Internasional   2021/05/27 3:43 WIB

PBB Minta Amerika Serikat Bangun Kembali Gaza Setelah Hancur Digempur

PBB Minta Amerika Serikat Bangun Kembali Gaza Setelah Hancur Digempur
Beit Hanoun di Gaza. PBB telah menyerukan "bantuan kemanusiaan segera".

INTERNASIONAL - Amerika Serikat akan membantu membangun kembali Gaza sebagai bagian dari upaya konsolidasi gencatan senjata antara Israel dan kelompok-kelompok militan Palestina, kata menteri luar negeri AS.

Antony Blinken mengatakan hal itu setelah bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu di Yerusalem. "Kita tahu bahwa untuk mencegah kekerasan terulang, kita harus memanfaatkan ruang yang ada untuk menangani berbagai masalah pokok dan tantangan. Dan itu dimulai dengan menangani kondisi kemanusiaan yang serius di Gaza dan dimulai pembangunan kembali," kata Blinken dirilis BBC, Selasa (25/05).

Ia mengatakan Amerika Serikat akan menggalang dukungan internasional untuk mewujudkan tujuan itu dan juga akan memberikan "sumbangan besar". Besaran bantuan direncanakan dijabarkan kemudian. Namun dikatakannya, AS akan menempuh langkah-langkah agar bantuan yang ada tidak sampai ke tangan kelompok Hamas yang menguasai Gaza.

Blinken juga menekankan perlunya menambah sistem pertahanan Kubah Besi untuk melindungi Israel dari serangan roket Hamas. Kunjungan Blinken ke Timur Tengah, antara lain juga ke Tepi Barat, dilakukan beberapa hari setelah sejumlah mediator berusaha untuk memperkuat gencatan senjata antara Israel dan Palestina demi mencegah lebih banyak kekerasan dalam jangka panjang.

Satu tim mediator Mesir berada di Israel pada hari Sabtu (22/05). Amerika Serikat tidak akan melakukan pembicaraan langsung dengan Hamas, yang dianggap sebagai organisasi teroris. Baik Israel maupun kelompok militan Palestina Hamas telah mengklaim kemenangan dalam konflik terbaru yang terjadi.

Lebih dari 250 orang tewas di Gaza

Pertempuran dimulai pada 10 Mei setelah eskalasi konflik berminggu-minggu yang memuncak dengan bentrokan di al-Aqsa, sebuah situs suci yang dihormati oleh Muslim dan Yahudi, di Yerusalem Timur yang diduduki. Hamas menembakkan roket setelah memperingatkan Israel untuk menarik diri dari situs tersebut, memicu serangan udara selama balasan hari.

Sejak gencatan senjata diberlakukan pada Jumat (21/05), PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pelemahan kekuatan militer Hamas melalui pemboman udara adalah "keberhasilan yang luar biasa". Dia menambahkan: "Jika Hamas berpikir kami akan mentolerir hujan roket, itu salah" dan menjanjikan balasan dengan "level kekuatan yang baru". Sementara itu, Hamas telah berbicara tentang apa yang disebutnya "euforia kemenangan" dan pemimpinnya Ismail Haniyeh mengatakan konflik telah "membuka pintu ke fase baru yang akan menyaksikan banyak kemenangan".

Gencatan senjata berlangsung sepanjang hari kedua pada Sabtu. Istilahnya tidak jelas. Israel hanya mengatakan telah menyetujui penghentian permusuhan yang sifatnya "timbal balik dan tanpa syarat". Mesir, Qatar, AS, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tampaknya terlibat. Pada hari Sabtu, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan pernyataan pertamanya tentang konflik tersebut, memuji para mediator dan menyerukan "kepatuhan penuh pada gencatan senjata".

Seorang diplomat Mesir mengatakan tim tersebut menerapkan langkah-langkah yang disepakati dan berusaha mencegah praktik yang mengarah pada pertempuran terbaru, tetapi tidak ada detail yang dibeberkan. Warga sipil di dua sisi telah berbicara tentang keinginan untuk hidup tanpa rasa takut akan serangan dari udara. Seorang pemilik toko di Gaza, Ashraf Abu Mohammad, mengatakan kepada kantor berita Associated Press: "Hidup akan kembali, karena ini bukan perang pertama, dan ini tidak akan menjadi perang terakhir."

Selama sekitar 14 tahun, perbatasan Gaza telah berada di bawah blokade Israel dan Mesir yang membatasi perjalanan orang dan barang - salah satu masalah utama untuk mediasi di masa depan. Israel mengatakan harus membatasi akses Hamas ke senjata, karena para militan menolak untuk melucuti senjata. PBB mengatakan blokade harus diakhiri agar ekonomi Gaza membaik.

Di sisi lain, Hamas mengatakan bahwa bagian dari gencatan senjata yang disepakati melibatkan kompromi Israel atas al-Aqsa dan distrik Sheikh Jarrah, tempat pemukim Yahudi menggusur keluarga Palestina. Israel membantah kasus ini. Ada bentrokan di Yerusalem Timur pada hari Jumat setelah gencatan senjata dimulai. Beberapa orang Palestina menyoroti masalah besar lainnya - persaingan antara Hamas dan Otoritas Palestina, yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas dan menjalankan sebagian dari Tepi Barat.

Massa meneriakkan "rakyat ingin presiden pergi". Abbas akan mencoba untuk mengukuhkan posisinya ketika dia bertemu Blinken. Beberapa pemimpin internasional, termasuk Presiden AS Joe Biden, kembali merujuk pada solusi dua negara dalam jangka panjang untuk Timur Tengah - sebuah negara Palestina bersama Israel - tetapi menjaga ketenangan adalah fokus utama saat ini.

Bantuan kemanusiaan tiba

Sementara itu, konvoi pertama bantuan kemanusiaan telah tiba di Gaza, beberapa jam setelah berlakunya gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas pada Jumat (21/05) dini hari. Ribuan warga Palestina kembali dari pengungsian namun melihat tempat tinggal mereka sudah hancur. Kalangan pejabat setempat menyatakan perlu bertahun-tahun untuk melakukan rekonstruksi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan pembentukan koridor khusus bagi warga yang luka-luka untuk dievakuasi. Truk-truk dari berbagai lembaga bantuan, termasuk yang berafiliasi dengan PBB, telah berdatangan dengan membawa barang-barang kebutuhan medis, pangan, dan bahan bakar ke Gaza, setelah Israel membuka pos perlintasan Kerem Shalom.

Lebih dari 100.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka di Gaza, yang dikuasai kelompok Hamas, dan hampir 800.000 orang kini tidak memiliki akses ke air bersih, ungkap badan PBB urusan anak-anak Unicef. Kalangan pejabat Palestina mengatakan butuh jutaan dolar untuk membangun kembali wilayah-wilayah yang hancur, apalagi kini penduduk tengah dikhawatirkan dengan pandemi Covid-19.

Margaret Harris, juru bicara WHO, menyerukan segera dibuka akses bagi pasokan medis dan tenaga kesehatan ke Gaza, karena fasilitas kesehatan di wilayah itu berisiko dipenuhi oleh ribuan warga yang luka-luka. Badan PBB urusan Pengungsi Palestina (Unwra) mengatakan bahwa prioritasnya adalah mengidentifikasi dan membantu puluhan ribu warga yang kehilangan tempat tinggal, sehingga segera butuh bantuan US$38 juta.

Pada Kamis (20/5), Kementerian Perumahan Gaza mengatakan bahwa 1.800 unit rumah sudah tidak layak huni dan 1.000 unit sudah hancur. "Kerusakan yang dibuat dalam kurun kurang dari dua pekan akan butuh waktu bertahun-tahun, jika tidak puluhan tahun, untuk membangun kembali," kata Fabrizio Carboni, direktur Timur Tengah dari Komite Internasional Palang Merah (ICRC).

Warga Gaza bernama Samira Abdallah Nasser mengaku rumahnya yang bertingkat dua di dekat Kota Beit Hanoun hancur lebur akibat serangan. "Ketika pulang ke rumah, kami sudah tidak punya tempat untuk berteduh, sudah tidak ada air, listrik, tempat tidur, semuanya sudah tidak ada lagi," kata Samira kepada kantor berita Reuters. "Kami pulang ke rumah yang sudah hancur seluruhnya."

Warga lainnya bernama Azhar Nsair kepada Associated Press mengatakan, "Kami melihat kehancuran yang begitu besar di sini, baru kali ini kami menyaksikannya". Sedikitnya 248 orang, termasuk lebih dari 100 perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza, menurut kementerian kesehatan setempat. Israel mengklaim telah membunuh sedikitnya 225 militan selama pertempuran 11 hari, namun Hamas belum mengumumkan data soal jumlah anggotanya yang tewas.

Di Israel, 13 orang termasuk dua anak-anak dan seorang tentara tewas, ungkap layanan medis negara itu. Warga di Israel keluar dari tempat perlindungan darurat
Sementara itu banyak keluarga Yahudi bisa meninggalkan tempat perlindungan darurat. Pembatasan darurat sudah dicabut dan semua sekolah akan dibuka kembali pada Minggu.

Militer Israel mengatakan bahwa Hamas menembakkan lebih dari 4.300 roket selama konflik, 90% di antaranya berhasil dihancurkan oleh sistem pertahanan udara Kubah Besi. Namun ada sejumlah roket Hamas yang lolos dan menghancurkan sejumlah bangunan, termasuk rumah-rumah warga dan sinagog. Banyak roket yang ditembakkan mengarah ke kota-kota di Israel bagian selatan, seperti Ashkelon.

Warga setempat bernama Tammy Zamir kepada kantor berita Reuters mengaku senang bahwa konflik sudah berakhir, namun dia juga "yakin akan ada eskalasi baru". Di Kota Ashdod, warga 25 tahun bernama Dan Kiri mengatakan Israel harus terus menyerang Hamas sampai hancur, sambil menambahkan: "Tinggal menunggu waktu hingga ada operasi berikut di Gaza."

Walau sudah berlangsung gencatan senjata pada Jumat dini hari, namun tetap terjadi bentrokan di masjid al-Aqsa siangnya setelah salat Jumat. Polisi Israel menembakkan granat kejut ke para pemrotes Palestina, yang melempari mereka dengan batu dan bom bensin ke petugas. Sedikitnya 20 warga Palestina luka-luka, ungkap tim medis. Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa solusi dua negara merupakan jalan satu-satunya untuk mengatasi konflik. Dia menambahkan bahwa tidak akan ada perdamaian kecuali jika kawasan itu secara tegas mengakui hak keberadaan Israel.

Biden juga mengatakan bahwa AS akan mengorganisir bantuan internasional untuk membantu pembangunan kembali di Gaza. Suasana jalan-jalan utama di Gaza berangsur kembali normal beberapa jam setelah gencatan senjata diberlakukan. Ini kali pertama dalam kurun hampir dua pekan terakhir warga bisa keluar rumah dengan aman. Namun, banyak keluarga yang harus berjalan di antara reruntuhan bangunan dan anak-anak berjalan berhati-hati menghindari pecahan-pecahan kaca.

Mereka memandangi gedung-gedung yang hancur dengan tampak pasrah. Mungkin melihat dampak kehancuran itu relatif lebih mudah ketimbang mengalami secara menegangkan berada di bawah ancaman serangan udara. Di suatu ruas jalan di pusat Kota Gaza terdapat bangunan al-Sharouq yang sudah jadi puing-puing. Nama bangunan itu artinya matahari terbit.

Itu adalah gedung tinggi ketiga yang dibom militer Israel karena dianggap digunakan oleh militan. Sebuah mobil melaju dan seorang anak di dalamnya sambil memakai keffiyeh muncul dari atap mobil dengan mengacungkan jari tengah dan telunjuk pertanda menang. Hamas memuji aksi mereka "mempertahankan Yerusalem." Sedangkan Israel menyatakan serangan udaranya telah membuat kelompok itu mengalami kemunduran strategis. Masyarakat memang menyambut baik gencatan senjata itu, namun juga sadar ini mungkin hanya menunda hingga terjadi konflik berikut yang tidak terhindarkan. (*)

Tags : PBB Minta Amerika Serikat Bangun Kembali Gaza AS Berjanji Bangun Gaza, Setelah Hancur Digempur AS Bantu Bangun Gaza,