Linkungan   2022/11/22 7:23 WIB

Gempa Bumi Berkekuatan 5,6 di Cianjur, 'yang Situasi dan Kondisinya Masih Rawan'

Gempa Bumi Berkekuatan 5,6 di Cianjur, 'yang Situasi dan Kondisinya Masih Rawan'
Kerusakan akibat gempa, Senin (21/11) 

LINGKUNGAN - Gempa Bumi Berkekuatan 5,6 di Cianjur yang situasinya masih rawan setidaknya 162 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka, pada Senin 21 November 2022.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menyatakan melalui akun Twitter pada Selasa (22/11) dini hari akibat gempa bumi berkekuatan 5,6 di Cianjur.

Ia mengatakan data korban didapat dari call center BPBD Cianjur, pada Senin malam pukul 21.00 WIB.

Ia juga mengatakan 2.345 rumah rusak berat dan sekitar 13.400 warga mengungsi. 

Tercatat 88 getaran atau gempa susulan sehingga menurut Ridwan "suasananya masih rawan".

Hingga pukul 01.00 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum merilis data yang menguatkan pernyataan Ridwan Kamil.

Salah satu warga yang terdampak gempa di Kelurahan Bojongherang mengaku masih kaget sekaligus was-was akan potensi gempa susulan.

Eneng Rosidah, 58, sedang menelepon keluarganya ketika gempa berkekuatan 5,6 itu mengguncang.

“Lagi ngobrol gitu, 'masya Allah ini apa?' Kaget ada yang jatuh dari dinding. Di belakang perabotan pada jatuh, astaghfirullah. Terus [berlindung] di bawah meja, takut ada yang jatuh dari atas. Mau lari keluar, takut keburu jatuh di pikiran saya. Gemetaran sampai dua jam, soalnya saya sudah tua, sudah lemah,” jelas Eneng.

Di Bojongherang, Eneng mengatakan tidak ada korban jiwa. Namun sejumlah rumah warga rusak ringan hingga rusak berat akibat guncangan gempa. Rumah Eneng adalah salah satu yang rusak ringan.

Tidak lama setelah gempa, listrik pun mati hingga malam hari. Setelahnya aliran air juga ikut mati.

Warga kini harus melewati malam pertama pasca-gempa dengan kondisi gelap gulita.

Selain itu, Eneng mengatakan banyak warga memilih untuk tidur di luar rumah karena was-was akan gempa susulan.

“Orang-orang pada di depan rumah, di halaman rumah, sudah pada ngungsi di depan, takut ada susulan, makanya.. yah orang-orang ketakutan,” kata Eneng kepada BBC News Indonesia.

Hingga Senin 21 November 2022 malam sekitar pukul 19.00 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 62 kali gempa susulan, meski instensitas gempa susulan semakin kecil.

Salah satu warga di Desa Cugenang, salah satu desa yang paling terdampak parah oleh gempa. Namun dia mengatakan belum bisa berbicara karena "situasinya masih sangat darurat".

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sudah mengatakan angka korban diperkirakan bertambah.

Pada Senin siang, jumlah yang meninggal 56 orang.

“Karena masih banyak warga terperangkap di tempat-tempat kejadian, kita asumsikan yang meninggal dan luka-luka pun akan bertambah seiring waktu,” kata Ridwan dalam kunjungannya ke Cianjur, dikutip dari Kompas TV.

Ridwan menggambarkan situasi di lapangan “masih chaos” dan warga di tempat kejadian “masih dilanda ketakutan” sehingga penanganan darurat banyak dilakukan di luar ruangan.

“Dijahit kepalanya, dijahit kakinya dilakukan di lapangan. Tindakan menormalisasi, ada yang stres, menangis, ada yang kepalanya baru dijahit dan sebagainya,” jelas Ridwan.

Dikutip dari Detik.com, pantauan di lokasi menunjukkan bahwa korban gempa terus berdatangan ke RSUD Cianjur. Instalasi Gawat Darurat (IGD) disebut kewalahan menampung pasien.

Para pasien digambarkan terpaksa menjalani perawatan di halaman rumah sakit.

“Rata-rata korban mengalami luka di bagian kepala hingga tangan. Tidak sedikit korban merupakan anak-anak,” tulis laporan itu dikutip dari Detik.com pada Senin (21/11).

Aliran listrik dan akses telekomunikasi di sejumlah lokasi terdampak juga sempat padam, meski di lokasi penanganan medis sudah mulai menyala.

Sejumlah ruas jalan, salah satunya jalur akses antara Kota Cianjur dengan Puncak pun tertutup longsor dan pohon tumbang.

Ridwan Kamil pun mengatakan telah meminta TNI-Polri memberikan data terkait dampak gempa di banyak daerah di Cianjur “yang terpencil”.

Juru bicara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Endra Atmawidjaja mengatakan sedang memobilisasi personel dan alat berat ke lokasi untuk membersihkan akses jalan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan korban meninggal banyak dilaporkan di tiga kecamatan, yakni Cilaku, Cianjur, dan Cugenang.

Sejumlah bangunan juga rusak, mulai dari rumah, pondok pesantren, gedung pemerintahan, sekolah, hingga RSUD Cianjur.

BNPB menyatakan akan segera mengaktifkan posko penanganan bencana dan membawa logistik untuk para pengungsi.

“Kalau kita lihat kerusakannya cukup masif, berdasarkan pengalaman gempa sebelumnya, dapat kami perkirakan masyarakat yang harus mengungsi cukup banyak sehingga kami akan siapkan logistik seperlunya, tenda-tenda, dan untuk aktifkan posko kami akan dorong anggaran dana siap pakai,” jelas Suharyanto.

Gempa bumi bermagnitudo 5,6 terjadi pada Senin (21/11) pukul 13.21 WIB.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan pusat gempa berlokasi di  Sukalarang, Sukabumi, Jawa Barat pada kedalaman 11 kilometer.

Menurut BMKG, gempa yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar Cimandiri.

Karakter gempa dangkal ini lah yang menurut BMKG membuat dampaknya begitu merusak.

Getaran gempa terasa di wilayah Cianjur, Garut, Sukabumi, Bandung, hingga Jakarta.

Hingga pukul 15.00 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 15 kali gempa susulan.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga mengingatkan bahaya ikutan berupa longsor akibat guncangan gempa di tengah musim hujan.

"Kami mohon waspadai juga apabila sedang hujan, mohon tidak berada di dekat lereng atau menghindari dari bantaran sungai yang dikhawatirkan berpotensi mengalami banjir bandang," kata Dwikorita. (*)

Tags : Gempa bumi, Bencana alam, Gempa Bumi Berkekuatan 5, 6 di Cianjur, Situasi Cianjur Masih Rawan,