Riau   2023/07/30 19:57 WIB

Orang-orang Besar Berkelahi, Orang Kecil jadi Korbannya, LMR: 'Menang jadi Arang, Kalah jadi Abu'

Orang-orang Besar Berkelahi, Orang Kecil jadi Korbannya, LMR: 'Menang jadi Arang, Kalah jadi Abu'
Mantan Gubri HM Rusli Zainal, H. Darmawi Wardhana Zalik Aris, Ketum LMR dan Gubri Syamsuar.

PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - "Gajah sama gajah berjuang, pelanduk mati di tengah-tengah. Dari Tembilahan ke Pekanbaru, singgah sebentar di kampung Laksamana Bukit Batu. Banyaknya masyarakat ingin jadi orang nomor satu di Bumi Melayu, namun tak satupun pandai berbahasa Melayu"

Sepertinya peribahasa [kata syair] itu artinya ialah, bahwa apabila ada orang-orang berkedudukan tinggi berkelahi satu sama lain, maka yang menjadi korban adalah orang kecil.

Bisa dibayangkan misalkan dalam situasi perang dimana yang berseteru adalah orang-orang tinggi, tentu biasanya orang kecil menjadi korban, kata H. Darmawi Whardana Zalik Aris, SE Ak, Ketua Umum [Ketum] Lembaga Melayu Riau [LMR] Pusat Jakarta menanggapi isu mantan Gubernur Riau, Rusli Zainal menyerang Ketua DPD Partai Golkar Riau Syamsuar yang juga mengaku sedang diserang sejumlah pengurus di DPD II.

"Gambaran itu ibarat gajah memiliki kekuatan kelompok politik besar, sedangkan pelanduk [kancil] yang diibaratkan kekuatan kelompok politik kecil mati keinjak," sebutnya mengibaratkan.

Artinya dari pribahasa tersebut, kataDarmawi Wardhana lagi, bahwa apabila ada orang-orang berkedudukan tinggi yang menghimpunkan diri menjadi suatu kekuatan kemudian berseteru dengan kekuatan lain, maka yang menjadi korban adalah kelompok politik kecil [pelanduk].

"Ketika panji -panji partai masuk ke Riau disambut dengan senang hati oleh masyarakat Riau. Malah diberi suara. Selalu ada kekuatan adidaya berkuasa yang silih berganti dari masa ke masa. Yaitu, mempunyai kekuasaan lebih di percaturan politik Riau. Tentu dengan masa kejayaan dan keredupan yang berbeda-beda," kata dia.

Darmawi Wardhana mempertanyakan tentang kekuatan keduanya ini kepada Ketua Lembaga Adat Melayu [LAM} Riau, Drs H Marjohan Yusuf melalui telepon tetapi beliau berkata; 'Jangan lah dibesar-besarkan ... kita redakan sama-sama, ini masalah politik, tetapi memang tidak mencerminkan budaya Melayu," jawab Marjohan Yusuf yang diulang Darmawi Wardhana, malam Senin (30/7). 

"Saya sedang di Jakarta, dua hari lagi kita ketemu di Pekanbaru," tutup Marjohan Yusuf eninggalkan pesannya pada H Darmawi Whardana.

Tetapi kembali disebutkan Darmawi Wardhana, ada yang lama, ada pula yang singkat waktunya. Kekuatan-kekuatan dua pejabat itu [mantan Gubri dan Gubri] selalu berselisih dan berseteru.

"Sebelumnya, Gubri Syamsuar diketahui berseturu dengan Wakil Gubernur Riau Edi Natar Nasution. Sekarang Gubernur Syamsuar kembali bersitegang dengan mantan Gubernur Riau HM Rusli Zainal," terang Darmawi menyimaknya.

Menurutnya, masalah ini bukan hanya sebatas untuk membuktikan siapa yang pantas menjadi 'penguasa'.

Tetapi terkadang juga disengaja untuk sekedar membuat sparing partner demi menguatkan motif memperebutkan kepentingan dan juga menciptakan keseimbangan.

"Berbeda pandangan itu biasa, namun tidak pula meluas kesana kesini," saran Darmawi Wardhana.

Bentuk kekuatan adidaya memang terasa berbeda-beda, tetapi diharapkan tetap dalam pondasi yang sama [koridor]. Yaitu, sama-sama berpondasi politik.

Ada yang berbentuk partai, atau koalisi partai dalam suatu negara, atau bentuk koalisi-koalisi lainnya.

Semua, sambung Darmawi Wardhana tergantung sudut pandang dan struktur sosial yang terbentuk serta berlaku pada masa itu.

"Mereka saling beradu satu sama lain. Kemudian tersaring secara alami siapa yang paling kuat untuk berkuasa, sampai akhirnya menyisakan dua terbaik, untuk memperebutkan satu yang terbaik."

Menurut Darmawi, persaingan dua kekuatan itu bisa terjadi tidak terlapas dari memperebutkan jabatan.  

"Ketika ada dua kekuatan yang berseteru, tentu selalu ada yang menjadi korban. Kekuatan itu selalu mempunyai daya magnet. Menarik siapa saja yang lemah dan kekuatannya berada level di bawahnya."

"Menggelinding seperti bola salju. Semakin ia menggelinding, maka akan semakin pula ia membesar sampai ada kekuatan yang mampu menghancurkannya."

Jadi menurut Darmawi Wardahan, akibat perseteruan mereka, selalu memberi imbas pada kelompok-kelompok kecil yang tidak turut ikut campur dalam permasalahan mereka.(*)

Tags : mantan gubernur riau rusli zainal, gubernur riau syamsuar, orang-orang besar berseteru, orang besar berkelahi, orang-orang besar riau berseteru, orang kecil jadi korban, lembaga melayu riauh darmawi wardhana zalik aris, lmr niali menang jadi arang dan kalah jadi abu,