Linkungan   2021/12/19 15:8 WIB

Berkemah di Hutan Pinus yang Sejuk dan Ditemani Riuh Pekikan Elang Liar

Berkemah di Hutan Pinus yang Sejuk dan Ditemani Riuh Pekikan Elang Liar

LINGKUNGAN - Sejuk dan asrinya hutan pinus di Suaka Elang Camping Area, menjadi hal yang dirindukan para pengunjung. Hingga saat ini kawasan wisata di Kampung Loji, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor ini hampir dua tahun ditutup selama pandemi Covid-19.

Terletak tidak jauh dari Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ), sejumlah elang liar juga hidup dan tinggal di sana, kerap beterbangan melewati area perkemahan. Selain hutan pinus yang lebat, di dalam area perkemahan juga terdapat air terjun bernama Air Terjun Cibadak.

 Achmad Sudarno (35 tahun), merupakan salah satu pengunjung yang turut merindukan lebatnya hutan pinus di Suaka Elang Camping Area. Menikmati sejuknya area perkemahan yang masih berada di wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), sambil berayun di tandu berayun atau hammock.

“Pengen ke sana lagi, di situ tempatnya enggak ngebosenin. Berkemah di Suaka Elang juga punya kelebihan, salah satunya ada air terjun,” ujar pria asal Kota Bogor ini seperti dirilis Republika.co.id.

Tak hanya berkemah, Achmad dan pengunjung lain juga bisa melihat elang-elang yang sedang direhabilitasi di PSSEJ. Baik yang berlatih untuk dilepasliarkan kembali di Kandang Latih Terbang, maupun yang bertengger santai di Kandang Karantina.

Kepala Resort Gunung Salak 1, Ugur Gursala, menyebutkan Suaka Elang Camping Area memiliki luas sekitar 0,7 Hektare. Dari jembatan gantung di hadapan Plaza Patung Elang, pengunjung dapat berjalan kaki sejauh sekitar 50 meter ke arah barat.

Di sekitar area perkemahan, pengunjung juga dapat menikmati sarana prasarana seperti mushola, toilet, wooden deck, dan shelter. Selain itu, juga ada visitor center, bioskop edukasi, kolam sungai, dan wisma tamu yang baru saja dibangun pada 2020.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, pengunjung yang dapat berkemah di Suaka Elang Camping Area terbatas hanya 100 orang dalam sekali waktu. Pengunjung yang datang dari berbagai kalangan itu, tidak seluruhnya menginap di area perkemahan.

Beberapa di antaranya ada yang datang pagi dan pulang sore hari. Ada yang menggelar diklat atau pelatihan, bahkan ada yang hanya makan-makan bersama di area perkemahan.

Menikmati suasana makan bersama di alam lepas, sambil sesekali melihat dan mendengar pekikan elang ular bido, elang hitam, bahkan elang jawa yang melintas terbang bebas.

Ugur bercerita, kawasan yang masih asri ini juga ditinggali beberapa ekor satwa liar seperti surili, lutung dan monyet. Meski hidup bergerombol dengan jumlah yang tidak terlalu banyak, satwa-satwa liar ini tidak mengganggu pengunjung.

“Mereka malah takut sama pengunjung, sama manusia. Satwa-satwa tersebut, utamanya surili dan lutung enggak datang berbarengan, tapi kayak teritorial. Ada sekitar dua kelompok surili, dan 10 ekor lutung,” tutur Ugur.

Kepala Balai TNGHS, Ahmad Munawir, menjelaskan kawasan wisata di sekitar PSSEJ dibuat terbatas lantaran mengarah pada upaya terhadap konservasi elang itu sendiri. Ke depan, konsep ekowisata berencana akan diubah menjadi kawasan wisata khusus dengan edukasi.

Hanya saja, belum diketahui kapan perubahan konsep itu akan diterapkan. Mengingat kawasan PSSEJ dan area perkemahan masih ditutup sejak pandemi Covid-19, ditambah dengan pembangunan penambahan sarana dan prasarana. Termasuk tambahan kandang rehabilitasi bagi para elang sebelum terbang bebas di alam liar.

“Jadi kami membuat konsep tidak hanya wisata, ada konsep edukasi juga sudah direncanakan dari beberapa tahun lalu. Misal untuk kelas biologi tingkat sekolah, dan sebagainya,” kata Munawir. (*)

Tags : suaka elang, camping suaka elang, suaka elang loji, wisata berkemah,