LINGKUNGAN Botswana sedang menyelidiki kematian misterius 275 gajah dalam beberapa pekan terakhir. Perburuan telah dikesampingkan sebagai penyebab karena bangkai yang ditemukan dalam kondisi utuh.
Tiga laboratorium di Zimbabwe, Afrika Selatan, dan Kanada telah diidentifikasi untuk memproses sampel yang diambil dari gajah yang mati, kata Kementerian Lingkungan Hidup, Sumber Daya Alam, Konservasi, dan Pariwisata Botswana dalam sebuah pernyataannya dirilis Republika.co.id, Kamis (2/7).
Organisasi konservasi Elephants Without Borders (EWB) telah menyusun laporan untuk Pemerintah Botswana. Dalam laporan yang sempat dilihat Reuters, EWB mengatakan survei udara menunjukkan gajah dengan beragam usia terlihat sekarat.
Beberapa gajah yang kami amati tampak lemah, lesu, dan kurus. Beberapa gajah tampak bingung, sulit berjalan, menunjukkan tanda-tanda lumpuh sebagian atau pincang, kata EWB.
Organisasi itu pun telah mengamati adanya seeokor gajah yang hanya berjalan berputar-putar. Ia tak dapat mengubah arah meskipun didorong anggota kawanan lainnya.
EWB mencatat sebanyak 169 gajah mati pada 25 Mei kemudian pada 14 Juni terdapat 187 gajah lainnya mengalami hal serupa. EWB menyebut tindakan mendesak diperlukan guna menentukan apakah kematian itu disebabkan oleh penyakit atau keracunan.
Direktur EWB belum memberikan komentar resmi terkait laporan tersebut. Populasi gajah di Afrika telah menurun akibat perburuan liar. Tapi Botswana, rumah bagi hampir sepertiga gajah di benua itu, mencatat kenaikan jumlah populasi, dari 80 ribu pada akhir 1990-an menjadi 130 ribu.
Di lain sisi, beberapa petani di sana memandang gajah sebagai gangguan karena kerap menghancurkan tanaman mereka. Para Mei tahun lalu, Presiden Botswana Mokgweetsi Masisi mencabut peraturan larangan perburuan gajah lima tahunan.
Perburuan mestinya bisa dilakukan mulai April lalu. Namun, pandemi Covid-19 telah menunda hal tersebut sehubungan dengan pembatasan perjalanan global. (*)
Tags : -,