Internasional   2022/02/27 12:15 WIB

Ibu Kota Ukraina Siap-siap Hadapi Serangan Rudal Susulan, AS dkk Tingkatkan Pengiriman Senjata

Ibu Kota Ukraina Siap-siap Hadapi Serangan Rudal Susulan, AS dkk Tingkatkan Pengiriman Senjata
Warga bertiarap setelah sirene meraung-raung setelah serangan udara Rusia yang merusak beberapa lantai gedung apartemen.

INTERNASIONAL - Warga ibu kota Ukraina, Kiev, berlindung di lokasi bawah tanah ketika para pejabat memperingatkan serangan rudal Rusia.

Sekitar pukul 03.00 waktu setempat, Minggu (27/02), situasi sangat mencekam terlihat di Kiev, setelah warga diperingatkan akan adanya serangan bom.

Sejumlah laporan menyebutkan, sebuah depot minyak di Vasylkiv, di pinggiran ibu kota Kiev, meledak setelah mendapat serangan rudal.

Di Kiev, jam malam mulai diberlakukan hingga Senin (28/02) pagi, dan Wali kota Kiev mengatakan siapa pun yang terlihat di jalanan akan dianggap sebagai "penyabot" Rusia.

Sementara, AS, Jerman dan Belanda akan meningkatkan pengiriman persenjataan kepada Ukraina, di tengah peningkatan serangan Rusia.

Sejumlah besar warga terus melarikan diri dari Ukraina menuju negara-negara tetangga, seperti Polandia dan Moldova.

'Malam yang panjang dan menegangkan di Kiev'

Lewat pukul 03.00 waktu setempat, Minggu (27/02) di Kiev. Situasi sangat mencekam setelah warga ibu kota Ukraina, sekitar tengah malam, diperingatkan akan adanya serangan rudal Rusia.

Sementara, dilaporkan ada serangan rudal di terminal minyak, sekitar 40km di selatan Kiev.

Sejauh ini belum dilaporkan adanya serangan rudal di ibukota. 

Serangan Rusia di ibu kota Ukraina (Kiv) sepertinya terhenti di pinggiran kota, di tengah adanya perlawanan dari pasukan Ukraina.

Namun banyak yang mengkhawatirkan adanya serangan udara Rusia. Masyarakat kota itu kemudian diminta berlindung di bunker bawah tanah.
AS, Jerman, Belanda akan tingkatkan pengiriman persenjataan

Ketika invasi Rusia ke Ukraina terus berlanjut pada Minggu (27/02) dini hari Minggu, negara-negara Barat menjanjikan bantuan untuk memperkuat sistem pertahanan Ukraina.

Dalam perkembangan terakhir, Sabtu (26/02):

  • Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan mengirim sistem persenjataan senilai $350juta - termasuk rudal anti-tank Javelin, sistem anti-pesawat dan perangkat perlindungan tubuh.
  • Pemerintah Jerman mengatakan akan memasok Ukraina dengan 1.000 peluncur granat anti-tank dan 500 rudal permukaan-ke-udara Stinger.
  • Sementara, Belanda mengumumkan akan memasok 50 senjata anti-tank Panzerfaust-3 dan 400 roket.

Jerman dan Belanda juga dilaporkan mempertimbangkan untuk mengirim sistem pertahanan udara Patriot bersama ke kelompok tempur NATO di Slovakia.

Sebelumnya, NATO mulai mengerahkan lebih banyak pasukannya ke Eropa Timur "untuk menanggapi dengan cepat terhadap segala kemungkinan".

Sebelumnya, Rusia membombardir ibu kota Ukraina, Kiev, dengan serangan rudal setelah disambut dengan perlawanan sengit militer Ukraina.

Foto-foto menunjukkan gedung apartemen dekat Bandara Zhuliany di Kiev kena hantam rudal Rusia. Sebuah lubang yang mencakup lima lantai tampak menganga di gedung tersebut.

Kementerian Kesehatan Ukraina mengatakan sejauh ini sebanyak 198 warga Ukraina telah tewas, termasuk dua anak-anak, serta lebih dari 1.000 orang cedera.

Dalam pernyataannya melalui Facebook pada Sabtu pagi (26/02), militer Ukraina mengatakan telah menghalau beberapa serangan.

Bahkan, salah satu unit tentara berhasil mengusir pasukan Rusia di dekat pangkalannya yang terletak di sebuah jalan besar.

Secara terpisah, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan: "Kami tidak akan meletakkan senjata. Kami akan membela negara kami."

Pemerintah Kota Kiev mengonfirmasi bahwa pertempuran tengah berlangsung dan mengimbau orang-orang untuk tinggal di rumah.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi bahwa mereka telah menguasai kota Melitopol - yang disebut kantor berita Reuters sebagai pusat populasi signifikan pertama yang diambil alih sejak invasi Moskow ke Ukraina dimulai pada Kamis kemarin.

Melitopol adalah kota yang tidak begitu besar di dekat pelabuhan terpenting Ukraina, Mariupol, di wilayah Zaporizhzhya.

Diperkirakan 150.000 warga Ukraina tinggal di Melitopol

Menurut sebuah laporan oleh kantor berita Interfax-Ukraina, pihak berwenang di Kiev mengeluarkan pernyataan yang meminta orang-orang untuk tinggal di tempat penampungan dan menjauh dari jendela jika mereka berada di rumah.

Namun Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Oleksiy Danilov mengatakan kepada situs berita Ukraina Lb.ua bahwa situasi "dalam kendali" tentara.

"Kami menghentikan lawan menggunakan semua cara yang bisa kami lakukan. Kiev dalam kendali tentara dan warga," kata Danilov.

Dalam videonya, Zelensky terlihat sedang berjalan-jalan di sekitar distrik pemerintah Kiev dan membantah rumor bahwa ia meminta tentara Ukraina untuk menyerah kepada pasukan Rusia.

"Ada banyak informasi palsu beredar di internet bahwa saya meminta tentara untuk meletakkan senjata, dan bahwa ada evakuasi," katanya dengan latar belakang Gorodetsky House Kiev.

"Saya di sini. Kami tidak akan meletakkan senjata. Kami akan membela negara kami."

Sebelumnya, pada Sabtu dini hari, komando angkatan udara Ukraina juga melaporkan pertempuran sengit di dekat pangkalan udara Vasylkiv, barat daya Kiev. Mereka mengatakan bahwa mereka diserang oleh pasukan terjun payung Rusia.

Secara terpisah, mereka mengklaim salah satu jet tempur mereka telah menembak jatuh sebuah pesawat transport Rusia. BBC belum dapat memverifikasi ini.

Kantor berita Interfax kemarin (25/02) melaporkan bahwa Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukan mereka telah mengambil alih landasan udara penting, Hostomel di dekat Kiev.

Kementerian menyebutkan 200 tentara dari unit khusus Ukraina meninggal dan tak ada korban dari pihak Rusia, menurut kantor berita RIA Novosti. Sejauh ini belum ada tanggapan dari militer Ukraina dan keterangan Rusia belum dapat dipastikan.

Rusia juga menguasai kompleks Chernobyl - tempat terjadinya bencana nuklir terparah dunia pada 1986. Kawasan ini masih bahaya radioaktif dan menimbulkan kekhawatiran dari pengawas nuklir internasional.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB sebelumnya mengatakan mereka memiliki laporan setidaknya terdapat 127 korban sipil di Ukraina, 25 di antaranya meninggal, 102 terluka karena "pengeboman dan serangan udara." Juru bicara kantor HAM menyebut angka korban bisa lebih tinggi.

Ukraina mengatakan setidaknya 33 lokasi warga sipil menjadi sasaran.

Inggris merilis data bahwa setidaknya 194 warga Ukraina, termasuk 57 warga sipil meninggal, angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan data dari PBB.

Presiden Zelensky sebelumnya memperingatkan bahwa Rusia akan mencoba untuk "menyerbu" Kiev pada Jumat malam.

"Malam ini musuh akan menggunakan semua cara yang mereka bisa untuk mematahkan perlawanan kita. Malam ini mereka akan melancarkan serangan," kata Zelensky.

"Malam ini kita harus bertahan. Nasib Ukraina diputuskan saat ini... Tujuan utama kita adalah menyelesaikan pertumpahan darah ini."

Meskipun Zelensky mengakui pasukan Rusia telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa, ia bersikeras bahwa "musuh telah menderita korban jiwa yang sangat serius", juga. BBC belum dapat memverifikasi klaim ini.

Pada hari Jumat, juru bicara Zelensky mengatakan Ukraina siap untuk mengadakan gencatan senjata dan perundingan damai dengan Rusia sesegera mungkin dan sedang mendiskusikan waktu dan tempat untuk mengadakan perundingan.

Warga berlindung di stasiun kereta bawah tanah

Di Kiev, banyak warga yang tidur di stasiun kereta bawah tanah. Banyak orang yang membawa binatang peliharaan mereka dan bahkan matras, menurut salah seorang yang ikut mengungsi.

Oksana Potapova menulis di Facebooknya keputusan untuk berlindung di stasiun adalah langkah tepat "mengingat terjadinya pertempuran sengit di dekat Kiev, Chernobyl dikuasai dan perkiraan serangan di Kiev."

PBB mengatakan warga di ibu kota Kiev dan dari kota-kota lain melarikan diri dan sekitar 100.000 sudah angkat kaki.

Sementara itu, protes antiperang mendukung Ukraina terjadi di sejumlah kota di seluruh Eropa dan juga di Rusia, walaupun berujung lebih dari 700 orang ditahan.

Kementerian Luar Negeri Indonesia sebelumnya mengatakan telah menjalankan "rencana kontingensi" untuk melindungi warga negara Indonesia (WNI) di Ukraina.

Direktur Perlindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha, mengatakan pihaknya melalui KBRI Kiev telah menjalin kontak dengan 138 WNI di Ukraina.

"Dalam komunikasi melalui grup WhatsApp, kami mendapat info WNI di sana dalam kondisi aman. Mereka tetap tenang," kata Judha dalam konferensi pers virtual, Kamis (24/02).

Ia menjelaskan bahwa, sesuai rencana kontingensi yang telah disiapkan sebelumnya, Kemenlu telah meminta para WNI untuk berkumpul di KBRI Kiev. Pihak KBRI juga menyediakan hotline bagi para WNI.

Kemenlu juga telah menyusun rencana kontingensi dengan KBRI di kota-kota lain seperti Warsawa, Bratislava, Bucharest, dan Moskow untuk memberikan perlindungan bagi WNI yang ada di sana, tambah Judha.

Terdapat 138 WNI di Ukraina, mayoritasnya tinggal di Kiev dan Odessa. Dari jumlah tersebut, 11 WNI ada di Ukraina Timur termasuk Luhansk dan Donetsk yang dikuasi kelompok pemberontak sokongan Rusia.

"Kita sudah mampu menjalin komunikasi dengan mereka. Kita minta mereka mendekat, berkumpul ke KBRI Kiev. Namun jika tidak memungkinkan, sesuai dengan rencana kontingensi, ada titik-titik yang sudah di-dedicated-kan sebagai titik kumpul para WNI kita di kota-kota tertentu," kata Judha.

Bagaimana tanggapan internasional?

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan presiden Rusia dan para diplomat topnya "bertanggung jawab atas kematian orang-orang tak bersalah di Ukraina, dan atas pengabaian sistem internasional".

"Kami, sebagai orang Eropa, tidak menerima itu," ujarnya, setelah pertemuan para menteri luar negeri di Brussels.

Seiring pasukan Rusia mendekati Kiev, Ukraina memohon kepada Barat untuk menjatuhkan sanksi yang lebih cepat dan lebih keras kepada Moskow sebagai hukuman atas serangannya.

Zelensky mendesak Eropa untuk menjatuhkan sanksi lebih keras terhadap Moskow.

Ia ingin para pemimpin dunia mengeluarkan Rusia dari Swift - sistem yang digunakan untuk transaksi bisnis global.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga mendesak Barat untuk memblokir Rusia dari sistem pembayaran untuk "menimbulkan luka sebesar-besarnya pada Presiden Putin dan rezimnya".

Tetapi Uni Eropa sejauh ini memilih untuk tidak mengeluarkan Rusia dari Swift - dilaporkan karena keberatan dari beberapa negara anggota, termasuk Jerman dan Italia.

Namun, Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka tidak akan memveto proposal untuk melarang Rusia.

Ronde sanksi terbaru dari Uni Eropa juga menyasar kalangan elit Rusia dan mempersulit para diplomatnya untuk melakukan perjalanan luar negeri.

Rusia telah menanggapi sanksi Barat dengan langkah mata-dibalas-mata, melarang penerbangan Inggris ke dan ke atas wilayahnya sebagai balasan atas larangan Inggris terhadap maskapai Rusia Aeroflot.

Apa tujuan Rusia?

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan posisi Presiden Vladimir Putin adalah Moskow tidak ingin menduduki Ukraina namun melakukan "demiliterisasi".

Ketika ditanya wartawan apakah Rusia akan meruntuhkan negara demokrasi, Lavrov menjawab negara itu tak dapat disebut "demokratik."

Lavrov mempertanyakan stabilitas Ukraina - dan menuduh negara-negara Barat sengaja memiliterisasi negara itu.

Lavrov juga mengatakan bahwa rakyat Ukraina sekarang punya peluang untuk "memilih masa depan mereka sendiri".

Sementara itu Presiden Vladimir Putin mempertahankan operasi militer itu dan mengatakan tak ada jalan lain untuk mempertahankan Rusia. (*)

Tags : NATO, Rusia, Amerika Serikat, Eropa Timur, Militer, Ukraina, Konflik Rusia-Ukraina,