Headline Teknologi   2020/11/16 23:6 WIB

Ilmuwan Temukan Planet Hujan Batu

Ilmuwan Temukan Planet Hujan Batu
Bayangkan lanskap magma dan batuan sedingin es, dan Anda akan tahu seperti apa permukaan K2-141b.

TEKNOLOGI - Di planet K2-141b, hujan yang turun berupa bebatuan dan ada juga lautan lava sedalam lebih dari 100 kilometer, serta, angin di sana bertiup dengan kecepatan empat kali lipat dari kecepatan suara.

"Ini adalah planet yang sangat menarik, memiliki cuaca ekstrem, hujan mineral dan salju, serta angin supersonik," kata astronom dan penulis utama penelitian, Tue Giang Nguyen dirilis BBC.

"Ini bukan tempat yang menyenangkan untuk dijadikan tempat tinggal, tapi ini planet yang keren untuk mempelajari hal-hal aneh yang dianggap remeh di Bumi!" tambah rekannya, Profesor Nicolas Cowan.

Bersama dengan tim astronom dari India dan Kanada, mereka telah menerbitkan makalah baru tentang temuan-temuan terbaru di K2-141b, planet berbatu seperti Bumi… atau mungkin tidak demikian.

K2-141b, atau yang juga dikenal dengan nama EPIC 246393474.01, terletak 202 tahun cahaya dari kita, di konstelasi Aquarius. Planet itu memiliki alam yang berapi-api dan tidak ramah. K2-141b mengorbit begitu dekat mengelilingi bintang tata suryanya, sehingga satu tahun berakhir dalam waktu kurang dari tujuh jam. Bintangnya adalah apa yang para astronom sebut sebagai "kerdil oranye" dan suhunya jauh lebih dingin dari Matahari kita, serta sangat redup sehingga tidak dapat dilihat dari Bumi. "Ini adalah planet lava," kata para ilmuwan yang menganalisis dan menafsirkan datanya di Institut Penelitian dan Pendidikan Sains India di Kolkata, India, Universitas York di Toronto, dan Universitas McGill di Montreal, Kanada.

Planet ini juga merupakan "Bumi-super", karena meskipun tidak jauh lebih besar dari planet kita, massanya sekitar lima kali lipat lebih besar. Atau dalam arti lain, tarikan gravitasi K2-141b lima kali lebih kuat dari Bumi. Meskipun K2-141b ditemukan pada 2018 oleh "misi K2" Teleskop Luar Angkasa Kepler, para ilmuwan baru sekarang mulai memahami keajaiban planet itu.

Meskipun K2-141b mengelilingi bintangnya dalam hitungan jam, planet itu tidak berputar pada porosnya, seperti halnya Bumi. "Ini berarti dua pertiga planet selalu terpapar cahaya sepanjang hari, dan suhu di sisi itu bisa mencapai 3.000 celsius," kata Profesor Cowan. Sebaliknya, di sisi berlawanan selalu berada dalam kegelapan, dan suhu di wilayah itu terjun hingga -200 derajat celsius.

Perubahan suhu yang drastis ini menyebabkan cuaca ekstrem, serta apa yang disebut para astronom sebagai "hujan bebatuan". Di Bumi, siklus air terdiri dari air yang menguap dari tanah yang kemudian membentuk awan di atmosfer, lalu hujan yang turun untuk mengisi kembali danau dan lautan, dan proses itu dimulai dari awal lagi. "Jadi, di K2-141b sama saja, tapi dengan bebatuan!" kata Cowan.

"Yang harus Anda ingat adalah, di planet ini, semuanya terbuat dari batu," katanya.

Suhu panas di sisi siang hari planet ini "sangat tinggi, sehingga batuan menguap dan mineral naik ke atmosfernya yang tipis. Aneh, tapi menarik!". "Tapi, tidak ada lapisan atmosfer di sisi malam planet ini, yang sangat dingin dan beku total," tambahnya.

Perubahan drastis antara tekanan dan suhu antara sisi siang dan sisi malam planet ini menghasilkan angin supersonik - kecepatan yang kita maksud ini mencapai 5.000 kilometer per jam. Ini "membawa uap batu ke sisi malam planet, di mana akan mengembun menjadi tetesan batu," kata Cowan.

"Pada dasarnya, akan berakhir dengan hujan batu, dan terkadang bahkan batu salju, yang jatuh ke lautan magma di bawahnya," tambahnya.

"Studi ini adalah yang pertama yang memperkirakan tentang kondisi cuaca di K2-141b," kata Nguyen, sambil bersemangat menceritakan tentang apa yang dapat dideteksi "dari jarak ratusan tahun cahaya dengan teleskop generasi termaju".

Ini semua sangat menarik, tapi mengapa penting bagi kita para penduduk bumi? "Mempelajari K2-141b dapat membantu kita lebih memahami tentang masa lalu Bumi, karena Bumi pernah menjadi dunia yang diselubungi magma," kata penulis utama, Nguyen.

"Planet-planet lava memberi kita pandangan yang langka soal tahap evolusi planet tersebut," tambah Cowan, "Semua planet berbatu, termasuk Bumi, dimulai sebagai alam cair, tetapi kemudian mendingin dan mengeras dengan cepat."

Dengan mengetahui lebih banyak tentang K2-141b, kita dapat mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana Bumi terbentuk. Lebih lagi, ada insentif tambahan untuk terus mencari tahu. "Hal ini dapat menjadi dasar bagi penelitian-penelitian di masa depan tentang planet lava yang belum ditemukan yang jumlahnya tak terhitung. Ini merupakan langkah integral untuk eksplorasi lebih lanjut planet-planet mirip Bumi atau alam-alam layak huni di luar tata surya kita," kata Nguyen.

"Planet lava ini sangat menyenangkan, dan memungkinkan kita mempelajari semua hal aneh!" tambah rekannya, Cowan.

Jika Anda tidak memiliki akses ke teleskop bernilai jutaan dolar tetapi ingin mempelajari sedikit tentang astronomi, Anda masih dapat melihat K2-141b dan sekitarnya di katalog NASA, yang menawarkan gambar-gambar jarak dekat yang fantastis dengan model yang akurat secara ilmiah. (*)

Tags : Ilmuwan, Planet Hujan Batu,