Headline Sejarah   2022/06/05 18:46 WIB

Ketimpangan Ekonomi Melanda Masyarakat Kuno, 'Muncul Sejak pada Masa Modern'

Ketimpangan Ekonomi Melanda Masyarakat Kuno, 'Muncul Sejak pada Masa Modern'
Pusat-pusat padat penduduk, seperti Pompeii kuno, lebih mungkin mengalami ketimpangan.

KETIMPANGAN ekonomi melanda sejumlah masyarakat kuno. Perubahan dalam sistem pertanian diyakini penyebab pertama ketimpangan pada masa modern.

Tanggal 26 November 1922 menandai penemuan yang dianggap paling terkenal dalam sejarah arkeologi. 

Pada hari itu, ahli Mesir Kuno dari Inggris, Howard Carter, membuat lubang kecil untuk memasukkan lilin ke dalam pintu tertutup ruang pemakaman Tutankhamun dan dengan demikian menerangi interiornya. 

Saat matanya perlahan beradaptasi dengan kegelapan, dia bisa melihat sebuah ruangan yang sebelumnya tidak pernah dijamah selama lebih dari 3.000 tahun.

Tutankhamun hanyalah seorang firaun yang tidak dikenal selama masa hidupnya, dan ada bukti bahwa dia dikubur dengan tergesa-gesa. Peti mati kedua dari tiga peti mati yang ada di sana tampaknya awalnya milik orang lain. 

Namun peti mati yang terletak di bagian dalam, di mana muminya ditemukan, terbuat dari emas murni, dengan berat hampir 113 kilogram. 

Orang hampir tidak dapat membayangkan betapa mengesankan penguburan para pemimpin yang lebih terkenal seperti Khufu, Thutmose III, atau Ramses II. Sayangnya, semua makam mereka telah dijarah di zaman kuno.

Bertentangan dengan gagasan populer yang sering muncul di film-film, sebagian besar arkeolog berpendapat bahwa pencarian harta karun bukanlah tujuan utama penelitian mereka.

Mereka ingin memahami kehidupan sehari-hari dalam peradaban masa lalu.

Namun, kedua sisi ekstrem—kekayaan raja yang luar biasa dan keberadaan rakyat jelata yang hidup dengan susah payah—menimbulkan diskusi penting: seperti apa evolusi ketidaksetaraan dalam masyarakat kuno. 

Salah satu caranya, meneliti nilai barang-barang yang disimpan di dalam makam. Namun keberadaan benda-benda mewah di dalam makam belum tentu menjadi bukti kesenjangan sosial. Kerap kali strata sosial tak bisa diukur dengan benda mewah semata, tapi juga melalui prestise dan kekuasaan.

Mengukur kesenjangan di masa lalu

Dalam masyarakat pertanian kuno, koefisien Gini diperkirakan antara 35-46. Menariknya, pengukuran sebenarnya bisa jadi lebih rendah. 

Misalnya, di antara reruntuhan Babilonia, para peneliti memperkirakan koefisien 40, namun perkiraan berdasarkan informasi dari kronik Babilonia menghasilkan koefisien yang lebih tinggi, yakni 46.

Catatan kuno kemungkinan terlalu menekankan ukuran rumah terbesar. Ini tidak berbeda dengan apa yang terjadi ketika kita kembali dari melakukan perjalanan: kita terkadang cenderung melebih-lebihkan hal-hal yang telah kita lihat.

Namun demikian, perbedaan yang paling luar biasa datang dari perbandingan masyarakat masa lampau di Asia, Afrika, dan Benua Amerika.

Masyarakat kuno di Benua Amerika jauh lebih setara dalam koefisien Gini, meskipun dalam beberapa kasus, seperti Kekaisaran Aztec, memiliki masyarakat yang sangat hierarkis.

Para peneliti menyimpulkan bahwa akar dari perbedaan ini dapat bersifat ekologis, karena ada lebih banyak hewan lebih besar yang didomestikasi di Eurasia—seperti sapi, kuda, babi, domba, dan kambing—daripada di Amerika, yang mendomestikasi anjing dan kalkun.

Di Ibu Kota Aztec, Tenochtitlan, misalnya, rumah-rumah memiliki dimensi yang sangat standar dan semua berbentuk sangat mirip. 

Masyarakat Aztec, bahkan dengan kultur pengorbanan manusia yang mengerikan, pada saat Penaklukan Spanyol lebih egaliter daripada Meksiko 200 tahun kemudian, ketika kelompok elite Eropa menciptakan sistem encomienda, di mana penduduk asli bekerja dalam sistem semi-perbudakan.

Dalam beberapa generasi kemudian, konsentrasi kekayaan berlipat ganda di Dunia Baru kolonial, yang mengakibatkan peningkatan ketidaksetaraan.
Kapan perbedaan antara Dunia Lama dan Dunia Baru ini muncul? 

Dulu, para petani memiliki kuasa untuk menghasilkan dan menyimpan surplus makanan, sehingga menciptakan skenario potensial untuk mempertajam kesenjangan. 

Menurut para penulis, beberapa petani mampu memelihara lembu bajak khusus yang dapat mengolah tanah 10 kali lebih banyak daripada petani lain. Ini mengakibatkan perubahan dalam nilai tanah.

Ketidaksetaraan yang muncul pada akhir zaman Neolitikum ini juga terlihat dalam kekayaan luar biasa yang berasal dari periode itu: salah satu contohnya di pemakaman Varna.

Pemakaman Varna dari era Zaman Tembaga ditemukan di Bulgaria modern dan bertanggal 4560-4450 SM. Pemakaman ini berisi lebih banyak emas daripada yang dimiliki seluruh dunia pada waktu itu.

Di dalamnya terdapat sisa jenazah laki-laki dewasa—kemungkinan seorang kepala suku atau raja—yang dikuburkan memegang tongkat perang emas. Dia juga memiliki selubung penis emas yang tidak diketahui artinya.

Namun, temuan seperti itu luar biasa, terutama karena ada konsensus umum yang menganggap masyarakat Neolitik lebih egaliter daripada era setelahnya.

Ketimpangan jelas meningkat dengan kedatangan logam, dari 3000 hingga 2000 SM. Kemunculan dan berkembangnya organisasi sosial mendorong kemunculan strata elite. 

Setelah struktur kekuasaan awal didirikan, para elit kemudian berusaha untuk melanggengkan kekuasaan dengan dinasti. Mereka meningkatkan kontrol sosial dan membangun aliansi keluarga dengan kepala suku lainnya. 

Mekanisme kontrol seringkali melibatkan kekerasan. Kemungkinan menggunakan kuda—dan pada tingkat lebih rendah, unta—sebagai alat perang menentukan keberhasilan penaklukan yang akan mengubah pola pemukiman di seluruh Eurasia pada akhir era Neolitik. 

Ini setidaknya menjelaskan bagaimana 30 kerajaan atau negara besar muncul antara 3000 dan 600 SM semuanya ditemukan di Dunia Lama, tempat hewan-hewan ini berkeliaran.

Akibatnya, makam dengan tanda-tanda kekayaan menjadi lebih berlimpah dalam catatan arkeologi. Amesbury Archer yang terkenal, ditemukan tiga mil sebelah tenggara Stonehenge pada tahun 2002 (dekat Salisbury hari ini) dan bertanggal 2300 SM.

Kuburan ini mencakup lebih banyak artefak daripada pemakaman Inggris Zaman Perunggu lainnya.

Selain banyak mata panah, tiga pisau tembaga, empat gading babi hutan, dua pelindung pergelangan tangan dari batu yang melindungi pengguna dari tali busur mereka, dan lima pot yang sesuai dengan  tradisi Bell Beaker, ada dua hiasan rambut emas—potongan paling awal yang terbuat dari logam ini yang pernah ditemukan di Kepulauan Inggris.

Kedatangan kompleks Bell Beaker ke Kepulauan Inggris dikaitkan dengan penggantian dari populasi lokal sebelumnya dan munculnya elite sosial.

Meningkatnya ketimpangan selama periode ini, baik di Timur Tengah maupun sebagian Eropa Barat, tampaknya sebagian dipengaruhi oleh peningkatan kepadatan penduduk.

Korelasi ini mungkin terkait dengan kompleksitas yang berkembang dalam mode penghidupan, jaringan perdagangan, dan organisasi politik yang terkait dengan pertumbuhan penduduk.

Meskipun koefisien Gini tertinggi untuk masyarakat masa lalu yang ditentukan oleh Institut Santa Fe serupa dengan yang ditemukan di beberapa negara Eropa saat ini (misalnya, dengan nilai sekitar 60 di Pompeii dan Kahun, pemukiman Mesir dari Dinasti ke-12), mereka tetap di bawah nilai masyarakat modern yang paling tidak setara seperti China dan Amerika Serikat (masing-masing dengan koefisien Gini 73 dan 85), yang jelas memiliki populasi lebih besar.

Dari perspektif sejarah, ini menunjukkan bahwa peningkatan ukuran populasi membawa ketidaksetaraan yang lebih tinggi.

Namun, koefisien Gini tidak selalu dapat diterapkan karena beberapa pemukiman tumbuh seiring waktu bersamaan dengan penghancuran pemukiman sebelumnya. 

Banyak situs kuno yang tidak mungkin dipelajari secara detail. Misalnya, di Hisarlik—Troy lama—setidaknya 10 kota muncul di atas pendahulunya hanya dalam 2.000 tahun, membuat mereka cukup sulit untuk diteliti.

Penafsiran ekonomi pemukiman masa lalu juga dikritik oleh kalangan komunitas arkeologi. Beberapa berpendapat bahwa kualitas dan kekokohan bahan bangunan sama pentingnya dengan ukuran rumah. 

Di kota-kota modern sekarang, kita tahu bahwa lokasi—misalnya, dekat dengan pusat kota—biasanya lebih penting daripada ukuran.

Terakhir, kekayaan yang mencolok—perabotan mewah, lukisan dinding, mosaik, dan sebagainya—yang masih dapat ditemukan di beberapa rumah hasil galian seperti di Pompeii harus dipertimbangkan juga, meskipun fitur seperti itu biasanya tidak terpelihara dengan baik.

Salah satu cara mengatasi keterbatasan ini adalah dengan membandingkan koefisien Gini dengan apa yang disebut ketidaksetaraan kesehatan setiap populasi, karena jenazah manusia yang terkubur terkadang lebih terawetkan daripada bangunan.

Terdapat beberapa indikator skeletal (gigi berlubang, artrosis, trauma, defisiensi vitamin) yang dapat mencerminkan status kesehatan penduduk pada setiap periode. 

Penggalian kuburan pada tahun 2006 sampai 2013 di Pemakaman Makam Utara di Amarna (sebuah situs Mesir Kuno yang berasal dari tahun 1346 SM) menunjukkan kematian pada usia dini. Fenomena itu ditemukan terutama pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda.

Penggalian situs itu juga menemukan kekurangan makanan yang meluas dan indikasi kerja keras. Ini menunjukkan kondisi kesehatan yang buruk dan kondisi kerja di bawah standar bagi sebagian besar komunitas perkotaan ini.

Ditemukan bahwa 16% dari semua anak di bawah usia 15 tahun memiliki cedera tulang belakang dari jenis yang terkait dengan membawa beban berat.

Tidak satu pun dari mereka memiliki barang-barang kuburan dan kadang-kadang dikuburkan bersama dengan beberapa orang lain, dengan sedikit memperhatikan disposisi tubuh. Ini merupakan gambaran suram yang kontras dengan penggambaran glamor keluarga firaun dalam gaya Amarna.

Indikator tambahan akan menjadi bukti tingkat kematian bayi yang tinggi, meskipun pelestarian sisa-sisa kerangka anak-anak selalu lebih sulit daripada tulang orang dewasa karena proses konservasi yang berbeda.

Perubahan status kesehatan dapat digunakan untuk memastikan transisi budaya dan leluhur juga. Dalam pengertian ini, mungkin perubahan paling mencolok yang diamati adalah antara pemburu-pengumpul dan petani pertama di Eropa.

Yang terakhir tidak hanya menunjukkan tanda-tanda kesehatan yang lebih buruk—seperti gigi berlubang, yang hampir tidak ditemukan pada kelompok pertama—tetapi juga tingkat kematian bayi yang lebih tinggi.

Perkembangan terkini dalam analisis isotop stabil dari rasio karbon dan nitrogen dalam kolagen tulang dapat memberikan informasi tentang status nutrisi dan pola mobilitas yang terkait dengan individu tertentu.

Misalnya, analisis penguburan berstatus tinggi di Helmsdorf, Jerman, menunjukkan bahwa seseorang memiliki asupan protein lebih tinggi daripada rekan sezaman lainnya.

Ini menunjukkan bahwa asupan makanan dapat menjadi indikator status sosial, seperti yang terjadi pada masyarakat saat ini.

Kunci untuk memahami panorama sosial masa lalu adalah bahwa kuburan kuno tidak hanya dapat memberikan indikator potensial ketidaksetaraan dalam bentuk barang-barang kuburan dan bahkan status kesehatan yang berbeda, tapi juga materi genetik yang diawetkan di dalam sisa-sisa manusia.

Informasi yang diperoleh dari DNA mereka dapat digunakan, untuk pertama kalinya, menghubungkan leluhur dengan kekuatan sosial di setiap periode.

Seperti barang-barang pemakaman, tempat peristirahatan yang istimewa juga bisa berfungsi sebagai penanda status.

Sekitar 6.500 tahun yang lalu, fenomena pembangunan struktur batu pemakaman besar—yang dikenal sebagai makam megalitik—muncul, terutama di pesisir Atlantik Eropa. Tren itu mencapai puncaknya di kompleks makam lorong besar, seperti Newgrange di Lembah Boyne, Irlandia, yang memiliki gundukan hampir 91 meter dengan diameter dan 15 meter.

Asal-usul dan makna monumen-monumen ini, yang membutuhkan investasi besar dalam hal tenaga kerja, telah diperdebatkan selama lebih dari satu abad.

Analisis genetik dari dua puluhan individu yang ditemukan di berbagai makam megalitik dari Skandinavia hingga Pulau Orkney dan Irlandia menghasilkan beberapa  petunjuk sosial yang menarik.

Di beberapa tempat, terutama di Kepulauan Inggris, lebih banyak pria daripada wanita yang dimakamkan di tempat-tempat utama ini, yang menunjukkan bias jenis kelamin.

Sesuai dengan pengamatan ini, keturunan sebagian besar individu yang memiliki hubungan kekerabatan dapat ditelusuri melalui garis paternal.

Dalam satu kasus, dua laki-laki dalam satu keluarga dikuburkan di dua megalit yang berbeda dengan jarak terpisah beberapa kilometer (Primrose Grange dan Carrowmore di Irlandia), menunjukkan perluasan geografis dari keluarga yang dominan.

Analisis genetik dari sisa-sisa kerangka yang ditemukan di dalam ruang yang paling rumit dibangun dari makam bagian Newgrange mengungkapkan bahwa mereka milik putra inses dari saudara laki-laki dan perempuan (atau orang tua dan anak), dan karena itu seperempat dari genomnya tidak memiliki variasi genetik.

Keturunan tingkat pertama semacam ini luar biasa dan hanya disebutkan dalam keluarga kerajaan di masa lalu yang dipimpin oleh raja-dewa seperti firaun Mesir yang berusaha mempertahankan garis keturunan dinasti murni.

Konon Akhenaten menikahi putri sulungnya, Meritaten. Pada masa berikutnya, Ptolemy II menikahi saudara perempuannya, Arsinoe II—oleh karena itu dia dijuluki Philadelphus atau pecinta saudara kandung.

Telah dikemukakan bahwa para elite Neolitik mungkin mengklaim memiliki kekuatan ilahi untuk memastikan kelangsungan siklus pertanian dengan menjaga pergerakan Matahari.

Peneliti juga telah melihat sejumlah studi kasus ketidaksetaraan masa lalu yang menghubungkan arkeologi pemakaman dengan genetika tidak lagi bisa dilakukan hingga saat ini, di mana aturan hukum dan peningkatan mayat yang dikremasi menjadi standar baru. 

Namun demikian, tren yang berlawanan dapat membentuk masa depan arkeologi kematian, seperti kebiasaan menuju peti mati yang dipersonalisasi, peringatan pemakaman yang tidak konvensional, dan barang-barang kuburan yang dibuat khusus.

Dengan satu atau lain cara, arkeologi kamar mayat akan selalu menjadi subbidang penting dari disiplin ini. Bidang ini harus pula bergantung pada ilmu-ilmu eksakta seperti genetika dan forensik.

Mungkin satu kesimpulan yang menggembirakan adalah bahwa terlepas dari apa yang telah kita lihat pada arkeologi ketidaksetaraan masa lalu, masyarakat telah mampu berevolusi dan mengubah stratifikasi sosial mereka.

Contohnya adalah Islandia. Negara ini merupakan salah satu masyarakat paling egaliter di dunia. 

Pada tahun 2018, Islandia mengeluarkan undang-undang bahwa semua perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 25 orang memiliki waktu empat tahun untuk memastikan pembayaran yang mewujudkan kesetaraan gender.

Alasannya, menurut kepala Unit Kesetaraan di Kementerian Kesejahteraan Islandia, "kesetaraan tidak akan muncul dengan sendirinya, atau dari bawah ke atas saja". (*)

Tags : Arkeologi, Ekonomi, Sejarah, Kemiskinan,