KOTA WINA, Austria, kembali dinobatkan sebagai kota paling nyaman di muka Bumi untuk ditinggali, setelah sempat kehilangan predikat tersebut tahun lalu karena berbagai larangan terkait Covid yang diberlakukan pemerintah kota.
Wina menempati urutan teratas kota paling nyaman pada 2018 dan 2019, menurut daftar yang disusun oleh Economist Intelligence Unit (EIU), namun terjun 12 peringkat pada 2021 seiring dengan keputusan otoritas setempat dalam menutup museum dan restoran untuk menekan penyebaran Covid.
Laporan EIU menyebutkan "stabilitas dan kualitas infrastruktur menjadi daya tarik utama, didukung dengan layanan kesehatan yang memuaskan dan banyaknya pilihan untuk menikmati kebudayaan dan hiburan".
Bagi Arya Gunawan Usis, warga Indonesia di Wina, penobatan sebagai kota ternyaman di dunia bukan sesuatu yang mengejutkan.
Menurut Arya, nyaris tidak ada yang tak bisa diperoleh di Kota Wina.
"Mulai dari rasa aman karena stabilitas yang terkendali di semua bidang hingga tersedianya berbagai jenis hiburan mulai dari pop hingga seni kelas 'tinggi' seperti berbagai pertunjukan musik klasik, orkestra maupun opera," ujar Arya dirilis BBC News Indonesia.
"Gedung Opera Wina, berdiri tahun 1869, tersohor ke seantero dunia, dan Vienna Philharmonic yang berdiri tahun 1824 merupakan salah satu kelompok orkestra terbaik sejagat."
Arya, yang sekarang bekerja di OPEC Fund for International Development, pernah lama menekuni karier jurnalistik dan sempat bermukim di London, Teheran, dan Jakarta. Menurutnya, karakter Wina memang sangat berbeda.
"Kotanya tenang dan tertib. Jika saya bandingkan dengan hiruk-pikuk suasana di ketiga kota tempat saya pernah bermukim sebelumnya, di Wina ini kadang saya merasa seperti sedang bermukim di kota untuk para pensiunan," ujarnya sambil tergelak.
Wina terasa 'sangat lega' dibanding Jakarta
Arya menjelaskan kondisi "aman-tenteram-tertib" di Wina sesungguhnya tidak terlampau mengherankan, khususnya jika merujuk ke ukuran kota dan jumlah penduduk.
Jakarta dengan luas sekitar 661 km persegi dihuni oleh sekitar 11 juta penduduk, menurut data tahun 2020.
Sedangka Wina yang berukuran sekitar 414 km persegi (atau sekitar 0,6 kali luas Jakarta) dihuni hanya oleh 1,9 juta warga berdasarkan data 2019.
10 kota paling nyaman: • Wina (Austria) • Kopenhagen (Denmark) • Zurich (Swiss) • Calgary (Kanada) • Vancouver (Kanada) • Jenewa (Swiss) • Frankfurt (Jerman) • Toronto (Kanada) • Amsterdam (Belanda) • Osaka (Jepang) • Melbourne (Australia)
"Wina akan menjadi sepadat Jakarta jika jumlah penduduk totalnya juga 0,6 kali penduduk Jakarta, yakni sekitar tujuh juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang tak sampai dua juta orang, jelas Wina terasa jauh lebih lega dibandingkan Jakarta," jelas Arya.
Populasi yang tak padat, ditambah dengan bertebarannya taman-taman kota berukuran kecil, sedang, hingga raksasa, seperti Taman Prater yang mencapai 1.300 hektare -- bandingkan misalnya dengan Taman Monas di Jakarta yang luasnya hanya 80 hektare -- membuat Wina sangat ramah lingkungan.
Tingkat pencemaran udara relatif sangat rendah, dan ke mana pun warga pergi tak akan pernah kekurangan udara segar.
"Karena faktor lingkungan ini juga menjadi salah satu kriteria penilaian EIU, tak heran jika Wina meraih skor yang tinggi di bidang ini," ujar Arya.
Transportasi umum jadi kebanggaan warga Wina
Kriteria lain yang dinilai adalah ketersediaan berbagai sarana dan prasarana publik.
Salah satu yang menjadi kebanggaan Arya sebagai warga Wina adalah layanan transportasi umum.
"Nyaris tidak ada titik di Kota Wina yang tak terjangkau oleh tiga moda utama layanan transportasi umum yakni u-bahn (kereta bawah tanah), trem dan bus. Jadwalnya juga sangat teratur dan hanya meleset jika ada situasi khusus, misalnya gangguan cuaca, atau aksi demontrasi publik," ungkap Arya.
"Di luar dari itu, warga bisa merencanakan dengan nyaris tepat waktu semua kegiatan mereka yang melibatkan perjalanan menggunakan kendaraan umum."
Selain jaringannya yang luas dan mudah diakses, yang paling dikagumi Arya dari kendaraan umum di Wina adalah tarifnya yang amat murah jika dibandingkan dengan kota besar di negara-negara maju.
Kartu langganan kendaraan umum yang berlaku satu tahun, tarifnya "hanya" 365 euro.
"Berarti hanya dengan biaya satu euro setiap hari, warga sudah dapat bepergian ke mana saja ke seluruh penjuru Wina. Sungguh tarif yang sangat murah," kata Arya.
"Bandingkan dengan tarif kendaraan umum di London, setidaknya bisa menghabiskan delapan hingga 10 kali lipat dari tarif yang berlaku di Wina, jika harus bepergian ke beberapa tempat dalam satu hari," kata Arya yang cukup kerap berkunjung ke London.
Daftar 10 kota paling nyaman didominasi kota-kota di Eropa dan Kanada. Posisi kedua ditempati Kopenhagen (Denmark), disusul oleh Zurich (Swiss), Calgary (Kanada), Vancouver (Kanada), Jenewa (Swiss), Frankfurt (Jerman), Toronto (Kanada), dan Amsterdam (Belanda).
Urutan sembilan dan 10 masing-masing diisi oleh Osaka (Jepang) dan Melbourne (Australia).
Auckland (Selandia Baru) yang tahun lalu menempati urutan pertama, pada daftar 2022 turun ke posisi 34 akibat berbagai larangan terkait Covid. Untuk 10 terbawah, terdapat Teheran (Iran), Douala (Kamerun), Harare (Zimbabwe), Dhaka (Bangladesh), Port Moresby (Papua Nugini), Karachi (Pakistan), Algiers (Aljazair), Tripoli (Libya), Lagos (Nigeria), dan Damaskus (Suriah). (*)
Tags : Masyarakat, Gaya hidup, Eropa, lingkungan,