Pekanbaru   2021/07/04 17:35 WIB

Kurban Ditetapkan H-10, Peneliti: Hewan Herbivora Tidak Tertular

Kurban Ditetapkan H-10, Peneliti: Hewan Herbivora Tidak Tertular

PEKANBARU - Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru tahun 2021 ini kembali membuka pendaftaran untuk peserta kurban. Ditargetkan, jumlah hewan yang disembelih melebihi tahun lalu.

"Kita baru buat imbauan ke OPD, baru empat orang yang mendaftar. Belum ada terkumpul secara kelompok. Baru sekitar empat orang baru. Satu kelompok itu kan tujuh orang," kata Kepala Bagian Kesra Sekretariat Daerah Kota Pekanbaru Sarbaini dirilis pekanbarugoid, Jumat (2/7)

Biasanya, H-10 baru tahu estimasi berapa ekor hewan kurban yang disembelih di Pemko Pekanbaru. "Satu peserta lebih kurang Rp2,5 juta," kata dia.

Ia menargetkan, jumlah hewan yang disembelih melebihi tahun lalu. Tahun lalu, Pemko bisa mengumpulkan 30 hewan kurban untuk disembelih dan dibagikan kepada tenaga harian lepas (THL) dan warga kurang mampu. "Target kita lebih dari tahun lalu. Tahun lalu sekitar 30 ekor. Kita fokusnya untuk THL. Jadi kalau nanti memang banyak jumlahnya, dan melebihi kebutuhan kita di Pemko tentu kita kirim ke tempat yang tidak mampu," jelasnya. 

Wabah corona tidak menular lewat hewan herbivora

Virolog dan peneliti satwa liar dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Taufiq P Nugraha, mengatakan, meski terdapat varian maupun informasi yang berkembang terkait Covid-19, sejatinya virus tersebut tidak bisa tertular ke binatang.

Dia menegaskan, sejauh ini penyebaran Covid-19 dari hewan ke manusia baru ditemukan berdasarkan jenis hewan pemakan daging (karnivora). Belum ada informasi atau penelitian yang menyebutkan virus Covid-19 menular lewat hewan herbivora. “Covid-19 itu dari manusia enggak menular ke (hewan) kurban. Meskipun sudah ada varian baru (delta) dari virus tersebut saat ini,” kata Taufiq dirilis Republika.co.id, Rabu (30/6).

Justru, dia menyebutkan, potensi penyebaran Covid-19 dapat terjadi saat aktivitas perdagangan, penyembelihan, dan pendistribusian hewan kurban. Menurut dia, ketiga aktivitas tersebut berisiko besar karena dapat memicu kerumunan yang menjadi sarana penularan Covid-19.

Dia pun menekankan, Covid-19 hanya dapat tertularkan dari manusia ke manusia, tidak dari manusia ke hewan. Untuk itu, pihaknya melihat bahwa penerapan protokol kesehatan (prokes) saat pelaksanaan aktivitas kurban perlu dimaksimalkan untuk menekan kembali angka penyebaran Covid-19 di Indonesia. “Prokesnya harus ketat. Ingat bahwa medium-medium seperti darah dan lainnya itu bisa menempel di plastik atau apa pun, dan virus Covid-19 bisa menempel pada medium-medium tersebut,” kata Taufiq.

Dia menekankan, meski varian dari virus Covid-19 telah ditemukan, kasus penularan virus tersebut dari manusia ke hewan belum ada. Namun demikian, bukan berarti masyarakat Indonesia dapat mengesampingkan prokes saat pelaksanaan gelaran Idul Kurban, baik dalam aktivitas perdagangan, pemotongan, maupun pendistribusiannya.

Pakar kesehatan hewan dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB), Supratikno, mengatakan, penularan virus Covid-19 dari manusia ke hewan belum pernah terjadi. Virus Covid-19, kata dia, hanya dapat ditularkan manusia ke manusia sebagaimana yang telah banyak terjadi saat ini. “Tidak menular (dari manusia ke hewan),” kata dia.

Lebih lanjut dia mengatakan, konsentrasi pada kesehatan hewan kurban biasa terjadi pada aspek-aspek yang umum dikenali masyarakat. Dari ciri-ciri aktif hewan, nafsu makan, hingga ciri-ciri fisik dari hewan kurban yang ada. Adapun penularan Covid-19 dari manusia tidak dimungkinkan hadir kepada hewan kurban itu sendiri.

Menurut dia, masyarakat saat ini lebih baik mengacu pada standar protokol kesehatan yang telah ditetapkan sesuai dengan wilayahnya masing-masing. Hal itu guna mencegah penularan virus Covid-19 dari manusia ke manusia akibat munculnya kerumunan atas aktivitas kurban yang terjadi. (*)

Tags : hewan kurban, covid-19, varian delta, idul kurban, idul adha,