INTERNASIONAL - Bos dari perusahaan hipotek Better.com, yang berbasis di Amerika Serikat, dikritik karena memecat 900 stafnya melalui panggilan Zoom.
"Apabila Anda menerima panggilan ini, Anda adalah bagian dari kelompok tidak beruntung yang diberhentikan," kata Vishal Garg, CEO Better.com melalui panggilan Zoom yang kemudian tersebar di media sosial.
Pengguna media sosial kemudian menilai pemecatan tersebut sebagai cara yang "kejam" dan "mengerikan", apalagi dilakukan menjelang perayaan Natal.
"Terakhir kali saya melakukan ini [memecat karyawan], saya menangis, " kata Garg kepada stafnya.
"Saya berharap situasinya berbeda. Saya berharap kita mampu berkembang," lanjutnya, dengan suara yang tertata sambil melihat catatan di mejanya.
Garg beralasan pemecatan 15% karyawan Better.com itu didasari oleh kinerja dan produktivitas para staf, serta kondisi pasar yang terus berubah.
Namun, Garg tidak menyinggung suntikan dana sebesar US$750 juta (Rp10,7 triliun) yang diterima Better.com dari pemodal utamanya, Softbank, pada pekan lalu.
Better.com didirikan oleh Garg pada 2015 dan menjadi perusahaan yang menawarkan pemanfaatan teknologi agar proses pembelian rumah menjadi "lebih cepat dan lebih efisien".
Perusahaan ini mengonfirmasi bahwa mereka berencana masuk ke bursa saham pada awal tahun. Hal itu membuat perusahaan akan bernilai sekitar hingga US$7,7 miliar (Rp110,5 triliun).
Kepala Bagian Keuangan Better.com, Kevin Ryan, mengatakan kepada BBC bahwa "keharusan melakukan PHK pada masa-masa ini sangat memilukan".
Menurut Ryan, perusahaan perlu "menjaga keseimbangan neraca dan mengurangi tenaga kerja agar lebih efisien" diperlukan untuk menghadapi "pasar properti yang berkembang secara radikal".
line
Seperti apa bunyi pesan pemecatan itu?
"Hai semua, terima kasih telah bergabung. Saya menghubungi kalian untuk menyampaikan berita yang tidak baik. Pasar telah berubah, seperti yang kalian tahu, dan perusahaan harus mengikuti perkembangannya agar bisa bertahan dan terus berkembang mencapai misi."
"Ini bukan lah berita yang ingin kalian dengar, tetapi ini adalah keputusan yang saya buat, dan saya ingin kalian mendengarnya langsung dari saya. Ini adalah keputusan yang sangat, sangat menantang. Ini kali kedua saya melakukannya dalam karir saya, dan saya sebetulnya tidak ingin melakukan ini. Terakhir kali saya melakukannya, saya menangis. Kali ini saya berharap bisa lebih kuat. Perusahaan memecat sekitar 15% staf karena beberapa alasan: pasar, efisiensi, kinerja, dan produktivitas.
"Apabila Anda menerima panggilan ini, Anda adalah bagian dari kelompok tidak beruntung yang dipecat. Kontrak kerja Anda dihentikan, ini berlaku dengan segera."
line
Kepala eksekutif Chartered Management Institute Inggris, Ann Francke mengkritik cara Garg memecat karyawannya.
"Manajer yang buruk akan memecat orang dengan cara yang buruk, entah itu secara virtual maupun secara langsung," kata Francke kepada BBC Today. "Tetapi cara yang buruk itu mendapat sorotan karena dilakukan secara virtual dengan cara yang tidak berperasaan.
"Pada saat pandemi ini, kita perlu memahami bahwa empati itu penting."
Menurut Franke, cara Garg memecat stafnya akan berdampak pada masa depan Better.com.
"Mereka bergerak di lini bisnis yang berhadapan dengan pelanggan. Saya yakin banyak pelanggan atau calon pelanggan berpikir, 'kalau mereka memperlakukan karyawan mereka seperti ini, bagaimana mereka memperlakukan pelanggan?'."
Setelah pemecatan tersebut, majalah Fortune mengatakan bahwa Garg sebelumnya menulis di sebuah blog secara anonim dan menuduh staf yang dipecat tidak produktif dan hanya bekerja selama dua jam sehari.
Pada tahun lalu, gaya kepemimpinan Garg juga pernah dikritik setelah email yang dia kirim kepada stafnya bocor kepada Forbes.
Melalui email itu, Garg menulis: "Kalian TERLALU LAMBAT. Kalian adalah sekumpulan lumba-lumba bodoh. BERHENTI. HENTIKAN SEKARANG. KALIAN MEMPERMALUKAN SAYA."
Business Insider melaporkan Garg menggelar rapat bersama karyawannya yang tersisa usai pemecatan massal itu.
Dia mengaku "telah mempekerjakan orang yang salah". Better.com sebelumnya merekrut karyawan dalam jumlah besar selama pandemi.
"Saya telah gagal. Saya tidak disiplin selama 18 bulan terakhir," kata Garg.
Bagaimana cara yang pantas memecat karyawan?
"Perusahaan terkadang harus melakukan PHK. Ini adalah situasi yang sulit," kata penasihat kebijakan senior untuk relasi karyawan di Cahrtered Institute of Personnel and Development, Rachel Suff.
"Tetapi cara perusahaan melakukannya dan pendekatan yang manusiawi akan mempengaruhi bagaimana orang merespons kabar mengejutkan itu."
Sementara itu, di Inggris, pemecatan seperti itu tidak dapat dilakukan. Sebab, perusahaan harus berkonsultasi dengan karyawan selama 30 hari, bahkan 45 hari apabila lebih dari 100 orang yang akan dipecat.
Pada periode itu, "karyawan harus mendapatkan penjelasan yang tepat, diberi peringatan, dan dipersiapkan untuk itu," katanya.
Suff juga menyoroti perkataan Garg yang menyebut bahwa dia menangis saat terakhir kali memecat stafnya.
"Garg berbicara bagaimana ini berdampak pada dirinya. Dia mengatakan 'Saya menangis terakhir kali'. Tetapi siapa yang kehilangan pekerjaan di sini?"
line
Dosen hukum ketenagakerjaan dan studi bisnis Universitas John Moores Liverpool, Gemma Dale mengatakan ada banyak cara untuk melakukan pemecatan yang lebih baik dan penuh empati, meski dalam kondisi yang sulit.
Tindakan itu justru dapat membahayakan perusahaan serta stafnya, karena "karyawan yang tersisa menyaksikan bagaimana perusahaan memperlakukan orang lain, dan itu adalah menunjukkan bagaimana perusahaan juga akan memperlakukan mereka di masa depan". (*)
Tags : Media sosial, Amerika Serikat, Teknologi, Pekerjaan,