Headline Sorotan   2023/10/08 18:41 WIB

Harga Beras Mulai Naik Mengejutkan, Profesor Dwi Andreas Santosa: 'Pemerintah Tidak Mudah Ciptakan Kebijakan Impor Berlebihan'

Harga Beras Mulai Naik Mengejutkan, Profesor Dwi Andreas Santosa: 'Pemerintah Tidak Mudah Ciptakan Kebijakan Impor Berlebihan'
Pekerja mengoperasikan mesin pertanian saat panen padi di area persawahan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (28/9/2023).

"Harga beras mulai naik mengejutkan dalam lima tahun terakhir sehingga pemerintah diingatkan tidak mudah ciptakan kebijakan impor berlebihan"

adan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi harga beras bulan September 2023 menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Peningkatan harga beras di pasaran membuat pedagang makanan harus memutar otak agar tetap memperoleh keuntungan, antara lain mengecilkan porsi nasi yang dijual.

Di sisi lain, kenaikan harga beras ini justru membuahkan keuntungan petani yang menyebut “harga beras lagi bagus”.

Guru besar di Institut Pertanian Bogor (IPB) mengakui terjadi penurunan produksi beras saat memasuki El Nino, tapi jumlahnya tidak signifikan. 

Reaksi pasar yang berlebihan terhadap kenaikan harga beras, kata dia, justru menciptakan kebijakan impor yang dapat merugikan petani dan masyarakat luas.

Riau juga kena imbasnya

Harga beras semakin tidak terkendali. Terjadi kenaikan yang cukup signifikan. Di pasar-pasar tradisional kenaikan ada yang mencapai 5.000 rupiah per kilogram.

Harga yang membuat masyarakat menjerit. Pantauan di salah satu toko beras di Pasar Cik Puan, Jalan Tuanku Tambusai, sejak Senin 11 September 2023, harga jual beras dari berbagai merek yang sebelumnya tidak mencapai Rp20.000 per kilogram (kg), kini semakin meroket.

"Besok (hari ini, red) kami baru pakai harga baru karena menghabiskan harga lama dulu. Besok (hari ini, red) harga sudah Rp22.000 per kilogram untuk Anak Daro,” kata Sumiati, salah seorang pedagang beras di pasar pagi Simpang empat Arengka, Minggu (8/10).

Sumiati mengaku hingga kemarin harga jual beras Anak Daro sudah Rp17.000 per kg. Jika naik menjadi Rp22.000 per kg, maka terjadi kenaikan Rp5.000 per kg.

Sedangkan harga merek Topi Koki masih berkisar Rp15.000 per kg, beras Belida Rp15.500 per kg.

Untuk beras Bulog merek stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dijual seharga Rp58.000 per 5 kg.

“Beras Bulog dulu modalnya Rp50.000 per 5 kilogram dan dijual Rp53.500 per 5 kilogram. Sekarang modalnya Rp55.000 per 5 kilogram dan dijual Rp58.000 per 5 kilogram. Besok akan naik lagi harganya,” ucapnya.

"Tapi belum tahu berapa. Stoknya juga nggak banyak dikasi ke pedagang walaupun peminatnya banyak," sambungnya.

Ia mengaku kenaikan harga beras saat ini terjadi karena pasokan yang diberikan oleh pemerintah dan distributor tidak sesuai sehingga banyak yang mengalami lonjakan harga.

“Sekarang kita perlu pasokan yang banyak agar harga tidak semakin naik,’’ ujarnya.

Menyikapi harga beras yang mengalami lonjakan, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Kota Pekanbaru, Zulhelmi Arifin mengakui, saat ini terjadi kenaikan harga beras di pasaran.

Namun, pihaknya telah berkoordinasi dengan Bulog terkait permasalahan tersebut.

“Harga beras di Kota Pekanbaru kembali naik mencapai Rp1 ribu hingga Rp3 ribu per kilogram. Kondisi itu pun dikeluhkan masyarakat akibat kenaikan yang cukup tinggi,” katanya.

Ia pun meminta masyarakat mulai beralih ke beras yang disediakan pemerintah dengan harga jauh lebih murah dibandingkan beras premium yaitu beras SPHP.

“Beras SPHP yang dari pemerintah juga mengalami kenaikan, dari yang sebelumnya hanya Rp9 ribuan naik menjadi Rp11.500,” kata Zulhelmi Arifin.

"Kemarin kami dengan Bulog sudah mengecek, jadi beras inilah yang bisa membantu masyarakat sekarang," sebutnya lagi.

Menurutnya, beras yang disediakan pemerintah cukup berkualitas dan rasanya juga enak saat dimasak.

Masyarakat bisa beralih ke beras tersebut dibandingkan harus membeli beras premium lainnya seharga Rp15.000 per kg-Rp16.000 per kg.

Warga membawa beras yang dibagikan saat penyaluran beras cadangan pangan pemerintah tahap 2 di Bukittinggi, Sumatera Barat, Senin (25/9/2023).

Ketersediaan beras SPHP mencukupi. Beras tersebut kini sudah tersedia di seluruh pasar rakyat di Kota Pekanbaru dan pihaknya telah mendistribusikan ke sejumlah pasar untuk memenuhi keperluan masyarakat.

“Saya cek kemarin ke gudang Bulog ketersediaan beras ini ada 3.600 ton lebih. Yang dalam perjalanan ke Pekanbaru ada 1.500 ton lebih. Jadi untuk keperluan warga Pekanbaru hingga 3 bulan ke depan,” sebutnya.

Ia menilai, kenaikan beras ini terjadi karena adanya gagal panen di daerah penghasil.

Tetapi ada juga pengaruh cuaca yang menyebabkan gagal panen sehingga suplai kurang.

Selain beras kata Ami, komoditi lain yang mengalami kenaikan harga yakni cabai hijau.

Sementara untuk harga cabai merah, bawang merah dan bawang putih mulai berangsur normal.

“Kami akan tetap bersama satgas pangan mengawasi sejumlah komoditi di pasaran," katanya.

Mereka mengawasi mulai dari distributor untuk mengantisipasi penimbunan barang yang menyebabkan kelangkaan,” tegasnya.

Asisten II Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) Riau M Job Kurniawan mengatakan, harga beras tersebut juga memicu kenaikan inflasi di Riau.

Saat ini inflasi Riau ada pada angka 3,15 persen. Atau naik dibandingkan sebelumnya yakni 1,96 persen.  

“Adapun hal-hal yang membuat kenaikan inflasi di Riau yakni kenaikan harga beras dan BBM nonsubsidi,” ujarnya.

Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Riau untuk melaksanakan operasi pasar murah.

Tercatat ada tiga lokasi prioritas operasi pasar murah.

“Untuk lokasi prioritas operasi pasar ada di Kota Pekanbaru dan Dumai. Kemudian di Kabupaten Indragiri Hilir yakni di Tembilahan,” sebutnya.

Selain faktor gagal panen di beberapa daerah produsen beras di Indonesia, faktor lainnya yang menyebabkan kenaikan harga beras yakni berkurangnya impor beras.

Pasalnya, negara-negara produsen beras seperti India dan Thailand sudah mulai mengurangi ekspor berasnya.

“Negara-negara penghasil beras mulai mengurangi ekspor beras mereka karena ada ancaman kekurangan pangan. Karena itu mulai saat ini kita juga harus meningkatkan ketahanan pangan dalam negeri utamanya di Riau,” ajaknya.

Presiden Joko Widodo, Senin 11 September 2023 sudah meninjau ketersediaan stok cadangan beras pemerintah  di gudang Bulog Dramaga, Kabupaten Bogor, dan Kelapa Gading, Jakarta.

Stok beras secara nasional yang disimpan di gudang Bulog mencapai 1,6 juta ton.

“Dalam perjalanan 400 ribu ton sehingga akan ada stok 2 juta ton,” kata Jokowi.

Jumlah yang ada di gudang ini cukup besar. Sebab biasanya stok beras hanya 1,2 juta ton. Dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya, Jokowi berharap tidak ada kekhawatiran.

Meski stok beras di gudang Bulog cukup, Kepala Negara memandang pemerintah masih perlu melakukan impor beras.

Menurutnya untuk memastikan cadangan stok beras terpenuhi. Hal tersebut juga dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya kenaikan harga beras di pasar akibat fenomena El Nino yang terjadi hampir di semua negara.

“Harus itu untuk menjaga agar tidak terjadi kenaikan karena memang produksi pasti turun karena El Nino,” bebernya.

Jokowi memastikan bahwa dirinya telah berbicara dengan sejumlah pemimpin negara untuk mengimpor beras ke Indonesia.

Menurut Presiden proses negosiasi dilakukan oleh Bulog untuk memastikan terjadinya transaksi atau tidak.

“Saya sudah bicara dengan Perdana Menteri Hun Manet (PM Kamboja), Presiden Bangladesh, Perdana Menteri Modi (PM India), dan dengan RRC juga dengan Premier Li,” ucapannya.  

Pada kesempatan tersebut, Presiden juga menyalurkan beras bantuan pangan kepada keluarga penerima manfaat (KPM).

Jokowi mengatakan bahwa bantuan pangan untuk masyarakat akan disalurkan mulai bulan September hingga November.

“Setiap bulan kira-kira 210 ribu ton dikeluarkan oleh Bulog untuk bantuan pangan itu dan ini sudah dimulai terus September, Oktober, November,” ungkapnya.  

Jokowi berjanji program penyaluran beras akan dilanjutkan. Adanya bantuan sosial beras ini diharapkan dapat menurunkan harga beras yang meroket.

Ketua Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo menyebutkan, setelah pembagian beras sebesar 640 ton untuk 21,3 KPM akan dilakukan gerakan pangan murah atau operasi pasar. Dia berharap setelahnya harga akan turun.  

”Kalau produksi GKP (gabah kering panen) itu banyak, otomatis harga turun. Karena semester 2 cuma 30 persen, ini waktunya gelontorkan stok,” ucapnya.

Salurkan Bansos Beras Sementara itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku telah memberikan instruksinya pada BUMN pangan seperti Perum Bulog untuk mengoptimalkan program bantuan pangan.

Menurut Erick, BUMN memiliki peran besar tak hanya sebagai agen pembangunan, melainkan juga dalam aspek sosial seperti menjalankan penugasan untuk membantu masyarakat melalui program bantuan pangan.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (kanan) dan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi (tengah) meninjau ketersediaan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Lotte Grosir Pasar Rebo, Jakarta Timur, Jumat (8/9/2023).

”Saya sudah meminta BUMN untuk memastikan agar distribusinya bisa berjalan dengan lancar dan benar-benar tepat sasaran,” tegas Erick.

Erick menambahkan, Bulog akan dibantu PT Pos Indonesia dalam mendistribusikan bantuan beras. Dengan jangkauan yang luas, Erick menyampaikan Pos Indonesia memiliki kemampuan dalam menyalurkan bantuan ke seluruh penjuru negeri.

”Insya Allah BUMN terus bersinergi satu sama lain, seperti Bulog dan Pos Indonesia yang mulai hari ini (kemarin, red) mendistribusikan bantuan beras ke-34 provinsi di Indonesia,” beber Erick.

Erick mengkonfirmasi bahwa presiden Jokowi telah memastikan bahwa stok beras di Gudang Bulog yang sebesar 1,5 juta ton masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Erick menyampaikan program bantuan pangan sebanyak 10 kg per keluarga penerima manfaat (PKM) dan Keluarga ber-Risiko Stunting (KRS) akan didistribusikan selama tiga bulan ke depan.

”BUMN akan terus berkolaborasi dengan banyak pihak, termasuk Badan Pangan Nasional hingga kementerian dan lembaga lain untuk memastikan penyaluran bantuan dapat berjalan secara maksimal,” ujar Erick.

Sementara itu, pemerintah mulai kemarin menyalurkan bansos beras untuk 21,35 juta keluarga penerima manfaat (KPM).

Setiap keluarga menerima 10 kg beras. Awalnya bantuan ini disalurkan pada November hingga Desember nanti.

Tetapi dimajukan, untuk antisipasi dampak el nino. Masyarakat bisa mengecek sendiri secara online, apakah jadi sasaran penerima bantuan atau tidak.

Masyarakat Diimbau Tak Boros Pangan Pemerintah provinsi (Pemprov) Riau mengikuti rapat koordinasi terkait pengendalian inflasi daerah bersama dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) secara virtual, Senin (11/9). Rapat ini dipimpin langsung oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian.

Dalam arahannya, Mendagri Tito Karnavian mengimbau pemerintah daerah untuk mengajak masyarakat tidak boros pangan dengan konsumsi secukupnya.

Tito menyatakan, saat ini inflasi cukup terkendali. Komoditas utama pekan lalu, yaitu cabai rawit dan cabai merah sudah mulai terkendali dengan gerakan tanam sendiri di daerah.

Namun, komoditas penyumbang inflasi lainnya, yaitu beras, masih harus diwaspadai.

“Diharapkan dari daerah untuk mengecek cadangan beras masing-masing dan bekerja sama dengan Bulog. Cek setiap hari kenaikan harga beras untuk cari solusinya,” ujarnya.

Tito menambahkan, pemda bisa melakukan distribusi bantuan subsidi logistic sehingga harga beras di daerah yang sulit atau terpencil tidak mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi.

“Kami berharap inovasi kreasi dari pemerintah daerah untuk mengatasi kenaikan harga beras agar tidak memberatkan masyarakat,” harapnya.

Sementara itu, Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sarwo Edhy mengatakan, Badan Pangan Nasional sudah mengadakan sosialisasi tentang kenyang tidak harus nasi untuk mengurangi konsumsi beras masyarakat.

“Masyarakat juga diimbau untuk tidak boros pangan dan belanja bijak. Ada banyak makanan yang terbuang sia-sia tiap tahunnya. Harus disosialisasikan pada rumah makan, pada masyarakat, agar paham pentingnya mengurangi food waste,” jelasnya.

Sarwo Edhy menambahkan, masyarakat juga diminta untuk tidak belanja secara berlebihan. Selain untuk stabilisasi harga, ini juga termasuk toleransi kepada yang memerlukan.

Porsi nasi warteg akan menyusut

Siska, pemilik warteg di kawasan Marpoyan Damai, Pekanbaru mengaku keuntungannya makin tipis imbas kenaikan harga beras.

Ia tidak ada rencana sama sekali untuk menaikkan harga, tapi bersiap menyusutkan porsi nasi yang dihidangkan kepada pelanggan.

“Nggak bisa kalau konsumennya mahasiswa di Universitas Islam Riau [UIR]. Kita jualnya harus murah. Menaikkan harga itu nggak, tapi mengurangi porsi,” katanya.

Dengan kenaikan harga beras ini, Siska mengaku harus memangkas keuntungannya sekitar Rp1 juta/bulan.

“Tenaga kita nggak terbayar. Tipis sekali [keuntungannya] kayak kertas,” katanya.

Sementara itu, Hardi, penjual pecel lele di kawasan Jalan Adi Sucipto, mengatakan kenaikan harga beras belum terlalu signifikan terhadap keuntungan penjualannya.

“Kurangi porsi nasi. Biasanya full [satu mangkuk kecil]. Kita kurangi sedikit. Pintar-pintar kita saja. Kalau orang kurang, ditambah [bayar] lagi nanti nasinya,” katanya.

Harga beras naik dan dampaknya pada petani

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras di tingkat konsumen meningkat dalam satu tahun terakhir sebesar 18,44%.

Kenaikan harga beras ini “akibat penurunan luas panen yang kemudian didorong dampak El Nino”. 

Secara umum, inflasi harga beras September 2023 dibandingkan bulan sebelumnya meningkat sebesar 5,61%. Angka inflasi beras bulanan ini menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir, atau sejak Februari 2018. Saat itu, BPS melaporkan inflasi harga beras bulanan mencapai 6,25%.

Susanto berada di tengah sawahnya yang gagal panen karena kemarau panjang.

“Kenaikan harga beras ini, tentunya disebabkan berkurangnya pasokan akibat kemarau berkepanjangan, dan juga penurunan produksi karena efek El Nino,” kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam keterangan pers.

Di sisi lain, harga gabah kering panen (GKP) di petani juga mengalami peningkatan.

BPS melaporkan rata-rata GKP di tingkat petani pada September 2023 mengalami kenaikan sebesar 11,69% dibandingkan Agustus 2023. Dan, dalam satu tahun terakhir naik sebesar 26,70%.

Gabah kering giling (GKP) atau gabah siap digiling menjadi beras, harganya juga meningkat di tingkat petani, sebesar 9,26% (September dibandingkan Agustus). Harga GKP juga naik dalam satu tahun terakhir sebesar 27,31% (Year-on-Year September 2023).

Apa arti angka-angka ini di lapangan?

Tarsono, petani asal Indramayu, Jawa Barat, mengatakan kenaikan harga beras belakangan ini justru “harganya bagus” bagi petani.

“Kalau berkaca di wilayah saya, untungnya lumayan. Kalau harga beras naik, atau mahal,” kata Tarsono.

Sebagai ilustrasi, petani bisa memperoleh keuntungan sekitar Rp20 juta dalam sekali panen (tiap empat bulan) untuk produksi gabah sebesar empat ton. Dengan kata lain, setiap bulan petani bisa memperoleh keuntungan Rp5 juta.

Namun, Tarsono tak memungkiri tahun ini sejumlah lahan petani di Indramayu mendapat serangan hama tikus dan tenggerek.

“Ketiga, faktor El Nino ini. Ya, memang daerah yang tadah hujan itu rebutan air sehingga terjadi banyak yang puso,” tambahnya.

Di Jawa Tengah, Suroso, mengakui kenaikan harga beras di pasaran telah menggerek kenaikan harga gabah di tingkat petani. Petani di Desa Laban, Kabupaten Sukoharjo itu mengatakan harga jual GKP (gabah basah) mencapai titik tertingga hingga Rp6.600/kilogram.

“Harga jual naik dari petani nyampe Rp6.600/kilogram untuk gabah basah langsung dari sawah. Harga kemarin Rp5.500 waktu panenan kemarin. Tadi dengar-dengar Rp6.500 sampai Rp6.600 sekarang,” kata Suroso semringah.

Namun, karena penyakit yang menyerang tanaman padi dan hama, produksi padi Suroso mengalami penurunan dibandingkan dua kali panen padi sebelumnya.

“Biasanya sekali panen itu bisa dapat 20 sak gabah basah, tapi sekarang cuma 10 – 15 sak gabah basah,” kata Suroso kepada wartawan. 

Menurut Suroso, faktor cuaca tidak mempengaruhi penurunan produksi padinya. 

Di sisi lain, pemilik penggilingan padi di desa yang sama, Sri Sulastri, mengatakan harga komoditas pangan di tempatnya ini juga naik.

Sulastri sendiri menjual beras dari tempat penggilingan padinya senilai Rp13.500 per kilogram untuk beras kepala atau ukuran utuh. Untuk beras biasa dibanderol dengan harga Rp 12.500 per kilogram.

“Dulu itu yang saring besar itu paling Rp12.000 tapi sekarang naiknya sudah Rp1.500 makanya ganti harga ya kenaikannya itu,” ujar dia.

Adanya kenaikan harga beras itu, Sulastri mengeluh sekarang penjualannya beras di tempat penggilingan padinya mengalami penurunan dibandingkan harga masih normal. Penurunan tersebut disebabkan daya beli masyarakat mengalami penurunan.

“Ada, pengaruhnya (harga beras naik). Pembeli berkurang malah agak sepi karena harga terlalu tinggi jadi orang beli dikit-dikit. Biasanya beli 25 kilogram, sekarang ini dikurangi jumlahnya, sebut dia.

Dari Lampung, Yohanes Susanto dengan wajah sedih sedang membabat batang padi di sawah garapannya. Hampir seluruh tanaman padinya kering dengan tanah retak-retak.

Di Desa Marga Agung ini, kata Susanto, hampir semua petani yang menggunakan metode tadah hujan mengalami gagal panen.

"Memang nggak bisa panen. Waktunya kena panen, menguning, ini malah dari mulai bunting padinya, nggak kena air, ya terpaksa kita arit. Kita bawa pulang untuk pakan hewan sendiri," kata Susanto.

Penyebab gagal panen kali ini, kata Susanto, lantaran prediksi yang meleset mengenai periode musim kemarau.

"Tahun sebelumnya itu hanya satu bulan [kemarau], paling lama. Ini tiga bulan lebih belum turun hujan juga," katanya.

Menurutnya, harga beras yang meningkat di pasaran hanya menguntungkan petani-petani yang memiliki stok lebih. 

"Kalau memang yang sudah memiliki stok dari hasil panen sebelumnya belum kena dampak panasnya [kemarau], ya dengan adanya harga di pasaran melambung tinggi, sebenarnya petani diuntungkan," tambah Susanto.

Puso kali ini akan dijadikan pelajaran oleh Susanto untuk memiliki simpanan gabah di rumah atau di lumbung. "Lain kali kita sudah pengalaman seperti ini, harus bisa menyisihkan hasil panen," kata petani yang mengaku sekarang harus membeli beras di pasar.

Meskipun harga gabah di tingkat petani dan penggiling sedang tinggi, tapi bagi pemilik Pengilingan Perwito Sudarmo, Darmanto, sulit untuk menjualnya.

Menurutnya, hal ini karena adanya kebijakan pemerintah mengimpor beras dari luar negeri. "Dampaknya ke pedagang kecil," kata Darmanto yang merangkap sebagai petani Lampung.

Guru besar IPB: ‘Pertahankan harga saat ini’

Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Profesor Dwi Andreas Santosa, mengatakan El Nino bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan harga beras naik di tingkat konsumen.

Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Profesor Dwi Andreas Santosa

Berdasarkan survei lembaganya, biaya produksi petani yang meningkat tajam dalam empat tahun terakhir ikut mempengaruhi kenaikan harga beras.

“Jadi kalau biaya produksi naik relatif tinggi, ya wajar-wajar saja, harga beras di konsumen naik. Kalau harga beras di konsumen mintanya tetap stabil terus, celaka sedulur tani,” kata Guru Besar di IPB ini.

Harga beras saat ini, menurut Prof Andreas perlu terus dipertahankan agar petani bergairah untuk menanam padi.

“Itu harus kita syukuri. Karena petani saat ini, petani yang menanam padi baru menikmati keuntungan, setelah bertahun-tahun rugi terus," katanya.

Dalam beberapa terakhir, kata Prof Andreas, petani padi mengalami kerugian terus menerus. Hal ini ditemukan dari survei lembaganya di 47 sentra padi. 

Survei ini menemukan dalam setiap 2.000 meter persegi tanaman padi, petani bisa menelan kerugian antara Rp250.000 – Rp1 juta dalam setiap musim tanam. Persoalannya, harga gabah di tingkat petani tak sebanding biaya produksinya.

“Itu terbaca juga di NTP [Nilai Tukar Petani] 2021 - 2022 hanya 98,5. NTP tanaman pangan. Berarti tanam padi rugi. Itu dua tahun berturut-turut rugi, ya malas [tanam padi] sedulur petani kita,” katanya.

Berdasarkan laporan BPS, produksi padi cenderung stagnan bahkan menurun sejak 2018 yaitu 33,9 juta ton menjadi 31,5 juta ton pada 2022. 

Keengganan petani menanam padi karena harganya tidak bersahabat, membuat momentum La Nina (musim hujan lebih panjang dari musim kemarau) terlewatkan untuk mendongkrak produksi padi nasional.

“Pemerintah kalau saat ini betul-betul concern [peduli dengan] sedulur tani, concern ke peningkatan padi nasional, ya pertahankan harga yang sekarang ini baik-baik.

"Saya pastikan, harga yang sekarang ini bisa dipertahankan tahun depan produksi padi kita pasti meningkat,” katanya.

Pemerintah buka peluang tambah impor beras

Berdasarkan laporan BPS, periode Januari-Agustus 2023 ini, pemerintah sudah mengimpor beras sebesar 1,5 juta ton. Beras impor ini paling banyak berasal dari Thailand diikuti Vietnam, Pakistan, India, dan lainnya.

Dalam keterangan terbaru, pemerintah kembali membuka peluang untuk mengimpor beras dari China sebesar satu juta ton. 

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengatakan langkah ini diambil untuk mengantisipasi dampak El Nino yang menyebabkan penurunan produksi, dan kemunduran panen raya.

Pria yang disapa Buwas itu mengatakan, China sudah berkomitmen untuk menyiapkan satu jut aton beras untuk Indonesia jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

"Tidak langsung diambil, kita lihat dulu kebutuhannya, tapi China sudah menyiapkan kalau kita ada emergency," kata Buwas sebagaimana dikutip dari Kompas.

Pemerintah juga mengguyur beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) selama tiga bulan kepada 21,3 juta rumah tangga untuk mengintervensi kenaikan harga beras.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, mengatakan, Indonesia mungkin akan impor 1,5 juta ton beras sampai akhir tahun ini. Hal ini untuk memenuhi cadangan beras bulog.

Pekerja mengayak beras

Menurut Prof Andreas, penurunan produksi beras tahun akibat peralihan ke El Nino tahun ini hanya berada di kisaran 5% atau setara 1,5 juta ton. Ia mengkritik kebijakan pemerintah yang berencana mengimpor beras hingga 2,9 juta ton hingga akhir tahun ini, apa yang ia sebut "berlebihan".

“Kalau mau menekan harga, bebaskan saja impor [beras]. Harga pasti turun. Kalau pemerintah dalam kebijakannya berpihak ke konsumen, dan pasti produsen [petani] mati,” katanya dengan satir. (*)

Tags : Harga Beras Mulai Naik, Pangan, Bisnis, Ekonomi, Pertanian, Perubahan iklim, Keamanan pangan, Kenaikan Harga Beras Lima Tahun Terakhir, Kurangi Impor Berlebihan,