PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Limbah tambang [timah, batubara serta sawit] bisa berdampak pada jutaan orang di Riau, kata Aktivis Yayasana Sahabat Alam Rimba [Salamba], Ir. Ganda Mora MS.i dalam laporannya tadi ini melalui Whats App [WA], Sabtu (7/10/2023).
Apa dampak salah satunya bagi manusia?
Dampak limbah dari industri tambang dan pabrik sawit adalah terjadinya penurunan kualitas air minum menjadi tercemar berat sehingga ketersediaan air bersih menjadi sulit.
"Tentu selain itu, ketersediaan air bersih juga mempengaruhi struktur kimia dan biologi tanah menjadi tercemar, sehingga tingkat kesuburan makin rendah akibat cacing pengurai tanah mati dan disisi lain limbah cair maupun padat akan mempengaruhi kesehatan masyarakat seperti penyakit kulit, penurunan imunitas bagi manusia maupun hewan," jelasnya.
Setidaknya, menurut Ganda Mora ada jutaan orang di seluruh bumi Riau yang tinggal di dataran banjir yang terkontaminasi oleh konsentrasi limbah beracun yang berpotensi berbahaya bagi manusia.
"Limbah tersebut berasal dari aktivitas penambangan [timah, batubara serta sawit] semakin hari semakin terlarut dalam tanah yang cukup berbahaya bagi kesehatan manusia."
Aktivis yang kini sedang menyusun tesis program doktor bidang lingkungan ini berpendapat, ada memetakan lokasi tambang aktif dan tambang non-aktif di Riau dan menghitung tingkat polusi dari masing-masing titik.
"Limbah kimia dapat timbul dari operasi penambangan dan merambat ke tanah dan saluran air."
"Kami [Aktivis Salamba] sudah memetakan area yang kemungkinan tercemar [limbah tambang zat berbahaya ini]," katanya.
Jadi disisi lain limbah cair maupun padat akan mempengaruhi kesehatan masyarakat seperti penyakit kulit, penurunan imunitas bagi manusia maupun hewan.
"Ketika menggabungkannya dengan data populasi, sekitar 6 juta orang penduduk di Riau hidup di tanah yang dapat disebut 'terkontaminasi'," kata Ganda menyimpulkan soal perairan dan kesehatan di planet bumi Lancang Kuning itu.
Oleh karena itu, Ia mengatakan tambang di masa depan harus direncanakan "dengan sangat hati-hati".
Ia pun berkata; beberapa temuan dilapangan sangat penting karena permintaan melonjak untuk logam yang dapat digunakan dalam teknologi baterai dan elektrifikasi, termasuk lithium dan tembaga.
"Kami sudah tahu tentang ini sejak lama," katanya.
"Yang mengkhawatirkan bagi saya adalah warisan - [polusi dari tambang yang ditinggalkan] masih mempengaruhi jutaan orang."
"Tengok lah bekas galian tambang timah di Dabo Singkep, Kepri, sungguh sangat miris dan mengkhawatirkan siapapun melihatnya."
"Temuan yang sudah dipublikasikan itu, menggunakan data dari hasil riset tim sebelumnya tentang bagaimana polusi dari aktivitas penambangan bergerak dan terakumulasi di lingkungan itu," ujarnya berhati-hati.
Apa dampak limbah pertambangan bagi manusia?
Ganda Mora kembali mengingatkan bahwa pengaruh pencemaran limbah terhadap manusia belum bisa dibuktikan dengan penelitian. Tetapi penyebarannya cukup luas.
“Ada banyak cara orang yang terpapar [polusi dari penambangan]. Dan ada pertanian dan irigasi di banyak daerah," kata Ganda lagi.
Tanaman yang tumbuh di tanah yang terkontaminasi, atau diairi oleh air yang terkontaminasi oleh limbah, menurutnya, terbukti mengandung konsentrasi yang tinggi.
"Hewan yang memakan rumput di dataran banjir juga dapat mengonsumsi tanaman dan sedimen yang terkontaminasi, terutama setelah banjir, ketika sedimen kaya logam segar diendapkan," katanya menjelaskan.
"Dengan perubahan iklim dan banjir yang lebih sering terjadi sungguh sangat rentan," Ganda Mora menambahkan, "warisan ini [polusi] akan menyebar dan meluas."
Ia kembali menyatakan, yang tidak terlibat tetapi menyoroti ancaman yang timbul akibat "polusi senyap" yang tersimpan dalan dataran banjir.
"Banyak pemantauan sungai difokuskan pada air ketika ‘penjahat’ yang sebenarnya sering dikaitkan dengan sedimen sungai," katanya.
"Kita perlu lebih memahami bagaimana limbah diangkut di lingkungan dan di mana mereka disimpan. Hal ini memungkinkan kami untuk menilai bahaya dan menguranginya.
“Padang rumput dataran banjir yang sangat tercemar tidak boleh digunakan untuk penggembalaan ternak, misalnya."
"Sekali lagi ini menunjukkan dalam studi bahwa penambangan melambangkan "bentuk kontaminasi lingkungan manusia yang paling awal dan paling gigih".
Sebab, menurutnya, limbah dari pertambangan sudah mencemari sistem sungai sejak 7.000 tahun yang lalu.
Ia mengaku sudah lama mengumpulkan data tentang aktivitas pertambangan di seluruh Riau, yang diterbitkan oleh pemerintah, perusahaan pertambangan dan organisasi.
Informasi itu mencakup letak dari masing-masing tambang, apa yang diekstraksi, dan apakah tambang itu masih aktif atau sudah ditinggalkan.
Ganda Mora menjelaskan bahwa mayoritas dari penambangan itu akhirnya menjadi sedimen dalam tanah.
"Bahan inilah - yang terkikis dari ujung limbah tambang, atau di tanah yang terkontaminasi - masuk saluran sungai atau [dapat] mengendap di dataran banjir."
Salamba menggunakan analisis lapangan yang diterbitkan sebelumnya untuk mengetahui seberapa jauh sedimen yang terkontaminasi limbah dapat bergerak ke dalam sungai-sungai.
Jadi Ia melihat semua itu memungkinkan untuk menghasilkan model komputer yang dapat menghitung tingkat saluran sungai dan dataran banjir yang tercemar oleh limbah pertambangan - baik dari aktivitas penambangan saat ini maupun historis. (*)
Tags : Limbah Tambang, Tambang Berdampak pada Jutaan Orang, Riau, Limbah Tambang Merambat ke Tanah dan Saluran Air, Limbah Terkontaminasi, Polusi, Lingkungan, Alam,