain itu, sebut Ganda, Yogyakarta juga dikenal sebagai kota pedidikan.
"Memang upaya membangun kota yang berkelanjutan, salah satu pilar penopangnya ialah pendidikan yang tinggi," katanya.
Menurutnya, sebuah kota yang berkelanjutan dapat berkembang sendiri dengan mengandalkan minimal pada daerah sekitar, serta bertumpu pada kekuatan energi terbarukan.
“Intinya, menciptakan limbah terkecil dengan volume terendah untuk mengefisienkan penggunaan input sumber daya. Dengan begitu, kontribusi keseluruhan kota untuk perubahan iklim akan menjadi maksimal jika praktik-praktik kota berkelanjutan dipatuhi,” imbuhnya.
Ganda menilai, untuk dapat menciptakan kota berkelanjutan, diperlukan lima prinsip dasar, yalitu ekologi, ekonomi, pemerataan, peran serta, dan energi.
Dalam mengukur keberlanjutan sebuah kota juga harus ditopang keseimbangan tiga sektor, yakni ekologi, ekonomi, dan sosial.
“Tetapi dibanyak kota di Indonesia, faktanya, antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan terkesan kontradiksi."
"Ini karena masyarakat meletakkan kepentingan individu berjangka pendek di atas kepentingan kolektif berjangka panjang. Tetapi bagaimana mengatur keseimbangan itu, di beberapa kota di tanah air, tentu terus menjadi menjadi pembahasan yang menarik,” ungkapnya.
"Jadi berbeda dengan di Yogykarta ini. Banyak bagian dari kota ini juga dihiasi dengan sentuhan budaya Jawa di mana orang tidak akan pernah melupakannya dan selalu ingat karakteristik yang ada, tetapi di kota ini tetap membudayakan kota yang bersih, sejuk, asri dan nyaman dari keruskan lingkungan," katanya.
Hasil pantauannya beberapa hari ini, terlihat ornamen-ornamen khas Jawa dapat ditemui di lampu-lampu jalananan, di bangunan atau gedung-gedung di sepanjang jalan dan lain-lain yang membuat kota ini menjadi unik dan cantik.
"Itulah mengapa kota ini disebut Culture City. Yogyakarta juga dikenal sebagai Kota Pelajar karena banyak terdapat Universitas, termasuk universitas terkemuka yaitu Universitas Gadjah Mada," sebutnya.
Hal ini membuat kota memiliki jumlah mahasiswa yang besar, yang berasal tidak hanya dari area Jawa tetapi juga dari luar Jawa, bahkan dari luar Indonesia.
"Ada beberapa tempat wisata yang menarik di Yogyakarta dan sekitarnya. Di kota ini, kita dapat mengunjungi Malioboro dengan aneka ragam barang dagangan yang ditawarkan kepada pengunjung seperti makanan dan souvenir," kata Ganda melaporkan dari Yogyakarta, melalui Whats App (WA) nya, Jumat (26/5/2023) kemarin.
Jadi kota itu juga terdapat banyak Keraton dan Puri Taman Sari. Ada Candi Prambanan, Candi Mendut dan Candi Boko dengan ciri khas Hindu yang melekat pada bentuk bangunan dan ornamen candi.
Tentunya, tak kalah menarik juga melihat keindahan dan kemegahan candi dengan ciri khas Budha yaitu Candi Borobudur yang terkenal di dunia, yang menjadi salah satu dari tujuh keajaiban di dunia.
"Jik kita melakukan perjalanan ke Yogyakarta terasa mudah dan menyenangkan karena didukung oleh banyak alat transportasi seperti Bandara Internasional disebut Bandara Adi Sucipto, Stasiun Kereta Api Tugu, Terminal Bus Jombor dan Bus Trans Jogja yang nyaman."
Jadi taksi juga tersedia dan mudah untuk ditemukan di kota ini. Tetapi untuk mendapatkan perjalanan yang lebih santai dan menyenangkan selama berada di Yogyakarta, bisa juga mencoba transportasi becak atau andong untuk berkeliling kota, sebutnya. (*)
Tags : yogyakarta, kota punya kualitas udara yang baik, yogykarta kota modern, yogyakarta perhatikan lingkungan asri, lingkungan, alam, perkotaan,