Headline Tni - Polri   2020/04/15 18:11 WIB

Kasad Jenderal Andika Ungkap Penanganan Covid-19

Kasad Jenderal Andika Ungkap Penanganan Covid-19

JAKARTA - Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa mengungkapkan kondisi penanganan Covid-19 yang dijalankan di salah satu rumah sakit TNI AD, yakni RSPAD Gatot Soebroto. RSPAD merupakan salah satu dari 69 RS TNI AD yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan berat hati, Andika mengakui bahwa pihaknya tertatih-tatih menangani penyakit yang disebabkan virus SARS-Cov-2 itu.

Kami memiliki 69 RS yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan kami tidak mau melaporkan betapa kami terbatas sebenarnya. Kami baru bisa membantu RSPAD yang secara signifikan, walaupun bantuan yg kecil-kecil itu sudah mulai kami berikan kepada rumah sakit Angkatan Darat yang lainnya, katanya dalam rapat bersama Komisi I dirilis merdeka, Rabu (15/4).

Patut diakui, operasional harian RSPAD sebenarnya sudah cukup mengkhawatirkan. Karena memang pihaknya memiliki keterbatasan. Sejak awal merebaknya Covid-19, RSPAD menjadi salah satu dari tujuh rumah sakit rujukan. Tapi pada kenyataannya, jumlah pasien yang masuk RSPAD jauh lebih besar.

Walaupun satu dari tujuh (RS), praktiknya itu lebih banyak yang ingin dirawat di RSPAD termasuk VIP sehingga memang beban RSPAD sejak awal ini lebih besar dari tujuh RS lainnya, dan ini berlanjut sampai hari ini karena beberapa pasien dari RS Wisma Atlet pun yang berat itu terpaksa dirujuk ke RSPAD. Yang saya sampaikan tadi, bahwa hanya untuk operasional harian saja RSPAD sendiri itu tertatih-tatih, ujar dia.

Sebagai contoh, Andika mengatakan, untuk mengidentifikasi apakah pasien yang dirawat positif atau tidak, harus melalui pemeriksaan rapid test PCR berbasis antigen. Yang pada mulanya hanya dimiliki oleh Balitbangkes. Waktu tunggu hasil pemeriksaan pun lama.

Kalau VIP sudah harian, apalagi yang bukan VIP, itu bisa minggu. Sementara mereka sudah harus masuk ruangan tanpa bisa kita tahu pasien ini positif atau tidak dan bisa kita campur (dengan pasien lain) atau tidak. Jadi kebingungan itu terjadi hari ke hari, sehingga begitu mulai kami mendapatkan bantuan dari kemenkes satu laboratorium PCR, kami berusaha percepat karena memang signifikan. Teknis-teknis pengerjaan ini ternyata bisa kita bantu, kita kawal hari ke hari, jelas dia.

Tapi tantangan terkait pemeriksaan laboratorium tidak berhenti di situ. Sebab ketika laboratorium untuk pemeriksaan PCR sudah ada, pihaknya terkendala pada kesediaan test kit-nya. Begitu PCR atau laboratorium PCR jadi pun ada masalah lagi, yaitu reagen atau test kit dari swab-nya. Ketersediannya cuma 400, 200-annya masih berada di Singapura. Sehari kebutuhan 100.

Jadi pada saat teleconference kami Senin kemarin, itu hanya tinggal bertahan sampai dengan hari ini untuk test kit swab-nya. Kalau itu tidak ada kan tidak bisa, percuma, ada laboratorium tapi tidak bisa melakukan swab test. Jadi kita harus merujuk lagi ke laboratorium PCR di Balitbangkes, lama lagi, jelas dia.

Selain itu, ketersediaan stok alat pelindung diri (APD) di RSPAD pun hanya cukup untuk 5 hari. Terus APD juga RSPAD saat ini stok cadangannya tinggal 5 hari 4 hari. Bayangin nih, berarti kan dari hari ke hari kita berpacu dalam melodi. Bagaimana mensuplai lagi suplai lagi terus-menerus. Karena kalau tidak dibantu ya sudah, pasti akan kolaps. Tidak bisa membantu pasien Covid-19, tandas Andika.

TNI AD Alihkan Anggaran Rp40 Miliar

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, lanjut dia, TNI Angkatan Darat (AD) melakukan pengalihan anggaran hingga hampir mencapai Rp40 miliar. Tepatnya Rp39,9 miliar. Namun, anggaran tersebut pun tidak cukup. Dalam perkembangannya RSPAD juga mendapatkan suntikan dana dari Kementerian Pertahanan.

Jadi kami kawal hari ke hari dalam mengelola RSPAD ini sehingga kami bisa hadirkan dengan cepat. Dari manapun kami berusaha, anggaran kami pun sudah kami keluarkan. Di bawah Angkatan Darat hampir Rp40 miliar. Sebenarnya untuk RSPAD sendiri sudah Rp90 miliar, Rp50 miliar dibantu Kementerian Pertahanan. Kami sendiri, ya yang masuk dalam usulan refocusing (pengalihan anggaran) tadi sudah sekitar Rp40 miliar, terang dia.

Itu baru 1 (RS), padahal kami punya 69 (RS). Jadi ini tambahan dari kami, betapa yang sudah jadi rujukan pun paling besar pun di Angkatan Darat, itu kalau tidak kita kawal bisa-bisa berhenti. Karena itu tadi ketersediaan part atau suplai yang kecil-kecil ini tidak terlalu tersedia. Total di RSPAD sekarang dirawat 75 orang itupun setelah kita berjibaku untuk menyiapkan tambahan-tambahan ruangan fasilitas paling besar. Akan terus komitmen kami mengawal terus supaya RSPAD bisa terus memperbanyak (penanganan) pasien Covid-19, tutup dia. (*)

Tags : -,