
Pencegahan dengan jaga kebersihan dan tanam serai tanpaknya bisa menjadi pecegehan kasus malaria di Rokan Hilir ini.
PEKANBARU - Bupati Rokan Hilir (Rohil), H. Bistamam, bersama Wakil Bupati Jhony Charles dan jajaran pemerintah daerah bergerak cepat mengatasi Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria di Kecamatan Sinaboi dengan memimpin langsung aksi gotong royong massal sejak Senin 21 April 2025.
Selain meninjau posko siaga malaria di halaman kantor Camat Sinaboi, juga mulai melakukan gotong royong melakukan pembersihan.
Tetapi yayasan Sahabat Alam Rimba (SALAMBA) melihat daerah itu (Rohil) memang sudah ditetapkan sebagai wilayah kejadian luar biasa (KLB) dengue atau demam berdarah dengue setelah beberapa kasus mematikan yang merengut orang meninggal dunia.
"Agaknya tidak lah berlebihan, pemerintah segera membangun drainase untuk memperlancar aliran air sehingga tidak tergenang. Kalau air kering mungkin nyamuk akan teratasi, masyarakat pun terhindar dari penyakit mematikan ini. Tentu masyarakat tetap menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya," kata Ir Ganda Mora SH M.Si, Ketua Umum (Ketum) Yayasan SALAMBA ini.
Menurutnya, selama ini kasus malaria di dua daerah (Rohil dan Inhil) terus diselimuti peningkatan drastis malaria bahkan sampai ditetapkannya status darurat.
Indonesia dilaporkan sebagai negara kedua dengan kasus DBD terparah di 30 negara wilayah endemis. Kebanyakan korban adalah anak-anak.
Jumlah kasus malaria di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) terus meningkat dengan cepat dan semakin mengkhawatirkan. Hingga 28 September 2024 lalu, tercatat 1.660 kasus malaria, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau pun menetapkan status darurat malaria.
"Atas kejadian itu, tahun 2021, Rohil ditetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk menangani lonjakan kasus malaria. Namun, meskipun status KLB sudah diberlakukan, angka kasus terus meningkat hingga tahun 2024," sebutnya.
Kasi Pencegahan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan (Dinkes) Riau, Syarifah Dewi Handayani, mengungkapkan bahwa sebagian besar kasus malaria di Rohil ditemukan di Kelurahan Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas.
"Kasus malaria di Rohil sangat tinggi, khususnya di Kelurahan Panipahan. Ini sudah menarik perhatian pemerintah pusat, dan Kementerian Kesehatan telah menurunkan tim untuk melakukan survei lapangan bersama Dinkes Provinsi Riau dan Kabupaten Rohil," jelas Syarifah.
Tidak hanya di Rohil, lonjakan kasus malaria juga terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), yang mencatatkan 34 kasus hingga 29 September 2024. Dinkes Riau mengungkapkan bahwa Kabupaten Inhil juga berencana menetapkan status KLB seiring meningkatnya jumlah kasus.
"Dalam waktu dekat, status KLB juga akan diterapkan di Inhil," tambah Syarifah.
Syarifah mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperhatikan kebersihan lingkungan, karena penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles yang berkembang biak di genangan air kotor dan lembab.
“Rutinlah membersihkan tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk dan gunakan obat nyamuk, terutama di wilayah endemik malaria,” imbaunya.
Ia juga menyarankan warga untuk menghindari keluar rumah pada sore hingga malam hari, karena saat itulah nyamuk Anopheles aktif.
Jika harus keluar, disarankan untuk menggunakan kelambu atau obat nyamuk sebagai perlindungan ekstra.
Melihat situasi yang semakin kritis, Pemprov Riau berharap agar Pemkab Rohil segera menetapkan status darurat malaria agar upaya penanganan dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran.
Untuk itu pula Bupati H. Bistamam menyempatkan membagikan kelambu dan makanan bergizi kepada warga sebagai upaya meningkatkan perlindungan terhadap penyakit malaria.
Nyamuk Aedes aegypti
"Kami mendapat informasi dari Kementerian Kesehatan bahwa kasus malaria meningkat, maka kami bersama Forkopimda dan OPD terkait turun langsung ke lapangan untuk menangani masalah ini," ujar H Bistamam.
Bupati Bistamam mengungkapkan bahwa peningkatan kasus malaria di Rohil telah menjadi perhatian serius dari Kementerian Kesehatan, sehingga pemerintah daerah mengambil tindakan cepat untuk menanganinya.
Pemerintah daerah menetapkan Kecamatan Sinaboi, Panipahan, dan Pulau Halang sebagai fokus utama pencegahan dan penanggulangan malaria karena tingginya populasi nyamuk di wilayah tersebut.
Bupati juga mengimbau seluruh camat dan datuk penghulu untuk menggalakkan gotong royong bersama masyarakat dalam membersihkan lingkungan dan memberantas sarang nyamuk.
"Kami mengajak seluruh camat dan datuk penghulu untuk bersama-sama masyarakat melakukan gotong royong membersihkan lingkungan demi memberantas sarang nyamuk malaria," tegasnya.
Selain itu, Bupati H. Bistamam menekankan pentingnya tindakan cepat dari Dinas Kesehatan dan OPD terkait untuk menekan angka penyebaran malaria, mengingat waktu yang terbatas untuk menindaklanjuti arahan dari Kementerian Kesehatan.
Upaya cepat ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Kesehatan yang menjalin komunikasi intensif dengan pemerintah daerah untuk memastikan ketersediaan obat dan fasilitas kesehatan yang memadai.
Dia berharap, melalui upaya gotong royong dan tindakan cepat ini, kasus malaria di Rokan Hilir dapat ditekan hingga benar-benar hilang.
Kembali disebutkan Ganda Mora yang memandang kasus demam berdarah ini belum akan mereda.
"Karena memang di seluruh Asia Tenggara ini Indonesia masih merupakan daerah yang hyper endemic," ujarnya.
"Selama ini pemerintah selalu berupaya agar kasus mereda tapi tampaknya belum adanya solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan," ujarnya.
Jadi di dua daerah itu (Rohil dan Inhil) merupakan daerah endemis DBD, angka kasus terus mengalami pelonjakan dalam beberapa pekan terakhir.
"Mulai bergerak naik mulai Akhir Desember. Beberapa rumah sakit mulai melaporkan dan Januari trennya semakin meningkat," ujarnya.
Sementara Kepala Biro Humas Kementerian Kesehatan, Widyawati Rokom menjelaskan kasus DBD tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Ratusan kabupaten dan kota di 34 provinsi melapor mendeteksi kasus DBD.
Beberapa wilayah sudah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) DBD termasuk Sulawesi Utara, juga Kabupaten Manggarai Barat dan Kota Kupang di Nusa Tenggara Timur.
Tindakan yang ditempuh, lanjut Ipong, adalah dengan menambah alat fogging yang dimiliki pemerintah daerah, dari yang sebelumnya hanya lima menjadi 12 alat fogging.
Selain itu, pemerintah juga mengimbau puskesmas untuk menerima pasien DBD tanpa menarik biaya apapun alias gratis.
Apa penyebabnya DBD?
Ganda Mora menilai, keberadaan kasus DBD identik dengan musim hujan karena pada saat musim tersebut menimbulkan banyak genangan air.
Namun demikian, masyarakat dihimbau untuk mewaspadai DBD tidak hanya di musim hujan, tapi juga musim kemarau terutama di tempat-tempat genangan air atau barang bekas.
"Jadi udara lembab akibat musim hujan panjang membuat nyamuk aedes aegypti pembawa virus dengue penyebab penyakit DBD mudah berkembang biak, sementara genangan air dapat menjadi sarang nyamuk aedes aegypti," kata dia.
"Virus kemudian menyebar melalui gigitan nyamuk di tubuh manusia."
"Kalau sudah demikian, gejala yang dialami pasien DBD antara lain suhu tubuh yang tinggi secara mendadak selama tujuh hari," ujarnya.
Dia lantas memberikan solusi paling efektif untuk mengatasi wabah DBD ini.
Lingkungan yang banyak nyamuk Aedes disebabkan oleh beberapa faktor, terutama genangan air dan sampah yang tidak terkelola, sebutnya.
Nyamuk Aedes aegypti senang berkembang biak di air bersih yang tergenang, seperti di bak mandi, vas bunga, atau tempat penampungan air lainnya. Selain itu, sampah yang tidak terkelola, khususnya wadah plastik, kaleng, atau botol bekas, juga menjadi tempat ideal untuk nyamuk bertelur.
Kementerian Kesehatan menerima laporan sebanyak 12.240 orang terjangkit DBD di sejumlah daerah, 115 orang di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
Beberapa faktor penyebab banyak nyamuk Aedes di lingkungan:
Genangan air bersih:
Nyamuk Aedes aegypti, vektor utama demam berdarah, lebih suka bertelur dan berkembang biak di air bersih yang tergenang.
Sampah yang tidak terkelola:
Tumpukan sampah, terutama wadah yang menampung air, menjadi tempat ideal bagi nyamuk untuk bertelur.
Lingkungan yang kotor:
Sampah yang tidak teratur dan genangan air dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi nyamuk Aedes untuk berkembang biak.
Tanaman yang terlalu rimbun:
Nyamuk Aedes aegypti senang hidup di tanaman rimbun, jadi tanaman rimbun dapat menjadi tempat persembunyian nyamuk.
Iklim tropis dan musim hujan:
Nyamuk Aedes Aegypti menyukai iklim tropis dengan curah hujan tinggi.
Untuk mengurangi populasi nyamuk Aedes, beberapa langkah yang bisa dilakukan:
Membersihkan dan menguras tempat penampungan air:
Rutin membersihkan dan menguras bak mandi, ember, vas bunga, dan tempat penampungan air lainnya.
Menghindari genangan air:
Menutup atau menguras tempat-tempat yang bisa menampung air hujan, seperti talang air atau lubang di ban bekas.
Menjaga kebersihan lingkungan:
Membersihkan sampah dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah.
Menanam tanaman antinyamuk:
Menanam tanaman yang mengeluarkan aroma menyengat, seperti serai atau lavender, untuk mengusir nyamuk.
Menggunakan obat pembunuh jentik nyamuk:
Jika ada genangan air yang sulit dikuras, bisa digunakan obat pembunuh jentik nyamuk, seperti temefos.
Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk:
Memelihara ikan di kolam atau tempat penampungan air lain, karena ikan dapat memakan jentik nyamuk.
Lantas Ganda menyebut, nyamuk Aedes aegypti lebih suka bersarang di air bersih yang tergenang, seperti dalam botol, kaleng, atau ember bekas.
Selama ini masyarakat Indonesia berupaya menekan perkembangbiakkan nyamuk aedes aegypti dengan melakukan pengasapan atau fogging.
Nyamuk ini juga dapat berkembang biak di tempat yang lembap dan gelap, seperti tumpukan baju atau barang-barang padat.
Air bersih yang tergenang:
Nyamuk Aedes aegypti senang bertelur dan berkembang biak di air bersih yang tergenang, seperti dalam botol, kaleng, ember, atau bahkan genangan air kecil di sekitar rumah.
Tempat yang lembap dan gelap:
Nyamuk ini juga dapat ditemukan di tempat yang lembap dan gelap, seperti tumpukan baju, kotak, atau barang-barang yang tidak terpakai.
Kondisi lingkungan:
Nyamuk Aedes aegypti lebih mudah berkembang biak di daerah dengan iklim tropis dan curah hujan tinggi, seperti di Indonesia, karena kondisi ini mendukung perkembangbiakan nyamuk.
Waktu aktif:
Nyamuk Aedes aegypti biasanya aktif di siang hari, terutama saat matahari mulai terbit dan menjelang sore.
Cara mencegah nyamuk Aedes aegypti bersarang di rumah:
Bersihkan lingkungan:
Lakukan pembersihan rutin, terutama di area sekitar rumah yang sering menjadi tempat genangan air.
Tutup wadah air:
Pastikan wadah air yang tidak terpakai ditutup rapat, seperti ember, kaleng, atau drum.
Bersihkan genangan air:
Bersihkan genangan air yang mungkin ada di sekitar rumah, seperti parit, selokan, atau kolam.
Lakukan pembersihan rutin:
Bersihkan tumpukan baju atau barang-barang yang tidak terpakai untuk mencegah nyamuk bersarang di tempat yang lembap dan gelap.
Gunakan obat nyamuk:
Jika diperlukan, gunakan obat nyamuk yang efektif untuk membunuh nyamuk Aedes aegypti. Dengan mencegah nyamuk Aedes aegypti bersarang di sekitar rumah, Anda dapat membantu mengurangi risiko penyebaran Demam Berdarah Dengue. (*)
Tags : nyamuk, serangan nyamuk mematikan, perangi dengue, bupati rohil bistamam, bupati rohil perangi dengue, sahabat alam rimba, salamba, rohil dan inhil sarang nyamuk, daerah ditetapkan kejadian luar biasa, klb nyamuk dengue,