"Gempa di desa-desa terisolasi Cianjur difokuskan yang belum terjangkau, rata-rata korban bisa diselamatkan pada hari ke tiga"
encarian dan evakuasi korban gempa Cianjur sejak Rabu 23 November 2022 difokuskan pada desa-desa yang belum terjangkau. "Setidaknya ada dua desa di Kecamatan Cugenang yang diidentifikasi masih terisolasi dan membutuhkan bantuan," kata Kepala Badan SAR Nasional Marsdya TNI Henri Alfiandi.
Hari ketiga evakuasi pun, kata Henri, merupakan batas terakhir 'golden time' bagi korban gempa yang tertimbun reruntuhan untuk bisa diselamatkan.
Data resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Selasa menyatakan bahwa 268 orang meninggal dunia dan 151 korban masih hilang.
Henri mengatakan jumlah korban hilang dan korban meninggal dipredikasi masih akan bertambah seiring upaya evakuasi yang masih berlangsung.
Rencana evakuasi hari ini seperti apa?
Pada Selasa 23 November 2022 pagi hingga siang, Basarnas menuju lokasi-lokasi terpencil yang belum bisa dijangkau kendaraan.
"Kami menuju Desa Talaga dan Desa Barukaso di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, guna memberikan bantuan kepada masyarakat di sana yang membutuhkan pertolongan," kata Kepala Badan SAR Nasional Marsdya TNI Henri Alfiandi seperti dilansir BBC NewsIndonesia.
"Kami kerahkan helikopter supaya lebih efektif."
Bagaimana kondisi kedua desa yang terisolasi itu?
Jalan darat tidak bisa ditembus, sehingga untuk mempercepat pemberian bantuan, kami gunakan alutsista.
Kami manfaatkan seefektif mungkin helikopter untuk mengangkut personel dan logistik.
Mereka (warga) saat ini sangat butuh makanan cepat saji, tenda, selimut, dan air minum.
Apakah ada warga tertimbun juga di kedua desa itu?
Salah-satu lokasi yang terdampak gempa di Cianjur, 22 November 2022.
Sudah ditangani tim rescuer Basarnas, mudah-mudahan bisa diselamatkan.
Jadi tim sudah mulai bisa masuk di desa itu?
Belum. Ini baru satu (desa) Talaga. Desa Barukaso belum bisa.
Sekarang hujan, saya sudah di lokasi Desa Talaga yang berdekatan dengan Desa Barukaso. Helikopter tidak bisa mendarat.
Selain cuaca dan akses yang masih tertutup, apa kendala lainnya?
Kendala yang dihadapi di lapangan adalah permintaan masyarakat yang harus kita seleksi, apakah memang sangat membutuhkan atau tidak.
Ini berkenaan dengan keterbatasan sumber daya manusia Basarnas.
Jadi kita fokus pada korban yang benar-benar sangat membutuhkan.
Mengingat hari ketiga ini masih 'golden time', bagaimana evakuasi akan dilaksanakan?
Kalau ada gempa bumi, mungkin ada masyarakat atau korban berada di reruntuhan dan mereka masih selamat. Secara teori mereka bisa bertahan mulai dari kejadian sampai hari ketiga.
Hitungannya adalah, manusia tanpa minum tiga hari berturut-turut dalam kondisi terjepit itu adalah batas rata-rata mereka masih bisa ditolong.
Lebih dari itu adalah keajaiban. Jadi kita harus mengejar waktu tiga hari ini mencari korban-korban yang ada di puing-puing.
Data korban hilang per Selasa (22/11) ada 151 orang, apakah itu sudah termasuk data dari desa-desa terisolasi?
Belum termasuk.
Ada kemungkinan yang hilang lebih dari 151 orang?
Kemungkinan bertambah. Hari ini kami menemukan korban 16 jiwa dari (laporan) Kepala Kantor SAR.
Apakah 16 jiwa ini bagian dari 151 yang hilang atau tidak, kami belum bisa memastikan. Tetapi yang pasti sampai siang ini kami sudah menemukan korban 16 jiwa lagi.
Kebanyakan mereka tertimbun reruntuhan bangunan, tiga orang dari longsoran tanah.
Tim SAR fokus upaya korban di bawah reruntuhan
Tim SAR gabungan akan fokus mencari korban yang masih dinyatakan "hilang" akibat gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Sampai Selasa 22 November 2022 sore, pemerintah menyebutkan 151 orang dilaporkan masih hilang.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum dapat memastikan apakah mereka yang hilang itu bagian dari korban meninggal.
Disebutkan ada 268 korban meninggal di berbagai wilayah di Kabupaten Cianjur yang terdampak gempa.
“Mudah-mudahan saja segera bisa ditemukan, baik dalam kondisi selamat atau meninggal,” kata Kepala BNPB, Suharyanto, Selasa sore.
Sebelumnya, Selasa (22/11), Menteri Muhadjir mengatakan akan memprioritaskan penyelamatan korban yang kemungkinan masih tertimbun reruntuhan bangunan karena banyak bangunan yang hancur akibat gempa.
"Basarnas sudah menyanggupi hari ini timbunan-timbunan yang diduga kuat ada korban, terutama korban hidup, itu akan diselesaikan hari ini.
"Dengan demikian maka untuk korban yang masih hidup mudah-mudahan masih bisa diselamatkan secepat mungkin," kata Muhadjir.
'Banyak orang hilang di daerah terpencil'
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan masih banyak warga yang hilang dan operasi pencarian dan penyelamatan di lapangan mengalami hambatan.
“Cianjur sangat terjal, berbukit-bukit. Jadi, masih banyak orang hilang kebanyakan di daerah terpencil di bukit atau di puncak gunung,“ kata Ridwan Kamil dalam keterangannya, Selasa (22/11).
Meski jalur utama yang tertimbun longsor sudah normal dan bisa dilalui, Ridwan mengatakan beberapa jalan desa ke puncak bukit “masih ada yang tidak bisa dilalui“. Di lokasi itu, pencarian dan penyelamatan dilakukan menggunakan sepeda motor dan helikopter.
Seorang pria menggendong anaknya yang meninggal untuk dikuburkan. Dia meninggal akibat gempa di Cianjur, Jabar.
“Daerah yang sulit tim pencarian dan penyelamatan kami memiliki dua helikopter [siap] siaga untuk mengangkut beberapa korban ke rumah sakit terdekat,“ kata Ridwan.
Berapa jumlah korban meninggal dunia?
Sampai Selasa (22/11) sore, korban meninggal tercatat 268 jiwa, kata Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Korban jiwa meninggal dunia sekarang ada 268 jiwa... dari 268 itu yang sudah teridentifikasi sebanyak 122 jenazah," kata Kepala BNPB, Suhariyanto, dalam jumpa pers di Cianjur, sekitar pukul 17.00 WIB.
Saat ini, menurutnya, pihaknya dan otoritas terkait masih melakukan pencarian korban yang disebut "hilang" sebanyak 151 orang.
Disebutkan ada 1.083 orang yang terluka akibat gempa itu.
Sementara, ada 58.362 orang yang mengungsi di berbagai wilayah di Kabupaten Cianjur dan sekitarnya.
Menurut BNPB, saat ini tercatat 22.198 rumah yang rusak parah, sedang atau ringan.
'Korban meninggal sebagian besar anak-anak'
Sebagian besar korban meninggal akibat gempa di Cianjur, Jabar, diperkirakan adalah anak-anak.
"Kebetulan waktunya [gempa] bersamaan [anak-anak] mengaji di madrasah diniyah dan masjid-masjid," kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy, Selasa (22/11).
Hal itu disampaikan Muhadjir usai menggelar rapat koordinasi dengan berbagai toritas terkait di Cianjur, Jabar.
Adapun jumlah korban meninggal, Muhadjir mengakui "belum bisa dipastikan".
Sejumlah tenaga medis merawat korban yang terluka akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 di RSUD Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022).
Namun, "untuk angka sementara, sekitar 162 orang meninggal dunia," katanya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menyatakan setidaknya 162 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka.
Hal itu disampaikan Ridwan Kamil melalui akun Twitter pada Selasa (22/11) dini hari.
Tetapi, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (22/11) siang, Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, korban meninggal dunia 103 jiwa di Kabupaten Cianjur.
Adapun korban luka-luka 377 orang di Kabupaten Cianjur, satu orang di Kabupaten Bandung.
Lainnya, satu orang mengalami luka-luka berat dan sembilan orang terluka ringan di Kabupaten Sukabumi. Adapun dua orang luka ringan di Kabupaten Bogor.
Disebutkan, warga mengungsi bertambah menjadi 7.060 jiwa yang tersebar di beberapa titik.
Sementara dilaporkan ada 3.075 rumah rusak ringan, 33 rumah rusak sedang, serta 59 rumah rusak berat.
Presiden kunjungi lokasi bencana
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi lokasi terdampak gempa di Cianjur.
Jokowi mengunjungi lokasi bencana di Kecamatan Cugenang dan lokasi pengungsian di Lapangan Prawatasari Joglo, Cianjur, untuk melihat kondisi warga terdampak gempa. Dia juga sempat berbincang dengan warga, dan membagikan makanan.
Di sela kunjungannya Jokowi mengatakan jalan yang tertimbun longsor sudah bisa dilalui, dan ‘akan dilanjutkan dengan percepatan dalam penanganan, terutama penyelamatan dan evakuasi korban yang masih tertimbun’.
Presiden Joko Widodo mengunjungi salah-satu lokasi tanah longsor akibat gempa di Kabupaten Cianjur, Selasa (22/11).
Presiden juga memastikan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan kepada masyarakat yang rumahnya mengalami kerusakan, baik itu rusak berat, sedang, maupun ringan.
“Yang rusak berat akan diberikan bantuan 50 juta, yang [rusak] sedang diberikan bantuan 25 juta dan yang [rusak] ringan diberikan bantuan 10 juta. Tetapi yang paling penting adalah pembangunan rumah-rumah yang terkena gempa bumi ini diwajibkan untuk memakai standar-standar bangunan yang anti gempa oleh menteri PUPR,” kata Jokowi.
Menurut BMKG, gempa yang mengguncang Cianjur adalah gempa 20 tahunan, sehingga rumah yang dibangun kembali harus memakai standar anti-gempa.
Prioritas selamatkan korban dari timbunan
Untuk penanganan pascagempa hari ini, Selasa (22/11), Menteri Muhadjir mengatakan akan memprioritaskan penyelamatan korban yang kemungkinan masih tertimbun reruntuhan bangunan karena banyak bangunan yang hancur akibat gempa.
"Basarnas sudah menyanggupi hari ini timbunan-timbunan yang diduga kuat ada korban, terutama korban hidup, itu akan diselesaikan hari ini. Dengan demikian maka untuk korban yang masih hidup mudah-mudahan masih bisa diselamatkan secepat mungkin," kata Muhadjir.
Selain upaya penyelamatan korban dengan menggali timbunan, pemerintah juga berupaya membuka akses jalan yang tertutup longsor. Muhadjir mengatakan ada dua jalan yang yang terisolasi, yaitu satu jalan nasional dan jalan kabupaten.
Pembukaan akses jalan itu ditargetkan selesai hari ini, sehingga kendaraan bisa kembali melintas.
"Kapolda sudah janji, untuk jalan nasional itu tiga setengah jam, sehingga tiga setengah jam ke depan jalan itu sudah bisa dilewati. Begitu juga jalur untuk kabupaten, kita usahakan ditangani secara simultan," ujar Muhadjir.
Dengan target itu, kemungkinan akses jalan yang tertutup akan bisa dilalui kembali pada siang hari, setelah pukul 12.00 siang.
"Ada satu jembatan yang putus, itu akan segera saya minta, saya informasikan kepada menteri PUPR utuk segera dibangun jembatan darurat," tambah Muhadjir.
Helikopter akan jangkau daerah terisolasi
Sementara akses jalan darat masih tertutup timbunan longsor, BNPB sudah menyiapkan satu unit helikopter untuk mendistribusikan bantuan. Dari informasi yang diterima BNPB, ada dua desa yang masih terisolasi.
"Masyarakat yang mungkin masih berada di tempat-tempat terisolir, itu bisa kita dorong untuk kebutuhan logistiknya," kata Kepala BNPB Suharyanto.
Dia juga mengimbau masyakarat agar tetap tenang dalam menghadapi musibah ini dan tidak perlu mengkhawatirkan kerugian materi karena pemerintah akan membantu.
"Bagi masyarakat yang rumahnya rusak berat, itu akan diganti oleh pemerintah. Jadi selesai tanggap darurat, masuk tahap rehabilitasi-rekonstruksi, baru membangun rumah-rumah masyarakat yang rusak berat," uajr Suharyanto.
Sementara itu untuk fasilitas umum lainnya, seperti sekolah dan masjid, itu juga akan dibangun kembali oleh kementerian terkait.
Fasilitas kesehatan rusak
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan sejumlah fasilitas kesehatan di Cianjur mengalami kerusakan akibat gempa yang terjadi pada Senin (21/11).
“Saat ini masih dalam pendataan Kemenkes,” ujar Juru Bicara Kemenkes Muhammad Syahril.
Sebanyak 2.345 rumah rusak berat dan sekitar 13.400 warga mengungsi akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat.
Data sementara yang dihimpun dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat, Dinkes Kabupaten Cianjur, Dinkes Kabupaten Sukabumi, dan Dinkes Kabupaten Bogor, menyebut fasilitas kesehatan yang rusak antara lain RSUD Cianjur, Puskesmas Cugenang di Kabupaten Cianjur, Puskesmas Pacet di Kabupaten Cianjur, dan Puskesmas Cireunghas di Kabupaten Sukabumi.
Pada Senin, BPBD Cianjur mencatat ada 10 kecamatan terdampak gempa, antara lain Kecamatan Pacet, Sukaresmi, Karang Tengah, Sukaluyu, Cianjur, Cugenang, Warung Kondang, Gekbrong, Cilaku, dan Cibeber.
Bantuan tenaga kesehatan dan logistik
Kemenkes menyatakan telah memobilisasi sejumlah tenaga kesehatan untuk membantu penanganan pascagempa di Cianjur. Dari bidang kedokteran dan tenaga kesehatan (Biddokes), Kemenkes mengerahkan 22 tenaga kesehatan dan 1 ambulans. Sementara itu, dari Kantor Kesehatan Pelabuhan dikerahkan 26 tenaga kesehatan dan 3 ambulans.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga mengirimkan tiga dokter spesialis bedah, 1 tim medis, dan 1 ambulans. Kemarin, IDI cabang Cianjur juga mengatakan akan mengirimkan sekitar 200 tenaga medis, antara lain dokter umum dan dokter spesialis.
Perhimpunan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia (PABOI) mengirimkan 3 dokter spesialis bedah ortopedi, dan 5 petugas PSC (Public Safety Center) 119.
Pascagempa kemarin, Bupati Cianjur Herman Suherman sempat mengatakan pihaknya kewalahan menangani korban. Cianjur membutuhkan tenaga medis, terutama dokter spesialis bedah ortopedi.
Selain tenaga kesehatan, Kemenkes juga memobilisasi logistik kesehatan berupa tenda, velbed, kit operasional HEOC, obat-obatan, masker, masker anak, APD, oksigen konsentrator, antigen kit, emergency kit, handscoon, body bag, pampers dewasa dan anak, paket kesling, dan family kit.
Relawan supir ambulans bantu korban yang melahirkan
Lewat tengah malam, RSUD Sayang Cianjur, Jawa Barat masih belum juga tenang. Mobil ambulans hilir mudik membawa pasien korban gempa yang terjadi Senin (21/11) siang.
Di pelataran rumah sakit dan tempat-tempat parkir kendaraan, sudah berdiri tenda-tenda terbuka. Ratusan pasien yang tak tertampung di dalam rumah sakit, terpaksa dirawat di sana.
Para pasien umumnya menggunakan perban seperti luka habis perang. Perban di wajah, dan kaki serta tangan dengan penyanggah tulang. Botol-botol infus bergelantungan.
Di antara hiruk pikuk RSUD Sayang yang dipenuhi korban gempa Cianjur, Heri Sumantri, 49 tahun duduk di samping mobil ambulans.
Dia adalah sopir ambulans yang baru saja mengangkut pasien yang akan melahirkan dari Desa Bangbayang.
"Saya sendiri tadi bawa yang mau lahiran satu," kata Heri Sumantri yang akrab dipanggil Sero.
Sero adalah satu dari 30 pengemudi ambulans dari kawasan Bandung Barat yang datang untuk memberi bantuan kepada korban gempa. Mereka tergabung dalam Ambulans Bandung Barat Bersatu (AB3)—sebuah komunitas sopir ambulans di tingkat-tingkat desa. Mobil ambulans ini adalah aset desa.
"Semua yang 29 (unit ambulans) langsung ke RS Hasan Sadikin, Bandung. Rata-rata patah tulang rujukan," katanya.
Pasien sekaligus korban yang akan melahirkan ini dibawa dari tempat pengungsian. Di lokasi pengungsian, kata dia, seluruh listrik masih padam.
Fasilitas yang dimiliki layanan bidan di tempat tersebut tidak memungkinkan untuk menjadi tempat melahirkan.
Akhirnya, Sero bersama tenaga medis setempat segera melarikan pasien tersebut ke RSUD Sayang. Rencananya pasien itu akan dibawa kembali ke pengungsian.
"Si pasien belum kondusif jangan pulang dulu. Kita tunggu. Biarpun 12 jam, biarpun 15 jam. Kita tunggu saja," tambah Sero.
Sero juga mengatakan kedatangannya bersama puluhan rekannya dari Bandung Barat atas biaya pribadi. "Ini biaya sendiri. Bukan biaya dari pemerintah. Nggak ada dari mana-mana. Jadi sukarela saja."
Tak lama kemudian, pasien yang melahirkan sudah keluar dari Intalasi Gawat Darurat.
Ibu dari pasien yang melahirkan, Cicah, 55 tahun ikut menemani. Ia mengatakan cucu ketiga yang baru lahir itu akan dibawa kembali ke pengungsian, karena rumah sakit sudah terlalu penuh.
Selain itu, ia tak mungkin lagi tinggal di rumah yang sudah setengah hancur, belum lagi gempa susulan.
.Korban gempa mendapat perawatan di tenda darurat yang didirikan karena kapasitas rumah sakit di RSUD Sayang penuh.
"Ke pengungsian paling. Ke rumahnya takut. Mana angin besar. Itu di lapangan," katanya.
Ia menambahkan lokasinya sejauh ini belum menerima bantuan logistik apa pun. "Belum ada makan. Belum ada bantuan. Belum ada apa-apa. Dari dzuhur juga belum makan-makan. Sampai sekarang belum makan," katanya.
'Masya Allah, ini apa?' - kisah warga yang terdampak gempa
Salah satu warga yang terdampak gempa di Kelurahan Bojongherang mengaku masih kaget sekaligus was-was akan potensi gempa susulan.
Eneng Rosidah, 58, sedang menelepon keluarganya ketika gempa berkekuatan 5,6 itu mengguncang.
“Lagi ngobrol gitu, 'masya Allah ini apa?' Kaget ada yang jatuh dari dinding. Di belakang perabotan pada jatuh, astaghfirullah. Terus [berlindung] di bawah meja, takut ada yang jatuh dari atas. Mau lari keluar, takut keburu jatuh di pikiran saya. Gemetaran sampai dua jam, soalnya saya sudah tua, sudah lemah,” jelas Eneng.
Di Bojongherang, Eneng mengatakan tidak ada korban jiwa. Namun sejumlah rumah warga rusak ringan hingga rusak berat akibat guncangan gempa. Rumah Eneng adalah salah satu yang rusak ringan.
Tidak lama setelah gempa, listrik pun mati hingga malam hari. Setelahnya aliran air juga ikut mati.
Warga kini harus melewati malam pertama pasca-gempa dengan kondisi gelap gulita.
Selain itu, Eneng mengatakan banyak warga memilih untuk tidur di luar rumah karena was-was akan gempa susulan.
“Orang-orang pada di depan rumah, di halaman rumah, sudah pada ngungsi di depan, takut ada susulan, makanya.. yah orang-orang ketakutan,” kata Eneng.
Hingga Senin (21/11) malam sekitar pukul 19.00 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 62 kali gempa susulan, meski instensitas gempa susulan semakin kecil.
Salah satu warga di Desa Cugenang, salah satu desa yang paling terdampak parah oleh gempa. Namun dia mengatakan belum bisa berbicara karena "situasinya masih sangat darurat".
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sudah mengatakan angka korban diperkirakan bertambah.
Pada Senin siang, jumlah yang meninggal 56 orang.
“Karena masih banyak warga terperangkap di tempat-tempat kejadian, kita asumsikan yang meninggal dan luka-luka pun akan bertambah seiring waktu,” kata Ridwan dalam kunjungannya ke Cianjur, dikutip dari Kompas TV.
Ridwan menggambarkan situasi di lapangan “masih chaos” dan warga di tempat kejadian “masih dilanda ketakutan” sehingga penanganan darurat banyak dilakukan di luar ruangan.
“Dijahit kepalanya, dijahit kakinya dilakukan di lapangan. Tindakan menormalisasi, ada yang stres, menangis, ada yang kepalanya baru dijahit dan sebagainya,” jelas Ridwan.
Dikutip dari Detik.com, pantauan di lokasi menunjukkan bahwa korban gempa terus berdatangan ke RSUD Cianjur. Instalasi Gawat Darurat (IGD) disebut kewalahan menampung pasien.
Para pasien digambarkan terpaksa menjalani perawatan di halaman rumah sakit.
“Rata-rata korban mengalami luka di bagian kepala hingga tangan. Tidak sedikit korban merupakan anak-anak,” tulis laporan itu dikutip dari Detik.com pada Senin (21/11).
Aliran listrik dan akses telekomunikasi di sejumlah lokasi terdampak juga sempat padam, meski di lokasi penanganan medis sudah mulai menyala.
Sejumlah ruas jalan, salah satunya jalur akses antara Kota Cianjur dengan Puncak pun tertutup longsor dan pohon tumbang.
Ridwan Kamil pun mengatakan telah meminta TNI-Polri memberikan data terkait dampak gempa di banyak daerah di Cianjur “yang terpencil”.
Juru bicara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Endra Atmawidjaja mengatakan sedang memobilisasi personel dan alat berat ke lokasi untuk membersihkan akses jalan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan korban meninggal banyak dilaporkan di tiga kecamatan, yakni Cilaku, Cianjur, dan Cugenang.
Sejumlah bangunan juga rusak, mulai dari rumah, pondok pesantren, gedung pemerintahan, sekolah, hingga RSUD Cianjur.
BNPB menyatakan akan segera mengaktifkan posko penanganan bencana dan membawa logistik untuk para pengungsi.
“Kalau kita lihat kerusakannya cukup masif, berdasarkan pengalaman gempa sebelumnya, dapat kami perkirakan masyarakat yang harus mengungsi cukup banyak sehingga kami akan siapkan logistik seperlunya, tenda-tenda, dan untuk aktifkan posko kami akan dorong anggaran dana siap pakai,” jelas Suharyanto.
Gempa bumi bermagnitudo 5,6 terjadi pada Senin (21/11) pukul 13.21 WIB.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan pusat gempa berlokasi di Sukalarang, Sukabumi, Jawa Barat pada kedalaman 11 kilometer.
Menurut BMKG, gempa yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar Cimandiri.
Karakter gempa dangkal ini lah yang menurut BMKG membuat dampaknya begitu merusak.
Getaran gempa terasa di wilayah Cianjur, Garut, Sukabumi, Bandung, hingga Jakarta.
Hingga pukul 15.00 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 15 kali gempa susulan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga mengingatkan bahaya ikutan berupa longsor akibat guncangan gempa di tengah musim hujan.
"Kami mohon waspadai juga apabila sedang hujan, mohon tidak berada di dekat lereng atau menghindari dari bantaran sungai yang dikhawatirkan berpotensi mengalami banjir bandang," kata Dwikorita. (*)
Tags : Gempa bumi, Bencana alam, Gempa di Desa-desa Terisolasi, Rata-rata Korban Bisa Diselamatkan pada Hari ke Tiga,