BISNIS - Perusahaan sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mempublikasikan laporan tahunannya pada Maret 2024.
Perusahaan sawit yang terintegrasi dari hulu sampai produk hilir memperoleh pendapatan tinggi seperti PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk. Namun, hampir seluruh emiten sawit turun pendapatannya karena dampak harga CPO.
Berikut ini 5 perusahaan sawit dengan capaian pendapatan tertinggi sepanjang 2023:
1. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk menempati posisi pertama sebagai emiten sawit dengan pendapatan tertinggi. Emiten berkode SMAR ini menghasilkan pendapatan Rp66,5 triliun sepanjang 2023.
Walaupun pendapatannya turun 11% dibandingkan 2022, perusahaan mendongkrak volume penjualan sebagai strategi mengimbangi normalisasi harga CPO. Perusahaan yang didirikan Eka Tjipta Widjaja ini mengandalkan pendapatan dari produk rafinasi dan biodiesel, masing-masing sebesar Rp 37 triliun dan Rp 12,5 triliun.
Dari data perusahaan dijelaskan bahwa kontribusi produk turunan mencapai 81% dari total penjualan. Perusahaan memiliki lahan tertanam 134.200 ha dengan jumlah produksi TBS 2,41 juta ton TBS sawit.
Selanjutnya, produksi produk sawit (CPO dan kernel) Sinar Mas turun 1% menjadi 722 ribu ton dari tahun 2022 berjumlah Rp 729 ribu ton.
Di tahun ini, perseroan menargetkan untuk dapat mempertahankan tingkat produksi kebun di tahun 2024 dengan asumsi cuaca yang mendukung, meskipun terdampak oleh cuaca kering (El Niño) yang terjadi di kuartal ketiga tahun 2023.
2. PT Astra Agro Lestari Tbk
Di tahun 2023, PT Astra Agro Lestari Tbk membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 20,75 triliun. Kontribusi pendapatan terbesar masih dari produk CPO dan turunannya yang sebesar Rp 19,2 triliun.
Merujuk data perusahaan, pendapatan AALI di tahun 2023 minus 5% dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp 21,83 triliun. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan harga rata-rata penjualan CPO sebesar 14% dan harga rata-rata penjualan kernel sebesar 38%.
Turunnya harga jual ini mampu diimbangi dengan kenaikan volume penjualan baik segmen CPO dan PKO. Pada 2023, Volume penjualan Perseroan untuk CPO dan turunannya mengalami peningkatan menjadi 1,70 juta ton atau naik 13% dari tahun 2022 di 1,50 juta ton. Proporsi serapan penjualan adalah 66% untuk market domestik dan 34% untuk ekspor ke beberapa negara tujuan seperti China, India, Filipina, dan Pakistan.
Sedangkan, penjualan kernel dan produk turunannya tumbuh sebesar 3% menjadi 273,41 ribu ton daripada tahun 2022 berjumlah 265,48 ribu ton.
Selain pendapatan, laba bersih Perseroan juga merosot 38,8% dari Rp 1,73 triliun di tahun 2022 menjadi Rp 1,06 triliun pada 2023.
3. PT Salim Ivomas Pratama Tbk
Anak usaha Grup Indofood, PT Salim Ivomas Pratama Tbk, mendapatkan cuan dari penjualan produk akhir sawit. Sepanjang 2023, pendapatan perusahaan turun dari Rp 17,7 triliun di tahun 2022 menjadi Rp 16 triliun pada tahun 2023, atau sebesar 10%.
Dari keseluruhan pendapatan, emiten berkode SIMP ini mengandalkan penjualan domestik, dengan kontribusi mencapai Rp 13,7 triliun.
Dari segmen produk, produsen Bimoli mampu menjual produk akhir sawit dengan nilai Rp 11,3 triliun. Dari rilisnya, Grup SIMP membukukan laba bruto sebesar Rp3,36 triliun, laba usaha Rp1,93 triliun dan core profit Rp1,17 triliun.
Mark Wakeford, Direktur Utama Grup SIMP mengatakan, “Sektor agribisnis pada FY2023 masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dampak cuaca dan harga komoditas yang turun. Produksi TBS inti kami dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung serta kegiatan peremajaan kelapa sawit.
“Grup SIMP tetap fokus memprioritaskan belanja modal terutama pada kegiatan peremajaan kelapa sawit dan infrastruktur yang penting, peningkatan pengendalian biaya dan efisiensi, peningkatan produktivitas serta pengelolaan kegiatan operasi secara berkelanjutan.”
4. PT Dharma Satya Nusantara Tbk
PT Dharma Satya Nusantara Tbk mencetak pendapatan Rp 9,4 Triliun pada 2023. Nilai ini mengalami penurunan sedikit 1% dari tahun 2022 yang sebesar Rp 9,6 triliun.
Emiten berkode DSNG ini mengandalkan segmen bisnis kelapa sawit sebagai kontributor utama pendapatan Perseroan sebesar 88% atau 8,4 triliun, naik 3% year-on-year (YoY) dibandingkan tahun lalu Rp 8,1 triliun.
Di segmen sawit, penjualan CPO perusahaan pada tahun 2023 sebesar 665 ribu ton tercatat naik 4% dengan ASP (Average Selling Price)sebesar Rp 11.4 juta/ton; sedangkan volume penjualan PKO relatif sama dengan tahun 2022 namun dengan ASP (Average Selling Price) turun signifikan dari Rp 17.5 juta/ton menjadi Rp 13 juta/ton.
5. PT Triputra Agro Persada Tbk
Pada 2023, penjualan emiten berkode TAPG ini terpangkas 11% dikarenakan penyesuaian harga seluruh komoditas. Perusahaan meraih pendapatan Rp 8,32 Triliun lebih rendah dari tahun 2022 berjumlah Rp 9,3 triliun. Sebagian besar pendapatan ditopang dari produk kelapa sawit.
Agar tidak merosot tajam, perusahaan meningkatkan kuantitas penjualan untuk produk CPO. Volume penjualan CPO naik menjadi sebanyak 677 ribu ton pada 2023. Di sisi lain Harga jual rata-rata CPO turun sebesar 9% menjadi sebesar Rp11.115 per kg.
Produksi TBS pada 2023 dari perkebunan inti telah mencapai lebih dari 3,050 juta ton, mengalami penurunan sebesar 5% dari produksi tertinggi tahun sebelumnya yaitu 3,2 juta ton. Dampaknya menggerus produksi CPO perusahaan menjadi 978 ribu ton.
Produk sawit Triputra Agro sebagian besar dijual kepada PT Sinar Alam Permai, PT Kutai Refinery Nusantara, dan PT Sinar Mas Agro Resources PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (*)
Tags : sawit, bisnis, perusahaan sawit, pendapatan tertinggi perusahaan sawit,