Bisnis   2023/01/30 7:32 WIB

Beberapa Perusahaan Terus Merekrut Pegawai Muda, 'dengan Gaji Rendah dan Tuntutan Kerja Tinggi'

Beberapa Perusahaan Terus Merekrut Pegawai Muda, 'dengan Gaji Rendah dan Tuntutan Kerja Tinggi'

BISNIS - Perusahaan sengaja merekrut pegawai muda yang tidak bertahan lama di tengah iklim kerja yang berpotensi merusak karier para pekerja ini bahkan sebelum mereka mulai menitinya.

Sarah selalu bermimpi bekerja di industri mode. Pada usia 21 tahun, dia memutuskan mengejar mimpinya itu, pindah ke London dan menemukan peluang karier yang dia sukai.

“Seperti banyak anak muda, hasrat saya adalah fesyen,” kata Sarah.

“Tetapi kenyataannya tidak begitu glamor.”

Dalam waktu kurang dari satu tahun bekerja di ritel fesyen, Sarah dipercaya menjadi asisten e-commerce di kantor pusat sebuah merek mewah global.

Selama bekerja di bidang itu, dia dikelilingi oleh orang-orang seumurannya dengan mimpi yang sama: semuanya ingin sukses di dunia mode.

“Ini seperti industri kreatif mana pun, anak muda selalu menganggapnya keren bisa bekerja di bidang ini,” kata dia.

“Dan keuntungannya luar biasa, bahkan ketika obral kami selalu mendapatkan item dengan diskon besar-besaran.”

Namun, Sarah mengatakan bahwa pengunduran diri karyawan di kantornya sering terjadi, terutama di kalangan staf pemula.

“Sepanjang waktu akan ada karyawan muda yang mengundurkan diri: seorang pekerja magang berusia 18 tahun hanya bertahan seminggu setelah menyadari bahwa yang dia lakukan pada dasarnya adalah pekerjaan kasar yang tidak digaji, dan berjam-jam dihabiskan hanya untuk mengangkut dan mengemas pakaian yang dikembalikan dari pemotretan.”

“Pekerja magang yang bertahan berbulan-bulan pun pada akhirnya akan berhenti karena kelelahan. Yang ada hanya perputaran terus menerus dari para pekerja muda yang mudah terpengaruh tapi tidak ada yang dilakukan untuk mengatasinya – ini akhirnya menjadi ujian bagi siapa yang paling kuat bertahan.”

Sarah bertahan pada pekerjaan itu selama dua tahun. Kegembiraannya bekerja di bidang fesyen seketika berubah menjadi frustasi dan kebosanan.

“Tugas-tugas administrasi dengan jam kerja yang panjang dan gaji yang rendah,” ujar dia.

Perusahaan pun tidak menawarkan jalur karir yang jelas atau tanda-tanda kemajuan lainnya, sehingga pekerjaan ini akhirnya membuat Sarah menyerah dan berhenti.

“Baik manajemen dan karyawan sama-sama tahu bahwa ini adalah lingkup kerja yang kompetitif, bahwa pekerjaan ini akan selalu diminati. Jika kamu mengundurkan diri, kamu akan digantikan oleh pekerja muda lain yang bersemangat untuk ada di posisi itu.”

Para ahli mengatakan ada banyak pemberi kerja yang sengaja merekrut lulusan baru yang ingin mengejar minat mereka, biasanya dalam bidang yang kompetitif, bahkan karier yang “glamor”.

Dalam beberapa kasus, ini bagus untuk para pekerja yang sedang mencari cara memasuki industri impian mereka. Tapi, kadang-kadang, karyawan muda digaji rendah di tengah tuntutan yang tinggi, karena pemberi kerja tahu bahwa lowongan ini selalu diinginkan oleh banyak orang.

Situasi ini membuat para pekerja yang baru meniti karirnya, yang berharap bisa mengembangkan diri, menjadi rentan mengalami kelelahan atau kekecewaan pada masa-masa awal karir mereka.

‘Tidak berbekal pengalaman’

Banyak pekerjaan memungkinkan para pekerja yang lebih muda dapat berkembang di dalamnya.

Seringkali ada jalur yang jelas untuk promosi dan tujuan yang ingin dicapai; terkadang perusahaan bahkan menawarkan program bimbingan dan pengembangan untuk karyawan pemula.

Sekalipun prosesnya membutuhkan kerja keras, banyak pemberi kerja mau berinvestasi pada karyawannya agar bertahan di perusahaan itu.

Namun menurut para ahli, ada pula pemberi kerja lainnya yang mengambil taktik berbeda, di mana mereka menyiapkan prasarana untuk mempekerjakan karyawan muda dengan peluang kecil naik jabatan, lalu membebani mereka dengan tuntutan tinggi.

Dalam situasi ini, pemberi kerja sering berharap para pekerja muda ini suatu saat akan meninggalkan perusahaan – entah itu karena mereka merasa buntu atau mereka merasa kelelahan bekerja di posisi tersebut.

Kemudian, mereka yang mengundurkan diri biasanya digantikan oleh para pekerja muda lainnya, yang bernasib sama.

Para karyawan muda tentu saja diharapkan memulai karier mereka dengan penuh ambisi, kegigihan, dan ketangguhan di tempat kerja untuk "memenuhi kewajiban mereka".

Bukan berarti semua pekerja muda tanpa perkembangan signifikan berada di perusahaan yang sengaja melakukan ini, kata Helen Hughes, profesor asosiasi di Sekolah Bisnis Universitas Leeds, Inggris.

Dia mencontohkan karir di bidang hubungan masyarakat misalnya, di mana posisi awal bergaji rendah "cocok dengan jalur karir seseorang: harapannya adalah bahwa pada tahap awal, Anda harus mengambil peran sebagai junior sebelum Anda bisa maju”.

Namun menurut Helen beberapa pemberi kerja menerapkan "pola yang samar".

Ada banyak alasan perusahaan memilih para pekerja muda, dibanding berinvestasi pada mereka.

Pertama, pengaruhnya terhadap keuangan perusahaan. Lulusan baru digaji sebagai pemula, dan tidak memiliki ekspektasi gaji yang sama dengan karyawan berpengalaman.

“Pemberi kerja sering mempekerjakan lulusan baru karena dapat menggaji mereka lebih kecil,” kata Dominik Raškaj, manajer pemasaran di situs pencarian kerja Posao.hr, yang berbasis di Kroasia.

“Mereka secara efektif merupakan sumber tenaga kerja yang murah dan tidak dihargai.”

Selain itu, pekerja pemula kemungkinan lebih tunduk dan bersedia menerima kondisi kerja tertentu.

“Semakin sedikit pengalaman karyawan, semakin terbuka pemikiran mereka dan umumnya mau menerima lingkungan kerja mereka,” kata Hughes.

“Mereka tidak terhalang oleh pengalaman, yang membawa keuntungan bagi pemberi kerja – mereka lebih mudah dibentuk.”

Namun, hal ini dapat membuat para pekerja muda rentan mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai deskripsi atau lingkungan kerja yang tidak sehat.

“Lulusan baru menjadi rentan diekspolitasi, di mana mereka belum memiliki pengalaman untuk mengetahui apa yang baik dan apa yang tidak,” kata Hughes.

“Mereka bisa merasa bahwa ini sangat kompetitif, sehingga mereka merasa tidak berdaya mengambil peluang menantang yang mungkin tidak ideal.”

‘Bisa mengubah pandangan seseorang’

Dalam situasi ini, risiko jangka pendeknya adalah kelelahan.

Pekerja mungkin mendapati diri mereka terbebani dengan jam kerja yang panjang, beban kerja yang berat atau tugas-tugas kasar, dan, karena kurangnya pengalaman, tidak dapat mengadvokasi diri mereka sendiri.

Ini bisa membuat pekerja frustrasi, atau dalam kasus seperti Sarah, menghadapi banyak tekanan.

Namun, banyak yang merasa mereka tidak memiliki pilihan selain bertahan, terutama apabila mereka berusaha masuk ke industri tertentu yang sulit ditembus.

Bagi para pekerja muda yang putus asa untuk memantapkan diri dalam karier yang kompetitif, menghadapi jam kerja yang panjang dan kondisi kerja yang buruk bisa berdampak berbahaya.

“Beberapa orang mungkin memutuskan bertahan dan tetap mati-matian karena mereka masih dalam tahap awal karier,” kata Hughes.

“Tetapi tanpa pengalaman untuk dijadikan tolok ukur, risikonya adalah mereka menerima bahwa inilah yang diperlukan di tempat kerja, kondisi buruk dianggap normal dan pekerja muda akhirnya berpikir hanya ini yang layak mereka dapatkan.”

Kondisi itu dapat memiliki efek jangka panjang bagi para pekerja muda ini, memengaruhi ekspektasi mereka soal makna berada di dunia kerja.

“Anda bisa melihat pekerja mulai menarik diri, bekerja seadanya, dan berhenti melakukan sesuatu yang ekstra,” kata Jim Harter, peneliti bidang manajemen dan kesejahteraan tempat kerja di perusahaan analitik AS, Gallup.

“Itu bisa mengubah pandangan seseorang tentang apa arti karier, dan hubungan mereka dengan pekerjaan.”

“Lulusan baru bisa sangat khawatir soal mendapatkan pekerjaan yang menurut mereka bisa dilakukan oleh siapa pun,” tambah Hughes.

Tetapi bekerja keras dalam jam kerja yang panjang, dengan gaji yang buruk, memiliki konsekuensi jangka panjang.

“Anda terbiasa dengan norma di sekitar Anda –yaitu norma yang buruk—tepat di awal karier Anda.”

Kabar baiknya, pasar kerja yang menguntungkan karyawan saat ini bisa memberi pilihan bagi pekerja muda ketika mereka dieksploitasi tanpa ada peluang untuk maju, atau itu menjadi sangat melelahkan.

“Sekarang ada lebih banyak pertanyaan yang diajukan tentang pekerjaan bagi lulusan baru,” kata Hughes.

“Dan ada lebih banyak seruan tentang praktik kerja yang buruk di media sosial, yang berarti ada tekanan lebih besar untuk berubah terhadap perusahaan yang tidak memperhatikan pekerja mudanya.”

Namun, bahkan di era di mana terjadi kekurangan staf dan banyaknya ulasan online, pola yang sulit ini akan bertahan.

Itu berarti karyawan pemula perlu mengenali kondisi mereka ketika berada di dalam posisi yang buruk.

Namun mengidentifikasi hal ini mungkin lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, karena karyawan dengan sedikit pengalaman kerja mungkin tidak mengetahui standar yang semestinya sebagai pekerja pemula, atau mengambil langkah yang mungkin terlalu jauh.

Sarah pada akhirnya menyadari bahwa pekerjaannya telah mendorongnya mencapai titik puncak lalu memutuskan pergi.

Alih-alih pindah ke pekerjaan lain di industri yang sama, dia memilih mengambil jalan lain.

Dia sekarang bekerja untuk agensi kreatif di luar dunia mode.

Dia mengaku jauh lebih bahagia dalam peran barunya yang menawarkan kemajuan yang jelas, pekerjaan yang menantang, dan beragam tugas harian.

“[Fesyen] mungkin terdengar seperti tempat yang mengesankan untuk bekerja,” katanya, “tetapi saya menyadari bahwa memiliki pekerjaan yang memuaskan lebih penting daripada sekadar keren di CV". (*)

Tags : Perusahaan Merekrut Pegawai Muda, Gaji Rendah dan Tuntutan Kerja Tinggi, Ekonomi, Kaum muda, Pekerjaan,