Headline   2020/05/11 23:18 WIB

Penyebaran Corona: Sebagian Nelayan Lingga Terpaksa Berhenti Melaut

Penyebaran Corona: Sebagian Nelayan Lingga Terpaksa Berhenti Melaut

DAIK LINGGA - Sebagian besar nelayan di Kabupaten Daik Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terpaksa berhenti melaut dan menganggur karena paceklik ikan. Hal ini juga imbas dari larangan beraktivitas selama penanganan cepat Covid-19.

Seperti disebutkan Ketua Kelompok Nelayan Desa Mepar, Zubir mengatakan, sejak dua bulan terakhir kelompok yang dipimpinnya sudah tidak lagi melaut. Sebagian besar mendaratkan perahunya agar tidak rusak dihantam gelombang yang tinggi sejak beberapa pekan terakhir.

Sekarang yang melaut sangat sedikit, itupun hasilnya hanya cukup untuk menutupi kebutuhan rumah tangga selama beberapa hari. Saat ini musim paceklik ikan ditambah Corona, sehingga nelayan tidak dapat beraktifitas normal, katanya.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tidak sedikit yang terpaksa berhutang dengan harapan paceklik segera usai dan Corona hilang. Sedangkan belasan orang di antaranya ada yang bekerja sebagai buruh serabutan asal cukup untuk membeli beras dan lauk.

Meskipun masih ada yang melaut, tutur dia, tidak sampai ke tengah laut. Bahkan tidak jarang nelayan hanya mengandalkan tangkapan untuk dikonsumsi selama bulan puasa.

Meskipun harga ikan cukup tinggi di pelelangan ikan, ungkap dia, tidak dapat terpenuhi oleh nelayan yang masih melaut selama beberapa hari. Untuk ikan jenis tongkol dijual Rp 40.000 per kilogram, tuna dijual dengan harga Rp 55.000 perkilogram, dan Lobster dijual dengan harga bervariatif mulai Rp 25.000 sampai Rp 150.000 per kilogram.

Tapi hasil tangkapan tidak maksimal, untuk Lobster mungkin sedang dalam masa pembibitan jadi susah didapat dan harganya mahal. Mereka yang melaut paling banyak mendapat tuna dan tongkol yang harganya tidak stabil. Harapan kami paceklik dan Corona segera usai, agar nelayan dapat beraktifitas normal, katanya.

Menyinggung soal bantuan budidaya ikan bawal bintang dan kerapu dengan kerambah jaring apung (KJA) dari pemerintah Provinsi yang dikelalo kelompok nelayan Tunas Baru di Desa Mepar, Zubir mengakui tetap terimakasih atas bantuan usaha kerambah yang telah diberikan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP Provinsi. Itu kurang lebih lima bulan lalu, saat ini kami melakukan panen. Meski belum 100 persen berhasil namun kami sangat trimakasih kepada pemerintah yang telah sudi memberi kami kesempatan yang baik ini, sebutnya dikontak ponselnya, Senin (11/5/2020).

Baeng, tokoh warga di Mepar mengakui nelayan pinggiran yang terpaksa banting stir ada yang tukang service jaring yang dipakai nelayan untuk melaut, meskipun tidak setiap hari mendapat orderan. Untuk biaya hidup sehari-hari, ungkap dia mengandalkan hutangan ke tetangga atau saudara dengan harapan sebelum lebaran sudah terbayar.

Menjadi nelayan pinggiran atau menjala dipinggir pantai, sudah tidak menjanjikan mendapat hasil maksimal. Paling sehari-hari mencari orderan perbaikan jaring ikan, lumayan kalau ada bisa bawa uang sampai Rp 100.000. Kalau tidak ada terpaksa cari hutangan, katanya.

Namun sebelumnya, Ramlan, Plt Kasi Pengembangan Sarana dan Prasarana Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Lingga menyatakan pada wartawan, bantuan yang diberikan DKP Provinsi untuk tiga kelompok nelayan di Lingga. Selain Desa Mepar dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 20 orang, dua kelompok nelayan lainnya yang menerima bantuan provinsi yaitu Pulau Medang yang masing-masing kelompok memiliki anggota sebanyak 10 orang.

Untuk bantuan yang diberikan Kelompok Nelayan Desa Mepar berupa kerambah ramah lingkungan berjenis HDPE, dua kantung kerambah untuk tiap anggota, bibit ikan bawal bintang sebanyak 11.700 ekor dan Kerapu tiger 7000 ekor, serta pakan ikan yang didatangkan sebanyak 2 kali, terangnya. (rp.sdp/*)

Tags : -,