Internasional   2021/02/15 22:47 WIB

Kudeta Myanmar, Demonstran Tetap Berkumpul

Kudeta Myanmar, Demonstran Tetap Berkumpul
Pasar seafood Huanan di Wuhan ditutup pada 1 Januari 2020

INTERNASIONAL - Sejumlah kelompok kecil pengunjuk rasa mulai berkumpul di berbagai wilayah di Myanmar, walau kendaraan-kendaraan lapis baja terlihat dikerahkan di beberapa kota.

Kehadiran militer yang semakin nyata memperlihatkan kemungkinan tindakan keras terhadap oposisi yang menentang kudeta pada 1 Februari lalu. Ratusan ribu orang telah mengambil bagian dalam protes selama 10 hari terakhir, yang menuntut pemulihan demokrasi.Mereka juga ingin pemimpin terpilih mereka dibebaskan dari tahanan. Tetapi pada hari Senin (15/02) seperti dirilis BBC News, militer mengumumkan pemimpin sipil, Aung San Su Kyi, akan ditahan selama dua hari lagi.

Dia dan sejumlah anggota pemerintahan lainnya ditangkap pada 1 Februari dini hari, tetapi seharusnya penahanannya akan berakhir hari ini, menurut kantor berita Reuters. Berita itu muncul beberapa jam setelah sambungan internet dipulihkan. Operator telekomunikasi mengatakan mereka telah diminta untuk mematikan layanan dari pukul 01:00 hingga 09:00 waktu setempat, dari hari Minggu hingga Senin. Lalu lintas internet tercatat 14% dari tingkat normal setelah perintah diberlakukan, menurut sebuah kelompok pemantau NetBlock.

'Menyatakan perang'

Seorang pejabat PBB menuduh militer "menyatakan perang" terhadap rakyat. Tom Andrews, pelapor khusus PBB untuk Myanmar, mengatakan para jenderal menunjukkan "tanda-tanda kenekadan" dan akan dimintai pertanggungjawaban. Sejumlah duta besar mendesak aparat keamanan untuk tidak menggunakan kekerasan saat menghadapi demonstran. "Kami meminta pasukan keamanan untuk menahan diri dari menggunakan kekerasan terhadap demonstran, yang menentang perebutan kekuasaan dari pemerintah yang sah," tulis sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh duta besar Uni Eropa, Amerika Serikat dan Inggris.

Kudeta di Myanmar menggulingkan pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi. Partainya meraih kemenangan dalam pemilihan pada November lalu, tetapi pihak militer mengatakan terjadi kecurangan dalam pemungutan suara itu. Suu Kyi sekarang menjadi tahanan rumah. Ratusan aktivis dan pemimpin oposisi juga telah ditahan.

Apa saja tanda-tanda tindakan keras oleh pihak militer?

Di seluruh Myanmar, ratusan ribu demonstran melakukan unjuk rasa melawan militer selama sembilan hari berturut-turut. Di kota Myitkyina, di negara bagian Kachin, tembakan terdengar saat pasukan keamanan bentrok dengan demonstran anti-kudeta. Tidak diketahui apakah yang ditembakkan adalah peluru karet atau peluru tajam. Lima wartawan termasuk di antara orang-orang yang ditangkap. Lalang untuk pertama kalinya sejak kudeta dua pekan lalu. Para biksu dan insinyur memimpin unjuk rasa di kota itu, sementara pengendara sepeda motor melewati jalan-jalan ibu kota, Nay Pyi Taw.

Seorang dokter di sebuah rumah sakit di Nay Pyi Taw mengatakan bahwa pasukan keamanan melakukan penggerebekan malam hari di rumah-rumah. "Saya masih khawatir karena mereka membuat pernyataan jam malam untuk tidak keluar antara pukul 20:00 dan 04:00, tapi ini memberi polisi dan tentara waktu untuk menangkap orang-orang seperti kami," kata dokter tersebut, yang tidak ingin disebutkan identitasnya karena alasan keamanan. "Sehari sebelumnya mereka menyelip ke dalam rumah, merobohkan pagar, masuk, dan menangkap orang tidak sesuai hukum. Makanya saya juga khawatir."

Kantor kedutaan besar Amerika Serikat di Yangon memperingatkan warga AS untuk tetap berada di dalam rumah selama jam malam. Pada Sabtu (13/02), pihak militer mengatakan surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk tujuh pegiat oposisi terkemuka dan memperingatkan masyarakat untuk tidak menyembunyikan aktivis oposisi yang melarikan diri dari penangkapan.

Rekaman video menunjukkan orang-orang bereaksi dengan membangkang, memukul panci dan wajan untuk memperingatkan tetangga mereka tentang penggerebekan malam hari oleh pasukan keamanan. Militer pada hari Sabtu juga menangguhkan undang-undang yang mewajibkan perintah pengadilan untuk menahan orang lebih dari 24 jam dan untuk menggeledah kediaman pribadi.

Myanmar - apa saja yang diketahui sejauh ini?

Myanmar telah lama dianggap sebagai negara paria saat berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas dari 1962 hingga 2011. Pembebasan bertahap dimulai pada 2010, yang mengarah pada pemilihan bebas pada 2015 dan pelantikan pemerintahan yang dipimpin oleh pemimpin oposisi veteran Aung San Suu Kyi pada tahun berikutnya. Pada 2017, tindakan keras mematikan oleh tentara Myanmar terhadap Muslim Rohingya mendorong lebih dari setengah juta orang melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh, dalam kejadian apa yang kemudian disebut PBB sebagai "contoh buku teks tentang pembersihan etnis".

Aung San Suu Kyi dan pemerintahannya digulingkan dalam kudeta militer pada 1 Februari menyusul kemenangan telak NLD dalam pemilihan pada November. Covid-19: China 'menolak memberikan data awal virus corona' kepada tim WHO. China menolak menyerahkan data penting kepada tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang sedang menyelidiki asal-usul Covid-19, kata salah satu investigasi WHO.

Ahli mikrobiologi Dominic Dwyer mengatakan kepada Reuters, Wall St Journal dan New York Times bahwa tim tersebut meminta data pasien di kasus-kasus awal, yang disebutnya sebagai "praktik standar". Dia mengatakan tim itu hanya menerima ringkasan kasus. China belum menanggapi tuduhan tersebut, tetapi sebelumnya berkeras bahwa mereka transparan dalam penyelidikan WHO. AS telah mendesak China untuk menyediakan data dari tahap awal wabah, dengan mengatakan pihaknya memiliki "kekhawatiran yang mendalam" terkait laporan WHO.

Pekan lalu, tim WHO menyimpulkan "sangat tidak mungkin" virus corona bocor dari laboratorium di kota Wuhan, menepis teori kontroversial yang muncul tahun lalu. Wuhan adalah tempat virus corona penyebab Covid-19 terdeteksi pertama kali, pada akhir 2019. Sejak itu, lebih dari 106 juta kasus positif dan 2,3 juta kematian telah dilaporkan di seluruh dunia.

Apa yang ingin dilihat tim WHO?

Para penyelidik telah meminta data mentah terkait 174 kasus Covid-19 yang teridentifikasi dari Wuhan pada Desember 2019, kata Profesor Dwyer kepada Reuters. Hanya setengah dari kasus awal itu yang terkait dengan pasar makanan laut, tempat virus itu awalnya terdeteksi. "Itu sebabnya kami berkeras meminta [data] itu," kata Prof Dwyer.

"Mengapa itu tidak terjadi, saya tidak bisa berkomentar. Entah itu karena politik atau waktu atau karena itu sulit ... Tapi apakah ada alasan lain mengapa datanya tidak tersedia, saya tidak tahu. Orang hanya bisa berspekulasi. "

Thea Kolsen Fischer, ahli imunologi Denmark yang juga bagian dari tim WHO, mengatakan kepada New York Times bahwa dia melihat penyelidikan itu "sangat geopolitik". "Semua orang tahu seberapa besar tekanan yang ada pada China agar mereka terbuka dalam penyelidikan ini dan juga seberapa banyak kesalahan yang mungkin terkait dengan ini," katanya.

Prof Dwyer mengatakan keterbatasan data akan disebutkan dalam laporan akhir tim WHO, yang dapat dirilis paling cepat minggu depan. Tim tiba pada awal Januari dan menghabiskan empat minggu di China - dua minggu pertama untuk karantina hotel.

Apa tanggapan dari Cina?

Beijing berkeras bahwa mereka transparan dengan para penyelidik WHO, yang baru bisa memulai investigasinya setelah berbulan-bulan negosiasi. Para ahli diawasi secara ketat oleh otoritas China. AS menuduh China menyembunyikan sejauh mana wabah awal terjadi dan mengkritik persyaratan kunjungan, yang membatasi kebebasan tim WHO untuk bepergian dan mewawancarai saksi, termasuk masyarakat, dengan alasan kesehatan.

Para peneliti mengatakan kepada New York Times bahwa terjadi ketegangan antara kedua pihak yang tidak sepakat mengenai akses ke data pasien, yang kadang-kadang meledak menjadi perdebatan sengit. Bulan lalu, laporan sementara WHO mengkritik respons awal China, dengan mengatakan bahwa "tindakan kesehatan masyarakat bisa diterapkan dengan lebih tegas".

Tim WHO juga menyerukan penyelidikan lebih lanjut tentang kemungkinan penularan terkait "rantai dingin", mengacu pada teori bahwa virus dapat menyebar melalui pengangkutan dan perdagangan makanan beku. Dr Peter Daszak, anggota tim WHO, mengatakan fokus pada asal usul penyebab Covid-19 bisa beralih ke Asia Tenggara.

'Telah melihat banyak data'

Anggota WHO Prof John Watson berupaya untuk meredakan keraguan tentang misi tersebut, dengan mengatakan perjalanan tersebut adalah "awal dari sebuah proses ... yang akan memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk diselesaikan". Prof Watson mengatakan otoritas China "tidak biasa untuk menyerahkan data mentah, tetapi kami telah melihat banyak informasi secara detail dalam diskusi dengan pihak China".

Dia juga mengatakan sejumlah hipotesis tetap tentang asal-usul virus, yang paling mungkin adalah virus yang berpindah dari satu hewan ke hewan perantara, lalu ke manusia. Dia menambahkan tim tidak "mengesampingkan" kemungkinan bahwa virus itu dimulai oleh kebocoran laboratorium di Wuhan, atau bisa menyebar melalui pengangkutan dan perdagangan makanan beku. Kepala misi WHO awal pekan ini menyebut teori kebocoran laboratorium "sangat tidak mungkin". (*)

Tags : Kudeta Myanmar, Demonstran, Masyarakat Tetap Berkumpul,