Sorotan   2020/11/26 21:2 WIB

Peneliti Nilai Banyak yang Keliru Dibuat Media Sosial Terkait Covid-19

Peneliti Nilai Banyak yang Keliru Dibuat Media Sosial Terkait Covid-19
Facebook, Twitter dan aplikasi percakapan menjadi tempat yang subur untuk penyebaran rumors tentang Covid-19.

"Banyak orang meninggal di seluruh dunia disebabkan kekeliruan informasi (misinformation) terkait dengan virus corona pada tiga bulan pertama tahun 2020"

ebuah penelitian yang dimuat American Journal of Tropical Medicine and Hygiene menyebutkan sekitar 5.800 orang dirawat di rumah sakit akibat kekeliruan informasi yang tersebar di media sosial. Banyak yang meninggal karena minum cairan spiritus (methanol) atau cairan yang biasa digunakan untuk produk pembersih.

Mereka keliru dalam meyakini bahwa produk-produk tersebut bisa menyembuhkan tubuh dari virus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya mengatakan bahwa "infodemik" seputar Covid-19 menyebar lebih cepat dari virus itu sendiri. Teori konspirasi, rumor, dan stigma budaya semua berkontribusi terhadap kematian dan cedera.

Kesalahan informasi dibayar dengan nyawa

Banyak korban termakan informasi yang terkesan kredibel karena berkaitan dengan dunia medis - seperti makan bawang putih dalam jumlah besar atau mengonsumsi vitamin dalam jumlah besar - merupalan cara mencegah penularan, kata penulis penelitian tersebut. Ada juga korban yang percaya, virus corona bisa dicegah dengan meminum urine sapi. Semua tindakan tersebut memiliki "potensi implikasi yang serius" terhadap kesehatan mereka, kata para peneliti.

Penelitian ini menyimpulkan, hal ini merupakan tanggung jawab dari lembaga internasional, pemerintah, dan platform media sosial untuk melawan "infodemik". Sementara itu, perusahaan teknologi mendapat kritik, karena respons mereka dinilai lambat dan setengah-setengah. Di Inggris, aturan mengenai bahaya daring ini imungkin akan tersedia beberapa tahun lagi. Investigasi BBC sebelumnya, menemukan kaitan antara serangan, pembakaran dan kematian yang disebabkan informasi yang keliru mengenai virus corona juga telah mengonfirmasi hal ini kepada para dokter, ahli dan korban tentang pengalaman mereka.

Rumor yang beredar di online telah memicu serangan gerombolan di India dan keracunan massal di Iran. Teknisi telekomunikasi telah diancam dan diserang, dan tiang pemancar sinyal telah dibakar di Inggris, juga di negara lain karena peredaran teori konspirasi, dan terus digaungkan di online. Media sosial juga ikut membantu para penipu untuk memanfaatkan masa pandemi, menjual lencana dengan bahan tertentu yang diklaim bisa menghalau virus, dan mendesak pengikutnya untuk mengambil bagian dengan menyerahkan uang sebagai pertukaran sebuah "suplemen mineral ajaib", di mana sebenarnya itu adalah pemutih yang diencerkan.

Konspirasi mengancam vaksin Covid-19

Saat isu vaksin bermunculan, akan ada ancaman lagi dari para pendukung anti-vaksin. Mereka akan menggunakan platform yang disediakan oleh media sosial untuk mengajak orang-orang agar tidak melindungi diri mereka sendiri dari vaksin tersebut. Meskipun perusahaan media sosial telah menghapus atau memberi tanda pada informasi yang keliru mengenai vaksin, jajak pendapat terbaru di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 28% warga Amerika percaya bahwa Bill Gates ingin menggunakan vaksin untuk menaruh chips ke dalam tubuh orang-orang. Pencapaian perolehan vaksin virus corona bisa dirusak sepenuhnya dengan informasi yang keliru, kata para dokter. (*) 


 

Tags : Peneliti, Covid-19, Keliru Informasi Covid-19,