Headline Artikel   2022/12/01 14:17 WIB

Meski Pandemi Industri Sawit Tetap Bertahan, Gulat Manurung: 'Saatnya Petani jadi Pengusaha yang Setara Koorporasi'

Meski Pandemi Industri Sawit Tetap Bertahan, Gulat Manurung: 'Saatnya Petani jadi Pengusaha yang Setara Koorporasi'
Dr. Ir. Gulat Medali Emas Manurung, MP, CAPO, Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo)

MESKI saat ini masih ditengah pandemi petani sawit Riau kini sudah bisa bernafas lega karena harga Tandan Buah Segar (TBS) terus naik yang sekarang sudah hampir Rp3.000 per kilogramnya.

"Meski pandemi industri sawit di Riau tetap bertahan."

"Hingga saat ini kita belum ada mendengar adanya PHK dari perusahaan perkebunan sawit akibat harga TBS yang tak terpengaruh dengan wabah covid-19," kata Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Dr. Ir. Gulat Medali Emas Manurung, MP, CAPO dalam pembicaraannya melalui teleponnya belum lama ini. 

Gulat ME Manurung mengakui dimasa pandemi industri kelapa sawit masih bertahan di Riau. Tentu ini berimbas dengan tenaga kerja yang masih stabil.

Ia merasakan harga sawit yang sangat tinggi saat ini yang sudah hampir Rp3.000 per kilogramnya.

"Bahkan harga sawit juga cenderung stabil. Sementara komoditi lain melemah," ucapnya.

Apkasindo terus berupaya untuk ikut menciptakan manfaat bersama, khususnya di rantai pasok melalui kemitraan.

Ia juga mendukung upaya Pemprov Riau yang mendorong pembangunan industri hilir kelapa sawit.

"Industri hilir untuk manfaat bersama. Industri hilirisasi perkebunan sawit dilakukan agar lebih maksimal dan terkontrol."

"Ada 200 lebih perusahaan di Riau, artinya peran perusahaan juga dibutuhkan untuk mendukung industri hilirisasi ini," tandasnya.

"Berkat sawit, dunia tidak lagi melakukan deforestasi untuk pemenuhan minyak nabati."

Menurutnya, petani sawit memegang peran besar dalam menyumbang neraca dagang positif Indonesia karena sawit menjadi andalah pendapatan negara dari sektor pertanian.

"Melalui wadah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), para petani membangun kemandirian mendukung perekonomian Nusantara ini," sebutnya.

Organisasi ini makin mengokohkan diri menghadirkan kesejahteraan petani di bawah nahkoda Gulat Medali Emas Manurung.

Apa saja yang sudah dilakukan Apkasindo untuk mewujudkan visi misinya?  

Tata niaga tandan buah segar (TBS), ucap Gulat, menjadi target utama pembenahan Apkasindo. Pasalnya, harga TBS pekebun swadaya masih timpang, 15%-25% di bawah harga TBS petani plasma. Padahal, tata niaga sudah diatur Permentan No. 1 Tahun 2018.

“Hanya sekitar 25% PKS (pabrik kelapa sawit) mematuhinya. Sisanya tergantung efisiensi PKS. Semakin tidak efisien kerja PKS maka semakin tertekan harga TBS pekebun swadaya,” kata Doktor Ilmu Lingkungan dari Universitas Riau ini.

Potongan timbangan di PKS juga mencekik petani swadaya. Survei Apkasindo di 16 provinsi, ada potongan timbangan berkisar 7%-15%.

“Ini sangat luar biasa!” cetusnya.

Tetapi menurut Gulat lagi, jika TBS yang ditimbang 1.000 kg maka cuma dibayar 930 kg. “Dari potongan timbangan ini PKS mengantongi keuntungan Rp4,36 miliar/bulan kapasitas 45 ton/jam, terkhusus PKS tanpa kebun,” hitungnya.

Gulat pun menyurati gubernur di 22 provinsi Apkasindo bernaung untuk menerbitkan peraturan gubernur tentang tata niaga TBS bagi yang belum.

Bagi yang sudah supaya mengevaluasi penetapan harga dan memeriksa timbangan PKS.

“Hasilnya selama 2 tahun saya menjadi ketua umum, potongan ini berangsur turun dan beberapa PKS sudah mau kita dekati dengan komunikasi,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan petani memperhatikan kualitas panen.

“Kita menyadari masih banyak yang memanen mentah atau buah dura. Jadi, semua harus padu serasi menuju perbaikan,” ujar pria kelahiran Pematangsiantar, Sumut, 4 November 1972 itu.

“Saya menginginkan petani kelapa sawit setara dengan koorporasi. Salah satunya saat petani mampu membangun PKS sendiri,” kata Gulat yang terjun bertani sawit sejak mahasiswa.

Hasrat itu terwujud. Akhir 2020 lalu sudah berdiri dan beroperasi 1 PKS milik koperasi anggota Apkasindo di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Produksi minyak sawitnya juga disalurkan ke salah satu perusahaan sawit terbesar di Indonesia.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan koperasi pemasok TBS tetap mengikuti sertifikasi ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil).

“Para pengurus Apkasindo sudah 16 orang yang disekolahkan BPDPKS (Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit) untuk kursus auditor ISPO dan lembaga sertifikasi sudah ber-MoU dengan DPP Apkasindo yaitu PT Mutu Internasional,” lanjutnya.

Gulat juga sudah menyiapkan rencana pada 2022 ini akan berdiri PKS kapasitas 10-20 ton milik petani di Papua Barat, Riau, dan Sumbar. Pemasok TBS-nya petani peserta program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).

“Harapan pendirian PKS ini bertumpu ke dana sarana-prasarana BPDPKS,” imbuh pria yang senang berbaur dengan alam itu.

Kemudian, mendirikan koperasi holding Apkasindo secara resmi pada Agustus 2021.

“Koperasi ini cikal bakal kebangkitan ekonomi kerakyatan melalui sawit. Karena filosofi kelapa sawit adalah tanaman kerakyatan, beda dengan tanaman kehutanan yang hanya dikerjakan oleh perusahaan,” jelas pria yang memiliki filosofi ‘Jangan terlampau cepat memanen apa yang kita tanam. Tapi, panenlah ketika saatnya tiba maka generasi sukses berikutnya akan datang’.

Sebelumnya, Gubernur Riau juga telah mendorong petani bangun industri hilir. Hal itu diungkapkannya dalam suasana pelantikan pengurus Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPW-Apkasindo), Selasa (3/12) lalu.

"Petani bangunlah pabrik kelapa sawit, bangun industri hilir. Dengan cara seperti itu, harga kelapa sawit pasti akan bagus," katanya.

Gubernur Riau, Syamsuar nampak semangat saat ngomong panjang lebar soal kelapa sawit dengan para petani yang datang dari seluruh penjuru kabupaten kota yang ada di Riau.

Mantan Bupati Siak dua periode ini kemudian mengutip omongan Presiden Jokowi bahwa petani sedang disiapkan menjadi pengusaha.

Lantaran itu, dia berharap Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) serius membantu petani kelapa sawit, khususnya para petani yang sedang dalam proses peremajaan kebun.

"Kita sudah menuju B30. Otomatis kebutuhan akan biodiesel akan semakin banyak. Saya berharap, petani kelapa sawit mulailah bertanam sela. Sebab untuk bertanam sela itu sangat memungkinkan," kata Syamsuar.

"Saya sudah lihat di Thailand, mereka sudah melakukan itu. Dan saya juga sudah tanya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di Medan, bertanam sela di kelapa sawit bisa kok," sebutnya lagi.

Namun kembali Gulat Medali Emas Manurung menyinggung sola harga TBS yang sempat jatuh rendah sekali.

Apkasindo juga butuh dukungan pemerintah untuk mendorong supaya PKS membeli TBS dengan harga standar.

"Sekitar 47 persen ekonomi Riau ditapong oleh kelapa sawit. Jadi, nasib petani sawit ini musti menjadi prioritas pemerintah," kata Gulat.

Menurut Gulat, sawit di Riau sangat jauh berbeda dengan propinsi lain. Di Riau, kelapa sawit didominasi oleh petani.

"Ini merupakan berkah untuk Riau, lantaran sekitar 354 ribu kepala keluarga, bersentuhan langsung dengan sawit dan 1,2 juta orang terdampak oleh perputaran ekonomi kelapa sawit itu. Namun ini juga akan menjadi petaka jika ekonomi petani kelapa sawit terganggu," ujarnya.

Jadi saat ini petani sawit Riau sudah bisa bernafas lega karena harga TBS naik hampir Rp3 ribu per Kg sejak ditetapkan untuk periode 30 November-6 Desember 2022. Dari hasil rapat yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan (Disbun) Riau bersama asosiasi pekebun dan pengusaha, harga TBS ditetapkan naik pada setiap kelompok umur tanam.

Kenaikan terbesar terjadi pada kelompok umur 10-20 tahun sebesar Rp26,11 atau mencapai 0,95 persen. Sehingga harga pembelian TBS petani untuk periode satu minggu kedepan naik menjadi Rp2.761,79 per kilogram. (*)

Tags : Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia, Ketua Umum Apkasindo Gulat Mendali Emas Manurung, Industri Sawit, Riau, Industri Hilir, Industri Sawit Bertahan di Pandemi,