Traveling   2020/10/02 8:34 WIB

Berkunjung ke Pulau Hantu Ditengah Samudera Hindia

Berkunjung ke Pulau Hantu Ditengah Samudera Hindia

TRAVELING - Pulau Ross, bekas hunian masa kolonial Inggris di kepulauan Andaman dan Nikobar telah lama ditinggalkan. Pulau itu kini diambil alih oleh pemiliknya yang sejati, alam.

Pulau-pulau India nan indah

Terletak di Teluk Benggala, Kepulauan Andaman dan Nikobar - yang terletak di wilayah India - merupakan gugusan pulau tropis yang berjumlah 572 pulau dan hanya 38 di antaranya yang saat ini dihuni.

Lebih dekat ke kawasan Asia Tenggara ketimbang India, kepulauan ini dikenal memiliki pantai yang memukau, kehidupan laut yang menakjubkan, kekayaan terumbu karang, dan hutan primer nan luas yang perawan. Namun di balik panorama indah itu ada masa lalu yang kelam. 

Reruntuhan menyeramkan bekas pemukiman kolonial

Salah satu pulau, Ross, adalah pulau hantu yang sangat menarik, di mana sisa-sisa pemukiman Inggris abad ke-19 masih terserak. Ditinggalkan pada tahun 1940an, pulau ini kemudian dibentuk ulang oleh alam. Bangunan bungalow mewah, gereja berukuran raksasa, ruang pertunjukan, bahkan kuburan, semuanya menjadi usang dan perlahan-lahan tanpa henti diambil alih oleh hutan.

Koloni tahanan yang terisolasi

Pada tahun 1857, sebagai reaksi terhadap pemberontakan rakyat India yang sama sekali tak terduga, Kerajaan Inggris memilih pulau-pulau terpencil ini sebagai tempat buangan atau hukuman bagi para pemberontak.

Ketika penjajah Inggris pertama kali tiba pada tahun 1858 dengan membawa 200 orang napi politik asal India, gugusan pulau ini masih berupa hutan belantara purba yang sulit ditembus.

Pulau Ross, berukuran hampir 0,3 km persegi, pertama kali dipilih sebagai tempat hukuman bagi narapidana karena alasan ketersediaan air yang dianggap cukup. Dan tugas maha berat dan mematikan untuk membabat hutan nan lebat jatuh pada narapidana, sementara para perwira Inggris memilih tinggal di atas geladak kapal.

Disulap menjadi hunian yang nyaman

Ketika jumlah tahanan terus bertambah, para narapidana kemudian dipindahkan ke penjara dan barak-barak di pulau terdekat. Pulau Ross lantas disulap sebagai kantor pusat administrasi serta lokasi hunian eksklusif bagi perwira tinggi beserta keluarganya.

Lantaran pulau-pulau terpencil memiliki tingkat kematian yang tinggi karena penyakit yang terbawa air, maka dibuatlah Pulau Ross menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali. Maka dibangunlah rumah-rumah mewah lengkap dengan perabotannya, rerumputan nan indah, lapangan tenis, gereja Presbiterian (lihat foto atas), pabrik pemurnian air, barak militer serta rumah sakit.

Mulai ditinggalkan dan dibiarkan merana

Pembangkit listrik (foto atas) yang digerakkan tenaga diesel membuat pulau kecil dan terpencil itu menyala sehingga pulau Ross berkilau layaknya surga di tengah keterbelakangan dari pulau-pulau di sekitarnya. Pada tahun 1942, kepulauan di Samudra Hindia itu tidak lagi berfungsi sebagai tempat pembuangan tahanan politik setelah ada kebijakan untuk membebaskan semua tahanan politik pada 1938.

Kemudian pasukan Inggris yang ditempatkan di gugusan pulau itu angkat kaki karena tidak lama lagi bala tentara militer Jepang datang - meskipun itu tidak lama karena gugusan pulau itu kembali dikuasai Inggris setelah perang berakhir. Tak lama setelah itu, India memperoleh kemerdekaan pada tahun 1947, dan pulau itu dibiarkan merana hingga akhirnya Angkatan Laut India menguasainya pada 1979.

Alam kembali mengambil alih

Reruntuhan bangunan di pulau Ross yang dibiarkan merana dapat memberikan sedikit gambaran tentang masa lalu kolonial yang menyedihkan dan brutal. Atap bangunan yang serba runcing, hiruk-pikuk pasar, ubin buatan Italia yang mengkilap, serta jendela kaca warna-warni memang sudah lama hilang. Namun demikian, kerangka atap bungalow yang dulu dihuni keluarga para pimpinan, klub-klub pertemuan untuk para Bawahan, bangunan gereja Presbiterian, berikut dinding-dinding tanpa nama lainnya, ditinggalkan, sehingga hancur berantakan dan akar-akar pohon ficus yang mengular kini menggantikannya.

Rusa tutul didatangkan dan berakhir berantakan

Pada awal 1900an, para perwira Inggris memperkenalkan berbagai spesies rusa di Kepulauan Andaman sebagai permainan untuk mengisi waktu luang, yaitu berburu rusa. Namun, tanpa predator alami, rusa tutul kemudian menjadi hama, berkembang biak secara masif dan sangat mempengaruhi perkembangan keaneragaman tumbuhan di pulau itu. Dan hari-hari ini, rusa tutul, bersama kelinci liar dan burung merak, adalah satu-satunya penduduk Pulau Ross, dan banyak dinikmati oleh para pengunjung.

Delapan dekade kemudian

Inilah reruntuhan bangunan klub (foto atas) untuk hiburan para perwira muda, yang dahulu tentu saja bergema alunan musik dari ruangan di dalamnya. Kicauan burung kini merupakan satu-satunya sumber hiruk-pikuk di ruangan klub yang terlantar dan rusak parah itu.

Dan hampir delapan dekade sejak tempat pembuangan tahanan politik itu ditutup, sekaligus mengakhiri masa suram kolonialisme di India, Pulau Ross saat ini adalah noda yang terlupakan di Samudra Hindia. Pulau ini menawarkan secercah pandangan tentang bagaimana dunia kita terlihat saat ditinggalkan penghuninya puluhan tahun silam dan alam kemudian mengambilalihnya tanpa bisa dielakkan.

Tags : Pulau Ross, Pulau Hantu, Samudera Hindia,