Internasional   2021/04/10 15:11 WIB

Pangeran Philip Wafat, Masyarakat dan Para Pemimpin Dunia Ucapkan 'Duka yang Mendalam'

Pangeran Philip Wafat, Masyarakat dan Para Pemimpin Dunia Ucapkan 'Duka yang Mendalam'
Pangeran Philip meninggal pada Jumat (09/04), demikian pengumuman Istana Buckingham.

INTERNASIONAL - Berbagai pemimpin politik, anggota masyarakat, dan publik di seluruh dunia mengungkapkan belasungkawa mereka atas wafatnya Pangeran Philip, suami Ratu Elizabeth II. Duke of Edinburgh meninggal dunia dalam usia 99 tahun pada Jumat (09/04), menurut Istana Buckingham.

Pangeran Philip menikah dengan Putri Elizabeth pada 1947, lima tahun sebelum dia menjadi Ratu, dan saat ini merupakan ratu yang paling lama bertakhta dalam sejarah Inggris. Pernyataan dari Istana Buckingham menyebutkan: "Dengan sangat sedih, Yang Mulia Ratu mengumumkan kematian suami tercinta, Yang Mulia Pangeran Philip, Duke of Edinburgh."

"Yang Mulia meninggal dengan tenang pagi ini di Kastil Windsor."

Pengumuman kematian Pangeran Philip di gerbang Istana Buckhingham.

Pasangan kerajaan ini memiliki empat anak, delapan cucu, dan 10 cicit. Istana Buckingham di London memasang bendera setengah tiang dan pengumuman dipasang di gerbang menyusul kematian pangeran. Pemakaman Pangeran Philip akan berlangsung di Kapel St George's, Windsor - namun pengaturannya diubah karena pandemi virus corona, sebagaimana dipaparkan College of Arms, badan kerajaan yang mengelola berbagai upacara termasuk pemakaman anggota keluarga kerajaan.

Duke of Edinburgh, tambah badan tersebut, tidak akan dimakamkan menggunakan upacara kenegaraan dan tidak disemayamkan bagi publik sesuai dengan keinginan mendiang semasa hidup. Bagaimanapun, mendiang Pangeran Philip akan disemayamkan sejenak di Kastil Windsor sebelum upacara pemakaman kerajaan berlangsung. Tata laksana ini sama ketika Ibu Suri Elizabeth meninggal dunia.

Publik diminta tidak menghadiri upacara tersebut sehubungan dengan pandemi. Warga meletakkan karangan bunga di luar istana, sementara ratusan orang mengunjungi Kastil Windsor untuk mengungkap duka. Namun pemerintah mendesak publik untuk tidak berkumpul atau meninggalkan bunga di kediaman keluarga kerajaan di tengah pandemi. Keluarga Kerajaan meminta warga untuk mempertimbangkan menyumbang ke badan amal dan tidak meninggalkan bunga di istana.

Ucapan duka telah dibuka di situs resmi kerajaan untuk mereka yang ingin mengirimkan pesan duka. Situs organisasi nirlaba Pangeran Harry dan Meghan, Duke dan Duchess of Sussex, Archewell menyebut "kenangan penuh kasih" untuk Pangeran Philip dengan tulisan, "Terima kasih atas jasamu...Kami akan sangat rindu."

Sementara itu Westminster Abbey, gereja di tengah London di dekat Gedung Parlemen, akan membunyikan bel sebanyak 99 kali pada Jumat malam pada pukul 18:00 waktu setempat (24:00 WIB) sebagai penghargaan bagi Pangeran Philip. Pangeran Philip menikah dengan Ratu di Westmister Abbey pada 20 November 1947. Terakhir kali Pangeran Philip berkunjung ke Abbey pada 2017, saat mendampingi Ratu dalam acara kebaktian untuk Negara Persemakmuran.

Karangan bunga dan kartu ucapan duka ditempatkan di depan Istana Buckingham.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan Pangeran Philip "menginspirasi anak-anak muda yang tak terhitung jumlahnya". Berbicara di Downing Street, perdana menteri mengatakan, "Ia membantu mengarahkan Keluarga Kerajaan dan monarki sehingga tetap menjadi institusi yang sangat vital untuk mengimbangi kebahagiaan kehidupan nasional kita."

Bendera di Istana Buckingham dikibarkan setengah tiang dan pengumuman kematian juga dipasang di pintu gerbang. Warga menempatkan berbagai karangan bunga, di antaranya daffodil, tulip, mawar, dan lily di depan Istana Buckingham, sementara sebagian warga lainnya berkerumun di depan Kastil Windsor. "Momen kesedihan nasional yang nyata" dan "momen kesedihan, tentu saja terutama bagi Ratu karena kehilangan suaminya selama 73 tahun - rentang waktu lebih lama dari yang dapat dibayangkan oleh sebagian besar dari kita".

Dikatakan Witchell, Pangeran Philip telah memberikan "sumbangan besar bagi keberhasilan takhta Ratu", dan menghgambarkan Duke of Edinburgh itu sebagai sosok "yang sangat memegah teguh keyakinannya tentang pentingnya peran yang dimainkan Ratu - dan juga tugasnya untuk mendukung Ratu".

Maret lalu, Duke of Edinburgh meninggalkan rumah sakit setelah sakit selama satu bulan. Ia menjalani operasi jantung, penyakit yang telah ia alami sebelumnya di rumah sakit lain di London, St Bartholomew's. Johnson mengatakan Keluarga Kerajaan tidak hanya kehilangan "tokoh publik yang sangat disayang dan dihargai, namun juga suami yang perhatian, dan ayah, kakek serta buyut yang penuh kasih sayang."

Pernikahannya dengan Putri Elizabeth digambarkan sebagai 'kilatan warna' dalam Inggris pascaperang yang abu-abu.

Perdana menteri juga mengutip Ratu yang pernah mengatakan bahwa Inggris berhutang budi kepada suaminya "lebih besar dari yang kita tahu". "Kita berduka hari ini bersama Yang Mulia Ratu. Duka cita kami untuk beliau dan semua keluarganya. Kami berterima kasih sebagai bangsa dan kerajaan atas sumbangsih luar biasa Pangeran Philip, Duke of Edinburgh," katanya dirilis BBC.

Pemimpin Partai Buruh yang beroposisi, Sir Keir Starmer mengatakan Inggrs telah "kehilangan pelayan publik yang luar biasa", sementara Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon mengatakan sumbangan Pangeran Philip terhadap kehidupan masyarakat di Skotlandia "akan meninggalkan jejak mendalam pada warganya".

Menteri Pertama Wales Mark Drakeford mengatakan pangeran "menjalankan tugas kerajaan dengan dedikasi tanpa mementingkan diri sendiri dan dengan semangat membara". Parlemen Inggris akan memberikan penghormatan kepada Pangeran Philip pada Senin (12/04). Partai-partai politik juga menghentikan sementara kampanye dalam rangka pemilihan wali kota pada tanggal 6 Mei.

Pangeran Philip lahir di Pulau Corfu, Yunani pada 10 Juni 1921. Ayahnya adalah Pangeran Andrew dari Yunani dan Denmark, putra Raja George I dari Hellenes, Yunani. Ibunya, Putri Alice, adalah putri Lord Louis Mountbatten dan cucu Ratu Victoria. Pangeran Philip, pria yang mencurahkan hidupnya 'agar Ratu Elizabeth II bisa bertakhta'

Pangeran Philip, suami Ratu Elizabeth II yang mendapat gelar resmi Duke of Edinburgh, mendapat penghormatan yang meluas karena dukungannya yang tak henti-hentinya kepada Ratu. Tugas yang tidak mudah bagi seseorang, apalagi untuk seorang pria yang sudah terbiasa dengan komando Angkatan Laut dan memiliki pandangan yang kuat atas berbagai hal.

Namun dengan karakter yang amat kuat seperti itu, dia masih mampu mengemban tugas secara efektif dan memberi dukungan sepenuh hati kepada istrinya dalam melakukan tugas-tugas kerajaan sebagai Ratu. Sebagai pria pendamping dari penguasa kerajaan perempuan, Pangeran Philip tidak memiliki posisi berdasarkan konstitusi. Namun tidak ada orang lain yang bisa sedekat dia dengan kerajaan atau yang memiliki pengaruh yang besar atas kerajaan Inggris.

Lahir di Pulau Corfu, Yunani, pada 10 Juni 1921, akta kelahirannya tertanggal 28 Mei 1921 karena saat itu Yunani belum menggunakan kalender Gregorian. Ayahnya adalah Pangeran Andrew dari Yunani, putra dari Raja George I di Hellenes. Ibunya adalah Putri Battenberg, putri sulung dari Pangeran Louis dan saudara perempuan Earl Mountbatten.

Setelah kudeta tahun 1922, ayahnya disingkirkan dari Yunani lewat pengadilan revolusioner. Sebuah kapal perang Inggris yang dikirim oleh sepupu jauhnya, Raja George I, membawa keluarga ke Prancis dan sepanjang perjalanan itu, bayi Philip menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat tidur bayi yang dibuat dari kotak jeruk. Dia merupakan anak bungsu dan juga anak laki-laki satu-satunya dengan kakak-kakak perempuan dalam keluarga yang penuh kasih.

  • 1921 Lahir sebagai Prince of Greece and Denmark di Corfu sebelum pindah ke Paris, dan kemudian Inggris
  • 1939 Masuk Angkatan Laut Inggris sebagai kadet, dan saat inilah dia bertemu Putri Elizabeth
  • 1940-1945 Bertugas di Angkatan Laut Inggris pada masa Perang Dunia Kedua
  • 1947 Menikah dengan Putri Elizabeth
  • 2017 Pensiun dari tugas-tugas kerajaan (Source: BBC History)

Pangeran memulai pendidikannya di Prancis namun pada usia tujuh tahun pindah ke Inggris untuk tinggal bersama saudara mereka, keluarga Mountbatten, dan masuk taman kanak-kanak di Surrey, Inggris tenggara. Saat itulah ibunya didiagnosa dengan gangguan kejiwaan schizophrenia dan dirawat di satu tempat penampungan sehingga dia tak sering menjalin kontak dengan ibunya lagi.

Tahun 1933 dia dikirim ke sebuah sekolah di Jerman selatan yang dikelolola oleh seorang pelopor pendidikan Kurt Hahn namun hanya beberapa bulan, Hahn yang merupakan warga Yahudi, menjadi korban penganiayaan Nazi.

Hahn kemudian pindah ke Skotlandia untuk mendirikan Sekolah Gordonstoun, tempat Pangeran Philip pindah setelah sempat mengecam pendidikan dua semester di Jerman. Sistem pendidikan Gordonstoun yang disiplin dengan penekanan pada kemampuan diri sendiri tampaknya cocok buat seorang remaja yang terpisah dari orang tuanya.

Menjelang Perang Dunia II, Pangeran Philip memutuskan untuk menempuh karier militer dan ingin masuk Angkatan Udara Kerajaan Inggris namun keluarga dari sisi ibunya memiliki tradisi di Angkatan Laut dan dia pun menjadi kadet di Akademi Angkatan Laut Britania di Darmouth. Ketika menjadi kadet, dia ditugaskan untuk mendampingi dua putri kerajaan yang masih muda belia, Elizabeth dan Margaret, ketika Raja George VI dan ibu suri berkeliling di akademi.

Para saksi mata mengatakan Pangeran Philip memperlihatkan semangat tinggi dan pertemuan itu mendapat kesan yang mendalam bagi Putri Elizabeth yang berusia 13 tahun. Philip kemudian membuktikan dirinya memiliki prospek yang cerah dan menjadi lulusan terbaik pada Januari 1940, dengan penugasan militer pertama ke Samudera Hindia.

Dia kemudian dipindahkan ke kapal perang HMS Valiant di Armada Laut Tengah dan dikerahkan untuk ambil bagian dalam Perang Teluk Matapan tahun 1941. Sebagai perwira yang bertanggung jawab untuk lampu sorot kapal, dia berperan penting dalam operasi yang menentukan di malam hari. "Saya melihat kapal lain dan menyalakan lampu ke bagian tengahnya, lalu kapal itu praktis akan segera menghilang di bawah tembakan meriam 15 inci yang menuju sasaran."

Pada Oktober 1942, dia menjadi salah satu letnan satu termuda di Angkatan Laut Kerajaan Inggris dengan penempatan di kapal perusak HMS Wallace. Pada masa-masa ini, dia dan putri Elizabeth yang muda belia sudah bersurat-suratan, bahkan dalam beberapa kesempatan dia diundang untuk berkunjung ke Keluarga Kerajaan Inggris. Dan setelah satu kunjungan saat musim Natal 1943, Elizabeth pun memajang foto Philip dengan seragam Angkatan Laut di meja riasnya.

Hubungan keduanya berkembang di masa damai pascaperang walau ada tentangan dari beberapa keluarga kerajaan, yang berpendapat Pangeran Philip 'kasar dan tidak sopan'. Namun sang putri sudah jatuh cinta dan pada musim panas 1946, Philip meminta Raja agar diizinkan menikahi putrinya. Ada masalah. Sebelum pertunangan diumumkan, pangeran memerlukan kewarganegaraan baru dan juga nama keluarga. Dia melepas gelar keturunan Yunani, menjadi warga negara Inggris, dan mengambil nama keluarga dari garis ibunya, Mountbatten.

Sehari sebelum upacara pernikahan, Raja George VI menganugerahi gelar Yang Mulia Philip dan pada pagi hari perkawinan dia mendapat gelar Duke of Edinburgh, Earl of Merioneth, dan Baron Greenwich. Upacara pernikahan berlangsung di Westminster Abbey pada 20 November 1947, yang disebut Winston Churchill sebagai 'kilatan warna' dalam pascaperang Inggris yang abu-abu.

Duke of Edinburgh kembali bertugas di Angkatan laut dan ditempatkan di Malta, yang menjadi tempat tinggal pasangan itu sama seperti tentara lain yang bertugas, paling tidak untuk sementara waktu. Putra pertama, Pangeran Charles lahir di Istana Buckingham tahun 1948 disusul Putri Anne tahun 1950. Pada tanggal 2 September 1950 dia mencapai ambisi dari semua perwira Angkatan Laut dengan diangkat menjadi komandan kapal, HMS Magpie.

Namun karier di Angkatan Laut mendekati akhir. Semakin memburuknya kesehtan Raja George VI membuat putrinya harus melakukan tugas-tugas kerajaan yang lebih banyak dan membutuhkan sang suami sebagai pendamping. Philip pun cuti dari Angkatan Laut Inggris tahun 1951 namun sejak itu tidak pernah lagi berperan aktif.

Walau tidak tergolong pria yang suka menyesali sesuatu, belakangan dia mengatakan bahwa ia menyayangkan tidak bisa meneruskan kariernya di Angkatan Laut Inggris. Rekan-rekannya mengatakan bahwa dia—berdasarkan kemampuannya sendiri—bisa menjadi Kepala Staf Angkatan Laut. Tahun 1952, pasangan kerajaan ini bersiap-siap untuk lawatan ke negara-negara Persemakmuran, yang mestinya dilakukan Raja dan Ratu.

Ketika mereka sedang berada di Kenya pada Februari, muncul berita bahwa Raja wafat karena menderita coronary thrombosis, gumpalan darah di jantung yang fatal. Pangeran yang menyampaikan berita duka itu kepada istrinya dan seorang teman belakangan mengenang bahwa Pangeran Philip melihat berita itu sebagai 'setengah dunia' jatuh ke tubuhnya.

Setelah kariernya di Angkatan Laut 'dirampas', dia juga harus menciptakan peran bagi dirinya sendiri dan peralihan takhta kepada Elizabeth memunculkan pertanyaan tentang seperti apa kelak peran tersebut. Dengan semakin dekatnya upacara penobatan, sebuah surat kerajaan menyatakan bahwa Pangeran Philip akan mendapat hak didahulukan setelah Ratu dalam setiap kesempatan walau dia tak punya posisi dalam konstitusi.

Dia sebenarnya punya banyak gagasan untuk memodernisir dan merampingkan kerajaan namun pada saat bersamaan semakin kecewa dengan penentangan keras dari sejumlah pejabat tua kerajaan.

Philip kemudian menyalurkan sebagian eneginya dalam kehidupan sosial, dengan membentuk kelompok perkawanan pria yang bertemu setiap pekan di atas satu restoran di Soho, pusat kota London. Mereka makan siang bersama, berkunjung ke kelab malam, dan kadang difoto bersama kawan-kawannya yang glamor. Di lingkungan kerajaan, salah satu yang masih dimilikinya untuk menggunakan otoritasnya adalah untuk keluarganya sendiri, walau dia kalah juga dalam upaya untuk memberi nama anak-anaknya.

Keputusan Ratu untuk meggunakan nama Windsor dan bukan nama keluarganya, Mountbatten, merupakan satu pukulan besar baginya. "Saya satu-satunya pria di negara ini yang tidak diizinkan memberi nama kepada anak-anaknya," keluhnya sekali waktu kepada teman-temannya. "Saya tak lebih dari sekedar amuba."

Menurut Jonathan Dimbleby, yang menulis biografi Pangeran Charles, pada masa mudanya Charles sampai menangis karena dimarahi ayahnya di depan umum dan hubungan antara ayah dan putra sulungnya tidak selalu mudah. Philip berkeras Pangeran Charles harus masuk ke sekolahnya yang dulu, Gordonstoun, karena yakin pendidikan di sana akan membantu putranya yang tampaknya berkarakter kurang bersemangat.

Pangeran Philip mendampingi Ratu Elizabeth lebih dari enam dekade, ratu terlama dalam sejarah Inggris, sejak 2009.

Sikap itu tampaknya mencerminkan masa kecilnya yang sulit, yang kadang kesepian. Sejak kecil dia sudah harus bisa mengandalkan diri sendiri sehingga kadang sulit untuk memahami bahwa orang lain tidak memiliki karakter yang kuat seperti dia. Dan salah satu perhatiannya adalah kesejahteraan kaum muda yang membuatnya pada tahun 1956 meluncurkan penghargaan Duke of Edinburgh, yang dianggap banyak pihak berhasil membina kaum muda.

Penghargaan itu mendorong sekitar enam juta kaum muda berusia 15 hingga 25 tahun—termasuk difabel—di seluruh dunia untuk menantang dirinya sendiri secara fisik, mental, dan emosi lewat berbagai kegiatan luar ruang yang dirancang untuk membina kerja sama dan penghargaan atas lingkungan. "Jika Anda bisa membuat kaum muda berhasil dalam bidang apa pun," katanya.

Sepanjang hidupnya, dia terus mencurahkan perhatian untuk program itu, dengan menghadiri berbagai kegiatan dan juga ikut langsung mengelolanya. Philip sebenarnya adalah seorang dengan karakter pemimpin namun perannya adalah selalu pada nomor dua sehingga kadang dia tampak tidak bisa duduk mudah dengan kepekaan atas posisinya. "Saya hanya melakukan yang saya kira terbaik," tuturnya sekali waktu kepada BBC. "Saya tidak bisa tiba-tiba mengubah cara saya dalam melakukan sesuatu, saya tidak bsa mengubah ketertarikan saya atau cara saya bereaksi. Itu adalah gaya saya."

Namun dia dinilai berhasil menggunakan posisinya untuk memberi sumbangan besar bagi kehidupan di Inggris dan berperan dalam membantu kerajaan untuk menghadapi perubahan sosial selama bertahun-tahun. Bagaimanapun pencapaian terbesarnya, tidak diragukan lagi, adalah kekuatan dan konsistensinya dalam mendukung Ratu sepanjang masa pemerintahan yang panjang.

Dia yakin pekerjaannya -seperti pernah dituturkannya kepada penulis biografinya- adalah 'untuk menjamin Ratu bisa bertakhta'. Dalam suatu pidato memperingati ulang tahun emas perkawinan mereka, Ratu Elizabeth menyatakan: "Dia tidak mudah untuk menerima pujian. Namun dia benar-benar merupakan kekuatan dan pegangan saya selama bertahun-tahun."

Para pemimpin dunia mengirimkan ucapan duka 

Para pemimpin dunia mengirimkan ucapan duka termasuk telegram emosional dari kerajaan Spanyol untuk 'Om Philip yang terhormat'. Para pemimpin dunia mengirimkan ucapan duka kepada keluarga Kerajaan Inggris setelah Istana Buckingham mengumumkan Pangeran Philip, suami Ratu Elizabeth II, meninggal dunia pada usia 99 tahun. Para perwakilan kerajaan, kepala negara, dan perdana menteri yang memerintah dan yang sudah tidak lagi menjabat dari Swedia sampai Selandia Baru, mengirimkan ucapan duka.

Pangeran Philip mendampingi Ratu Elizabeth II dalam ratusan kunjungan luar negeri. Raja Spanyol dan ratu mengirimkan telegram dengan menulis "Yang terhormat tante Lilibet" berduka atas meninggalnya "Yang terhormat om Philip."

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengirimkan ucapan duka dengan pujian atas dedikasi pangeran "kepada rakyat Inggris, negara persemakmuran dan keluarganya", serta jasa selama Perang Dunia Kedua, menggagas upaya lingkungan dan memberi inspirasi kepada anak-anak muda. Sementara Donald Trump, Barack Obama dan George W Bush juga mengirimkan ungkapan duka.

Ucapan duka dan penghargaan kepada Pangeran Philip juga datang dari negara-negara Pesemakmuran - 54 negara yang tercakup dalam Imperium Britania dengan jumlah penduduk total 2,4 miliar jiwa. "Ia adalah simbol dari satu generasi yang tak akan pernah kita saksikan lagi," kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison dalam satu pernyataan.

KELUARGA KERAJAAN


SILSILAH KERAJAAN

Scott Morrison mengatakan Pangeran Philip memberikan dukungan konstan kepada Ratu dan memimpin puluhan organisasi di Australia. Mantan pemimpin negara itu, Julia Gillard, mengatakan Pangeran Philip terlihat menikmati pekerjaannya walaupun dalam tugas. PM Selandia Baru, Jacinda Ardern mengatakan, "Atas nama rakyat Selandia Baru dan pemerintah, saya menyampaikan duka cita kepada Yang Mulia dan seluruh anggota kerajaan."

Raja Swedia Carl Gustaf mengatakan Pangeran Philip adalah "teman luar biasa keluarga kami dalam jangka waktu lama, hubungan yang kami hargai". Keluarga Kerajaan Swedia melalui juru bicara Margareta Thorgren mengatakan, raja dan pangeran pernah berlayar bersama di Inggris dan mengatakan, "Itulah awal persahabatan mereka."

Sementara keluarga kerajaan Belanda mengatakan mereka mengenang Pangeran Philip sebagai orang yang sangat dihormati. "Ia mendedikasikan hidupnya untuk melayani rakyat Inggris melalui tugas dan tanggung jawabnya. Kepribadian yang menyenangkan meninggalkan kenangan yang sangat kuat."

Raja Belgia Philippe mengirim pesan kepada Ratu dan mengatakan ia berharap dapat segera berbicara langsung dengan Ratu. Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan Pangeran Philip "memiliki karier terhormat dalam militer dan menjagi penggagas dalam banyak program komunitas. (*)
 

Tags : Pangeran Philip, Suami Ratu Elizabeth II.Duke of Edinburgh, Pangeran Philip meninggal dunia, Philip Tutup Usia 99 Tahun ,