JAWA TIMUR - Gunung Semeru mengalami letusan atau erupsi puluhan kali sejak statusnya ditingkatkan dari 'Siaga' menjadi 'Awas' atau dari Level III menjadi Level IV oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), pada Minggu 4 Desember 2022.
Pada Senin 5 Desember 2022, petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru, Mukdas Sofian, menyebut terjadi hampir 30 kali letusan atau erupsi pada periode pengamatan pukul 00.00-06.00 WIB.
Gunung Semeru juga mengalami satu kali awan panas guguran dengan amplitudo 25 mm dan lama gempa 386 detik.
"Hasil pengamatan kegempaan hari ini selama enam jam, Gunung Semeru juga mengalami 29 kali letusan atau erupsi dengan amplitudo 11-22 mm dan lama gempa 65-120 detik," tuturnya dalam keterangan tertulis sebagaimana dikutip kantor berita Antara.
Aktivitas Semeru juga terekam enam kali gempa guguran dengan amplitudo 1-8 mm dan lama gempa 50-140 detik, satu kali gempa vulkanik dalam, dan satu kali gempa tektonik jauh.
"Pengamatan visual, Gunung Semeru terlihat jelas, teramati asap kawah putih dengan intensitas tipis hingga sedang yang tingginya mencapai 500 meter dari puncak, kemudian angin lemah ke arah barat daya," katanya.
Hampir 2.000 warga mengungsi menyusul meletusnya Gunung Semeru di Jawa Timur, hari Minggu (04/12/2022), yang mengeluarkan awan panas dan lava ke kawasan-kawasan di sekitarnya.
Letusan ini mendorong pihak berwenang menaikkan status menjadi "awas".
"Dengan adanya peningkatan aktivitas vulkanik, maka Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Semeru dari 'Siaga' menjadi 'Awas' atau dari Level III menjadi Level IV, terhitung per pukul 12.00 WIB hari ini," kata juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, dalam keterangan kepada para wartawan.
Ia menjelaskan ada luncuran awan panas guguran (APG) yang berasal dari tumpukan material di ujung lidah lava, yang berada sekitar 800 meter dari puncak (Kawah Jonggring Seloko).
Awan panas berlangsung hingga pukul 06.00 WIB dengan jarak luncur mencapai tujuh kilometer dari puncak ke arah Besuk Kobokan.
Kemudian, terjadi aktivitas kegempaan pada tanggal 4 Desember 2022 pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, dengan rincian delapan kali gempa letusan dan satu gempa APG yang berlangsung hingga pukul 06.00 WIB.
"Hal ini menunjukkan aktivitas erupsi dan awan panas guguran di Gunung api Semeru masih sangat tinggi. Selain berpotensi terjadi awan panas, potensi terjadinya aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan yang cukup tinggi," kata Muhari.
Dari hasil pemantauan di lapangan oleh tim PVMBG dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, luncuran APG sudah mencapai 19 kilometer bahkan telah melewati Jembatan Gladak Perak.
"Sudah sampai Gladak Perak," jelas Joko Sambang, Kabid Kedaruratan BPBD Kabupaten Lumajang.
Abu vulkanik Semeru juga dilaporkan membumbung tinggi berwarna abu dan hitam pekat. Jarak pandang sangat terbatas karena abu sudah mulai turun ditambah turun hujan di sekitar lokasi.
PVMBG meminta masyarakat agar tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer dari pusat erupsi.
Di luar jarak tersebut, masyarakat diharapkan tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
Masyarakat juga diminta untuk tidak beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah atau puncak Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Di samping itu, masyarakat diharapkan agar mewaspadai guguran awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Tetapi setahun lalu, Gunung Semeru juga meletus menewaskan lebih 50 orang sementara ribuan rumah rusak. (*)
Tags : Gunung Semeru Meletus, Risiko Guguran Awan Panas dan Lahar, Hampir 2.000 Warga Mengungsi, Bencana alam,