Headline Sorotan   2022/06/19 16:38 WIB

Berziarah ke Makam 'Orang Pembesar' Sangat Penting, 'Seperti Laksamana Raja di Laut yang Berkuasa di Selat Malaka'

Berziarah ke Makam 'Orang Pembesar' Sangat Penting, 'Seperti Laksamana Raja di Laut yang Berkuasa di Selat Malaka'
H. Darmawi Wardhana Bin Zalik Aris.

"Laksamana Raja di Laut adalah orang penting yang pernah berkuasa di Selat Malaka, meski bukan keturunan raja maupun kerabat raja tetapi kerap disandingkan atau dikaitkan dengan sejarah Kesultanan Kerajaan Siak"

una mengenang perjuangannya kegiatan ziarah makam Datuk Laksamana Raja di Laut yang berada di Desa Sukajadi Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis, Riau karena juga merupakan bagian dari warisan/peninggalan Kerajaan Siak.

"Berziarah ke makam Laksamana Raja di Laut merupakan orang penting pernah berkuasa masa Kerajaan Siak di Selat Malaka untuk mengingat kembali jasa masa lalu yang  membuat prestasi sangat besar di Bengkalis," kata H. Darmawi Wardhana Bin Zalik Aris, Ketua Lembaga Melayu Riau (LMR) pusat Jakarta juga putera kelahiran Bengkalis ini dalam bincang-bincangnya belum lama ini. 

"Masyarakat Bengkalis selalu mengenangnya dan mengagendakan setiap waktu berziarah kemakam Datuk Laksamana Raja di Laut yang dianggap sudah berjasa membuat prestasi besar juga sudah melahirkan banyak generasi penerus bangsa yang hebat-hebat," sambungnya.

Makna dalam ziarah kemakam Datuk Laksamana Raja di Laut, menurutnya, untuk mengenang jasa-jasanya yang terdahulu. 

Dan makna dari ziarah juga untuk mengingat kembali perjuangan almarhum tentunya harus menjadi contoh sekaligus bisa dijadikan inspirasi dan pemicu untuk generasi penerus.

"Selain itu memiliki pengetahuan tentang peristiwa masa lampau atau peristiwa sejarah penting, artinya bagi kehidupan suatu masyarakat atau bangsa."

"Peristiwa dimasa lampau merupakan pelajaran bergharga yang dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam menjalani kehidupan, baik masa kini maupun dimasa mendatang," kata Darmawi.

Makam datuk laksmana raja di laut

Masa kejayaan kerajaan siak di selat malaka

Sebagian besar masyarakat Kabupaten Siak dan masyarakat Kabupaten Bengkalis tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Datuk Laksamana Raja di Laut ini.

Tetapi meski bukan keturunan raja maupun kerabat raja, Datuk Laksamana Raja di Laut kerap disandingkan/dikaitkan dengan sejarah Kesultanan Kerajaan Siak.

"Ia terlahir disaat salah satu kerajaan yang pernah berkuasa hingga Selat Malaka, Kerajaan Siak tidak hanya meninggalkan jejak di sekitar aliran Sungai Siak saja, rumah/kediaman Datuk Laksamana Raja di Laut di Desa Sukajadi Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis, juga merupakan bagian dari warisan/peninggalan Kerajaan Siak," terang Darmawi.

Beberapa sumber menyebutkan; Datuk Laksamana Raja di Laut merupakan salah satu punggawa Kerajaan Siak yang mendapatkan tugas dari Raja Siak untuk mengamankan pesisir pantai di Selat Malaka.

"Ada Empat Datuk yang konon mendapatkan tugas dari Raja Siak untuk mengamankan pesisir pantai di perairan Selat Malaka, mereka adalah Datuk Ibrahim, Datuk Khamis, Datuk Abdullah Shaleh (bergelar Datuk Laksamana Raja di Laut III), dan Datuk Ali Akbar (bergelar Datuk Laksamana Raja di Laut IV)."

Darmawi menilai riwayat hidup Datuk Laksamana Raja di Laut adalah orang kepercayaan Raja Siak yang ditugaskan di pesisir Laut.

“Beliau (Datuk Laksamana Raja di Laut, red) ditugaskan oleh Sultan Siak untuk mengawasi dan mengamankan laut pesisir timur mulai selat Bengkalis, hingga perairan Dumai dan selat Melaka, dimana saat itu banyak lanun (bajak laut, red) yang kerap merompak pedagang-pedagang dari Sumatera yang melintas menuju Melaka,” terangnya.

Situs peninggalan sejarah berupa rumah/kediaman Datuk Laksamana Raja di Laut yang ada di Kecamatan Bukit Batu itu, merupakan peninggalan Datuk Ali Akbar yang dikenal dengan sebutan Datuk Laksamana Raja di Laut IV.

Laksamana Raja di Laut

Berbeda dengan Istana Siak yang berada di pusat pemerintahan Kabupaten Siak. Butuh waktu sekitar 1,5 jam lewat jalur darat dari Kota Siak menuju tempat tersebut.

Selain rumah dan makam Datuk Laksamana Raja di Laut yang berlokasi di Desa Sukajadi Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis itu, juga terdapat 5 pucuk meriam kuno yang juga merupakan peninggalan sejarah dari Datuk Laksamana Raja di Laut. 5 pucuk meriam kuno tersebut berukuran panjang sekitar 2,5 meter, dan berdiameter sekitar 20 Cm.

Tetapi berdasarkan penjelasan dari sejumlah tokoh yang ada di Kabupaten Siak, tokoh masyarakat Siak yang juga merupakan sejarawan Siak Datuk H Said Muzani, menyebutkan, cerita dari para orangtua, meriam kuno yang merupakan peninggalan dari Datuk Laksamana Raja di Laut itu, merupakan salah satu senjata yang digunakan oleh Datuk Laksamana Raja di Laut untuk mengusir serta menghadapi para perompak yang kerap menggangu keamanan di wilayah laut.

'Penampakan harimau dan buaya mistis'

Datuk Laksmana Raja Dilaut yang dikenal juga penjaga pesisir Selat Malaka itu kini dijadikan sebagai lokasi wisata kompleks peninggalan Datuk Laksamana di Kabupaten Bengkalis Riau yang bisa menjadi salah satu wisata sejarah.

"Tak pelak menyimpan berbagai cerita, serta peninggalan sejarah kehidupan sang datuk."

Selain rumah peninggalan, terdapat juga meriam kuno dan makam Datuk Laksamana Raja Di Laut. Ada juga masjid peninggalan Datuk Laksamana Raja Di Laut dan rumah-rumah khas suku Melayu.

Tidak jauh dari rumah Datuk Laksamana Raja Di Laut, juga terlihat dua makam yakni Makam Datuk Laksamana III dan Datuk Laksamana IV. Kedua makam ini terletak di belakang Masjid Jami' Al Haq, yang merupakan masjid tua peninggalan Datuk Laksamana Raja Di Laut.

Kedua makam itu, terawat dengan baik. Lantainya dilapisi marmer, begitu pula dengan dinding makam yang di dominasi warna kuning pudar dan warna hijau.

Di tiap makam tersebut, ada empat batu nisan dengan ukuran kecil dan besar. Ukuran kecil merupakan nisan yang pertama kali, sedangkan nisan yang besar dibuat setelahnya.

Makan Datuk Laksmana Raja Dilaut

Tetapi Darmawi mengakui makam Datuk Laksmana Raja Di Laut hingga kini tak pernah sepi pengunjung. Berbagai kalangan datang untuk mengingat sejarah, sebagian lagi berdoa dan meminta keberkahan melalui makam Datuk.

Konon makam ini dipercaya memiliki penunggu berwujud harimau. Ada pula cerita mistis, yang mengungkapkan sesosok buaya yang juga menjaga makam ini. Kisah demi kisah disebutkan, bahwa adanya penunggu makam itu, terkait dengan sumpah keramat yang diucap sang datuk, 100 tahun yang lalu.

'Raja di Laut yang tersohor'

Konon Datuk/Encik Ibrahim merupakan Datuk Laksamana Raja di Laut I yang berkuasa pada tahun 1767 M-1807 M.

Ada empat datuk yang memerintah di Bukit Batu, tiga penerusnya adalah Datuk Khamis, Datuk Abdullah Shaleh dan Datuk Ali Akbar. Mereka digelari Datuk Laksamana II sampai IV.

Datuk Laksamana merupakan pembesar kerajaan Siak yang semula bermukim di Bengkalis, kemudian memindahkan lokasi pemerintahannya ke Bukit Batu.

Dalam sejarahnya, Laksamana Raja di Laut merupakan keturunan bugis dan melayu, dimana Daeng Tuagik, anak dari Sultan Wajok yang kawin dengan anak Datuk Bandar Bengkalis, Encik Mas (seorang perempuan yang berkuasa di pulau Bengkalis).

Daeng Tuagik ketika menikahi Encik Mas telah berjanji untuk tidak memakai gelar Bangsawan Bugis bagi keturunannya. Dari perkawinannya ia mendapat seorang anak yang bernama Datuk Bandar Jamal (1720-1767) yang kelak menggantikan ibunya sebagai penguasa Bengkalis.

"Dt. Laksamana Raja Dilaut III, yang bernama Dt. Abdullah Saleh, dan Dt Laksamana Raja Dilaut IV, bernama Dt. Ali Akbar di Desa Sukajadi Kecamatan Bukitbatu. Sedangkan Dt Laksamana Raja Dilaut I, Dt. Ibrahim, dimakamkan di Pangkalan Tambang, dan Dt. Laksamana Raja Dilaut II, Dt. Kemis dimakamkan di Pangkalan Gajah."

Konon Datuk/Encik Ibrahim disebut-sebut Datuk Laksamana Raja Di Laut I yang berkuasa pada tahun 1767 M-1807 M. Ada empat datuk yang memerintah di Bukit Batu, tiga penerusnya adalah Datuk Khamis, Datuk Abdullah Shaleh dan Datuk Ali Akbar (1908-1928). Mereka digelari Datuk Laksamana II sampai IV.

Rumah Datuk Laksamana di Laut IV, Laksamana Ali Akbar terletak Di Desa Sukajadi, sekitar 35 kilometer dari Kota Sungai Pakning, Kabupaten Bengkalis. Rumah peninggalan Laksamana seperti rumah adat atau rumah tradisi di Riau. Berbentuk panggung dengan motif-motif melayu dibeberapa ornamen bangunannya.

Banyak kisah-kisah mistis yang diungkapkan oleh warga setempat, terutama harimau jadi-jadian, buaya penunggu dan lain-lain. Ini terkait sumpah selama 100 tahun yang keramat. Nilai mistisnya menjadi penarik sekaligus faktor hambat bagi sebagian orang yang penasaran dengan makam Laksamana Raja Di Laut.

Tidak jauh dari rumah Laksamana Raja di Laut, akan terlihat dua makam Datuk penguasa laut. Yakni Laksamana III dan Laksamana IV. Kedua Makam ini terletak di belakang Masjid Jami’ Al Haq. Mesjid tua peninggalan para Laksamana dulunya.

Penjaga makam, Rustam mengatakan bahwa banyak sejarah lampau tentang kejayaan kerajaan Siak terdahulu, Laksmana Raja di Laut merupakan penjaga pesisir pantai Selat Malaka.

Lokasi makamnya kini menjadi situs sejarah ramai dikunjungi wisatawan untuk berziarah ataupun hanya sekedar melihat-lihat saja.

Rustam menyebut, tempat sejarah ini biasanya ramai kunjungan pada hari-hari libur.

"Kalau hari biasa kunjungan sepi, tapi biasanya akhir pekan atau hari libur ramai. Pengunjung biasa berasal dari luar daerah ini," kata Rustam.

Di lokasi, ia juga menunjukan tempat-tempat bersejarah lainnya. Termasuk rumah peninggalan Laksmana Raja di Laut yang lokasinya tak jauh dari makam tersebut.

Di rumah itu, ditempati oleh ahli waris. Arsitektur bangunan Melayu tersebut sudah pernah di renovasi, namun sebagian ornamen kayu yang dipakai bangunan itu masih asli.

Di halaman depan juga terdapat meriam yang digunakan masa kejayaan kerajaan Siak dahulu. Rustam menjelaskan satu persatu lokasi dan makna dari situs bersejarah tersebut.

Sebagai warga, ia ingin lokasi ini bisa dikenal khalayak sebagai situs sejarah, bahwa dahulu perjuangan kerajaan dalam mempertahankan kedaulatan sangat menantang.

"Kalau harapan, kita ingin sejarah ini dikenal luas bagi generasi penerus," tuturnya.

Mengulang seperti disebutkan Darmawi, pentingnya memiliki pengetahuan tentang peristiwa masa lampau atau peristiwa sejarah penting artinya bagi kehidupan suatu masyarakat atau bangsa.

"Peristiwa di masa lampau merupakan pelajaran bergharga yang dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam menjalani kehidupan, baik masa kini maupun di masa mendatang," sebutnya.

Tetapi tanpa sejarah, sambung Darmawi lagi, tidak pernah ada masa kini maupun masa yang akan datang. Masa yang dapat menjadi lebih dari era sebelumnya. "Hal ini adalah karena hakekat sejarah memang merupakan proses yang mencakup dimensi masa lampau, masa kini, dan masa depan,” jelasnya.

Putra kelahiran Bengkalis ini juga berujar, perjalanan sejarah suatu daerah tidak pernah lepas dan selalu berkait-kelindan dengan keberadaan sosok seorang atau beberapa tokoh besar atau kecil, langsung atau tidak sebagai suatu inspirasi kehidupan selanjutnya.

“Tokoh besar masyarakat Bengkalis yang tetap dikenang sampai saat ini adalah Datuk Laksamana Raja Dilaut. Selain mampu menyatukan berbagai lapisan masyarakat di masa lampau, ia juga mampu mengajarkan kepada kita arti penting rasa kebersamaan, semangat persatuan dalam menjaga eksistensi sebuah negeri,” ujarnya.

Jadi, hingga saat ini, kata Darmawi, kebesaran nama Datuk Laksamana Raja Di Laut tetap abadi dan Insya Allah akan abadi selamanya yang ditauladani bahwa beliau menunjukkan kebhinnekaan di Bengkalis termasuk budaya yang dapat menjadi perekat dan kekuatan besar. (*)

Tags : Datuk Laksamana Raja di Laut, Berziarah ke Makam Orang Pembesar di Bengkalis, Riau, Datuk Laksamana Raja di Laut yang Berkuasa masa Kerajaan Siak Selat Malaka, Sorotan,