Redaksi   2023/05/02 15:30 WIB

Mudik Lebaran Digempur Paceklik, 'Tapi Harus Tetap Sehat-Selamat' 

Mudik Lebaran Digempur Paceklik, 'Tapi Harus Tetap Sehat-Selamat' 

MUDIK LEBARAN yang sehat dan selamat bagi masyarakat tetap mengedepankan mudik sehat selamat dengan menggunakan moda angkutan yang aman dan menjaga tubuh tetap sehat.

Bagi sebagian besar umat Islam, mudik di penghujung Ramadaan merupakan sebuah ritual penting nan sakral. Terutama bagi mereka yang berada nun jauh di perantauan. Setelah lama berpisah dengan sanak keluarga dan handai tolan, tentunya ada kerinduan yang mengusik untuk bisa kembali berkumpul dengan sanak keluarga.

Pertemuan jiwa dan raga yang penuh emosional antara anak dengan kedua orang tua dan anggota keluarga lainnya, diyakini bukan hanya pertemuan biasa. Namun merupakan bagian dari keasadaran diri seseorang dalam mengimplementasikan makna mudik bagi kehidupan yang penuh dengan dinamika ini.

"Sejauh manapun burung terbang, sekali waktu ia pasti kembali rumahnya."

Demikian sakralnya berlebaran bersama keluarga lewat tradisi mudik ini, sehingga para perantau telah jauh-jauh hari mempersiapkan bekal dan oleh-oleh untuk dibawa pulang ke kampung halaman.

Mudik juga bisa dimaknai sebagai kerinduan mencipi penganan tradisional seumpama geukarah dan thimpan, atau berziarah ke makam orangtua yang telah tiada. Bisa juga sebagai wadah merenda kembali tali silaturrahmi yang sempat terputus dengan saudara dan orang sekampung.

Meski untuk mudik dibutuhkan banyak pengorbanan, mulai dari mempersiapkan tiket moda angkutan yang harganya melonjak tinggi saat menjelang lebaran. Atau pun padatnya arus mudik jika pulang dengan kendaraan pribadi. Namun semua pengorbanan itu terbayar lunas dan tidak bisa tergantikan harganya dengan nilai dengan apa pun-bila telah bersua kembali dengan orang-orang tercinta di kampong halaman.

Aroma desa yang khas dengan kekentalan kekerabatan yang masih alami dibandingkan kehidupan urban masyarakat kota yang penuh individualistik. Apalagi kala disambut tangis haru dan peluk cium dari sanak keluarga.

Sejatinya mudik Idul Fitri sebagai implementasi dari kegembiraan dan jangan pula dirayakan secara berlebih-lebihan dan terkesan sombong. Sebab ada juga sebagian para pemudik yang ketika pulang sengaja memamerkan kemewahan seperti mobil baru dan barang-barang bawaan lainnya yang terkadang bisa menimbulkan kecemburuan sosial dari warga desa.

Rasulullah selalu mengingatkan kita untuk mengulurkan tangan terhadap para anak yatim dan para fakir miskin yang ada di sekitar kita. Memang kaum duafa di pengujung Ramadhan berhak atas zakat fitrah. Namun terasa tak adil, jika kita yang berpunya ini hanya cukup merasa puas karena telah membayar zakat fitrah menjelang hari raya tiba.

Sejumlah warga mulai melakukan perjalanan pulang kampung tahunan, yang terus memuncak hingga sehari menjelang lebaran yang mungkin jatuh Minggu atau Senin.

Sementara di sekitar kita banyak anak-anak yatim yang butuh uluran tangan di hari raya. Rasulullah saw bersabda, “Dekatilah mereka yang miskin, dan cintailah mereka, niscaya Allah akan dekat dengan kamu.”

Rasul bahkan memungut seorang anak yatim yang dilihatnya sedang beruraikan air mata di tengah-tengah sekumpulan anak-anak lainnya yang berpakaian baru dengan mainan di tangan. Sementara si anak yatim terlihat dekil dan kurus karena tak ada belaian kasih sayang dari kedua orang tuanya. Lalu Rasul mendekatinya dan membawa pulang anak yatim itu ke rumah baliau. Membelikannya pakaian baru, dan mengasihinya selayaknya anak sendiri. Sehingga si anak merasa bergembira, tersanjung dan tertinggikan kembali derajatnya.

Marilah sedapat mungkin untuk bisa membasuh air mata para anak yatim dan fakir miskin di hari nan fitri ini. Membuat mereka tertawa dan gembira, sesungguhnya itulah esensi mudik yang sesungguhnya.

Bagi para pemudik yang punya lebih rezeki akan sangat mulia rasanya, jika sebelum mudik Idul Fitri, menanyakan terlebih dahulu kepada keluarga di kampung, berapa orang ada anak yatim yang perlu disantuni. Berapa orang fakir miskin yang butuh uluran tangan kita. Seperti firman Allah Swt, “Bila kamu bersyukur, pasti akan menambah nikmat bagimu.” (QS. Ibrahim: 7). Para mukmin sejati wajib bersyukur atas limpahan rahmat yang diberikan Sang Khalik.

Seyogyanya, ketika pintu Ramadhan telah tertutup, sebenarnya masih ada pintu lainnya yang disuruh buka oleh Allah dan Rasul, yaitu dengan menjenguk mereka yang papa. Jadi mudik Idul Fitri bukan sekadar pamer hasil kekayaan pada orang kampung. Namun menjadikan mudik lebih bermakna lagi dengan mencontoh perilaku Rasullullah dengan menyayangi anak yatim tanpa pamrih.

Sebab, ada juga bantuan atau sedekah yang ada udang dibalik batu. Apalagi bagi mereka yang sedang mempersiapkan diri bertarung dalam menghadapi pilkada dan pileg yang sudah di depan mata. Para pasangan calon (paslon) dan calon legislatif (caleg) biasanya kerap memanfaatkan momen Ramadhan dan Idul Fitri untuk menarik simpati pemilih dengan memberikan bantuan terutama menyasar warga kurang mampu.

Kesalehan sosial yang begitu tinggi hanya terlihat jika ada maunya. Ada yang tebar pesona dengan cara membagi-bagikan sembako. Ada yang membagikan kain sarung dan daging meugang. Ada yang bantu pembangunan masjid dan meunasah. Atau pemberian angpau yang di amlopnya bergambarkan wajah sang paslon lengkap dengan label partai. Apalagi jika ujung-ujungnya dalam sambutan pembagian sedekah itu terselip harapan, “Harap doa dan dukungannya!”

Namun jika mereka tidak sedang dalam posisi memperebutkan kursi, maka tak pernah terpikirkan hal-hal yang demikian. Sedekah yang berlandaskan pamrih semacam itu, hanya menjadi kamuflase bagi yang bersangkutan dan jauh dari kata berkah. Banyak orang yang berpura-pura ikhlas dan tulus dengan senyuman di bibir saja, namun dibalik itu terselip tujuan dan motivasi tertentu.

Berharap adanya balas jasa dari orang yang diberikan santunan dan bantuan. Lihat saja spanduk ucapan menunaikan ibadah Ramadhan dan Idul Fitri yang berselipkan senyuman menawan --bertebaran di sepanjang jalan dan area publik.

Bahkan dalam sebuah ayat Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya Kami memberi makanan kepada kalian hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak menghendaki balasan dari kalian dan tidak pula (ucapan) terima kasih dari kamu.” (QS. al-Insan: 9).

Bahwa sedakah yang punya nilai di sisi Allah, jika sedakah itu tidak punya pamrih kecuali berharap pahala dari Allah. Atau tangan kanan yang memberikan, tangan kiri tak perlu tahu.

Bagaimana seorang Umar Bin Khattab, pada waktu malam hari blusukan berkeliling hanya untuk mencari tahu, apakah masih ada di antara rakyatnya yang belum makan? Dan ketika Umar menemukan masih ada sebuah rumah yang dihuni oleh seorang wanita yang sedang merebus batu dalam kuali demi untuk mengelabui anaknya yang merengek minta makan karena kelaparan. Sontak membuat amirul mukminin merasakan telah gagal menjadi seorang pemimpin yang adil bagi rakyatnya. Hingga membuat Umar terisak dan cepat-cepat memerintahkan bawahannnya untuk membawa gandum ke rumah orang fakir miskin tersebut.

Sebenarnya, harta yang ada pada orang kaya itu hanya titipan semata, dan Allah Swt bisa saja mengambilnya kembali kapan pun Allah mau. Sang Khalik juga tak melarang seseorang memupuk harta kekayaannya, asalkan hartanya itu dipergunakan di jalan yang diridhai Allah. Terutama dengan menginfakkannya kepada anak yatim dan fakir miskin. Para pemimpin juga akan diminta pertanggungjawabannya kelak oleh Allah, jika masih ada anak yatim yang saat lebaran masih berlinangan air mata, dan para fakir miskin hanya mencium aroma daging meugang dari dapur rumah orang kaya.

Idul Fitri memang untuk meraih kemenangan setelah selama sebulan penuh berpuasa. Namun semangat untuk berbagi kepada sesama dalam bentuk kesalehan sosial, sejatinya tetap harus dikedepankan. Sehingga ada harmonisasi antara keduanya; menjaga hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan menjaga hubungan baik dengan manusia (hablum minannas).

Itulah esensi mudik yang saat ini telah banyak tereduksi oleh hal-hal di luar keduanya. Sebab dalam kehidupan modern sekarang ini, semakin banyak orang yang hidup individualis dan jarang peduli dengan keberadaan orang lain.

Esensi mudik lainnya adalah untuk meleburkan kembali sejenak kehidupan kota yang “gersang” dan penuh dengan kepura-puraan, dengan kehidupan desa yang penuh kekerabatan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.

Mudik yang sehat dan aman

Pandemi Covid-19 yang menimpa Indonesia sejak 2020 meluluhlantakan sendi-sendi kehidupan. Covid-19 bukan saja dikenal sebagai penyakit akan tetapi menjadi egineering penggerak “revolusi” sosial, ekonomi dan budaya, bahkan teknologi. Secara nyata kita rasakan bagaimana tatanan itu berubah sehingga benar jika disebut dengan new normal atau kenormalan baru.

Warga mulai melakukan perjalanan pulang kampung tahunan.

Salah satu kenormalan baru adalah adanya pembatasan bersosialisasi, menjaga jarak, menghindari kerumunan, menggunakan masker dan banyak lagi protokol yang harus ditaati demi saling menjaga serta imbauan atau larangan tidak mudik dari pemerintah beberapa tahun lalu menjadi kesesakan semua pihak mengingat tradisi ini yang sudah mengakar kuat di hati masyarakat. Upaya keras pemerintah dalam memerangi pandemi membuahkan hasil di mana angka kesehatan masyarakat membaik.

Presiden RI Joko Widodo menyatakan; masyarakat dapat mudik dengan syarat sehat sekaligus menetapkan hari libur nasional dan cuti bersama hari raya Idulfitri tahun 2023. Kebijakan ini benar-benar disambut dengan kelegaan semua pihak yang sudah merindukan untuk mudik dan silahturahmi dengan keluarga/kerabat. Multi efek atas kebijakan pemerintah ini tentunya “membangunkan” semua stakeholder pada masa pandemi. Pemerintah yang bertanggung jawab atas kelancaran arus mudik bersiaga membuat persiapan dan regulasi turunan. Sedangkan pengusaha angkutan umum melihat sebagai peluang pasar baru untuk menggairahkan kembali usahanya.

Data Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan dalam tiga kali surveinya mencatat penambahan jumlah orang akan mudik pada lebaran tahun ini diprediksi sebanyak 85,5 juta orang.

Pergerakan orang banyak di waktu yang sama butuh tata kelola yang cermat untuk menjaga rakyat bisa tiba dengan selamat. Negara dengan segala otoritasnya harus bisa menjamin tertibnya hajatan besar ini. Sinergi, kolaborasi antarinstansi pemerintah/swasta serta sosialisasi kepada masyarakat menjadi bukti Negara hadir memberikan perlindungan kepada warga negaranya.

Kelancaran, ketertiban dan keselamatan mudik sehat tahun 2023 menjadi isu utama, pemerintah harus melakukan beberapa persiapan untuk menciptakan kondisi ini mengingat sudah 2 tahun kegiatan mudik terhenti pasti akan ada eforia dari masyarakat.

Beberapa catatan prioritas kerja pemerintah yang pernah disampaikan juga oleh ketua KNKT pada beberapa kesempatan adalah:

1. Memastikan kelaikan setiap armada angkutan umum darat, laut, udara serta kereta api yang akan dipergunakan sebagai moda angkutan mudik, yang selama ini tidak dijalankan lebih dari 1 tahun oleh karena kondisi pandemi untuk dilakukan pemeriksaan sesuai standar keselamatan.

2. Menertibkan beroperasinya angkutan penumpang tanpa izin di luar pengawasan dan pengendalian pemerintah khususnya terkait persayaratan teknis kendaraan/moda maupun pengemudinya yang dapat membahayakan penumpangnya dan orang lain.

3. Kesiapan awak kendaraan umum khususnya pengemudi, nakhoda, masinis dll yang kemungkinan sudah lebih dari 1 tahun tidak bekerja selama masa pandemi perlu untuk dilakukan assessment ulang guna memastikan kelaikannya dalam mengoperasikan moda angkutan umum.

4. Mengajak masyarakat untuk mudik selamat dengan menggunakan moda angkutan yang aman seperti bus, kereta dll dan mengimbau untuk menghindari penggunaan sepeda motor.

Kesadaran keselamatan dalam angkutan mudik lebaran tahun ini tidak semata di tangan pemerintah saja, akan tetapi peran serta pengusaha/perusahaan swasta yang bergerak dalam layanan jasa angkutan umum turut serta menjaga keselamatan moda angkutan yang dikelolanya dan awak angkutan umum yang ditugaskan dipastikan dalam posisi fit dan proper.

Bagi masyarakat yang akan mudik tetap mengedepankan mudik sehat selamat dengan menggunakan moda angkutan yang aman dan menjaga tubuh tetap sehat. Mengimbau untuk menghindari penggunaan sepeda motor demi menjaga keselamatan diri serta keluarga. Kerinduan pulang kampung yang tertunda selama 2 tahun jangan sampai berakhir derita dan duka karena celaka di jalan raya.

Beberapa instansi pemerintah diantaranya Kementerian BUMN turut serta dalam menciptakan keselamatan mudik lebaran tahun ini dengan menyediakan fasilitas moda angkutan mudik gratis sebagai upaya menjaga keselamatan masyarakat untuk bisa mudik sehat dan selamat. Sasaran lain dari mudik gratis ini adalah memindahkan masyarakat pengguna sepeda motor ke moda angkutan yang lebih aman.

Jadi mudik atau singkatan dari “mulih dilik” yang artinya pulang sebentar merupakan tradisi pulang kampung yang dilakukan setiap setahun sekali saat lebaran dilakukan untuk mengunjungi sanak saudara di kampung halaman dan telah menjadi suatu tradisi yang bisa dikatakan wajib bagi masyarakat Indonesia. 

Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden Indonesia Bapak Joko Widodo yang disampaikan dalam konferensi pers di kanal Youtube Sekretariat Presiden, bahwasannya masyarakat yang ingin mudik lebaran dipersilahkan dengan syarat sudah mendapatkan dua kali vaksin dan satu kali Booster.

Adanya kebijakan dari pemerintah untuk memperbolehkan mudik lebaran merupakan suatu momen yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Hal tersebut dikarenakan 2 tahun selama masa pandemi Covid-19, masyarakat dilarang mudik lebaran sebagai upaya untuk menghindari penyebaran Covid-19 sehingga masyarakat tidak mempunyai kesempatan untuk mengunjungi sanak saudaranya di kampung.

Namun setelah adanya vaksinasi dan banyaknya jumlah masyarakat yang sudah divaksin baik dosis pertama maupun kedua menjadi pertimbangan pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan memperbolehkan mudik lebaran dengan syarat sudah vaksin Booster.

Banyak kalangan yang menyambut baik mengenai kebijakan diperbolehkannya mudik lebaran di tahun 2023 sehingga kebijakan yang diambil oleh pemerintah tersebut mendapatkan respon yang positif dari masyarakat. 

Mudik sepertinya menjadikan ibu ini menjadi lebih perkasa dan serba bisa pulang kampung.

Kegiatan mudik lebaran tahun ini tentunya mengundang masyarakat untuk menyampaikan opininya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan mudik lebaran tahun 2022 baik dari syarat perjalanan yang harus dipatuhi, berbagai macam transportasi yang digunakan maupun kemacetan yang dialami oleh pemudik. 

Jadi selain momen mudik lebaran, masyarakat juga memberikan opininya mengenai kemacetan di penggunaan jalan tol seiring setelah paceklik tahun ini. Tetapi berbagai respon masyarakat dalam menyambut mudik lebaran tahun 2023 ini menjadi bagian dari opini masyarakat yang diposting melalui media sosial setelah 2 tahun masa pandemi Covid-19 yang mengguncang dunia termasuk Indonesia, akhirnya mudik lebaran diperbolehkan oleh pemerintah sehingga momen mudik lebaran kali ini menjadi topik yang banyak dibicarakan dan ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia. (***)

Tags : mudik lebaran, mudik aman dan sehat, mudik gunakan moda angkutan, mudik lebaran yang sehat dan selamat setelah paceklik, mudik lebaran 2023,