Linkungan   2023/12/27 21:15 WIB

Peneliti Nilai Ekosistem di Gurun Argentina 'Cerminkan Awal Mula Kehidupan Pertama di Bumi'

Peneliti Nilai Ekosistem di Gurun Argentina 'Cerminkan Awal Mula Kehidupan Pertama di Bumi'
Stromatolit yang terlihat di dasar laguna di Gurun Atacama, Argentina

LINGKUNGAN - Sebuah ekosistem laguna di Gurun Atacama, Argentina, diklaim sebagai "cerminan dari kehidupan pertama di Bumi", menurut temuan sejumlah peneliti.

Lingkungan di Atacama disebut mencerminkan kondisi Bumi 3,5 miliar tahun yang lalu, yang juga menyerupai kondisi kawah di Planet Mars.

Penemuan tersebut diumumkan pada pekan lalu oleh ahli geologi Brian Hynek dari Universitas Colorado Boulder dan ahli mikrobiologi Argentina, María Farías yang mengamati dengan cermat citra satelit di wilayah tersebut.

Hynek dan Farías menganalisis gambar-gambar satelit itu selama lebih dari satu tahun. Mereka melihat sesuatu yang tampak seperti jaringan akuifer di tengah-tengah kawasan gurun tersebut.

Setelah itu, mereka memutuskan mengunjungi dataran tinggi yang berlokasi 4.500 meter di atas permukaan laut tersebut.

Di sana, para peneliti menemukan puluhan laguna dengan air jernih yang sangat asin, dan dasarnya ditutupi oleh gundukan stromatolit hijau.

Stromatolit, atau yang dikenal sebagai batuan hidup, merupakan terumbu mikroba yang dibentuk oleh butiran mineral dan direkatkan oleh bakteri.

Menurut NASA, stromatolit merupakan bukti fosil dari kehidupan tertua di Bumi yang diperkirakan sudah ada sejak 3,5 miliar tahun lalu.

Sejak pertama kali muncul, stromatolit memperoleh energi dari Matahari.

Lantaran stromatolit menghasilkan oksigen, volume oksigen di atmosfer meningkat menjadi sekitar 20% sehingga memungkinkan berkembangnya kehidupan di Bumi.

Planet Bumi sendiri diperkirakan terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Pada saat itu, kondisi Bumi sangat berbeda dengan saat ini.

Ketika stromatolit muncul, benua-benua di Bumi masih dalam proses pembentukan sehingga terjadi banyak aktivitas vulkanik.

Perairan pada masa itu mengandung arsenik dan jauh lebih asin dibandingkan air laut saat ini.

María Eugenia Farías, salah satu penulis dalam penemuan ini, menjelaskan bahwa Bumi tidak memiliki lapisan oksigen atau ozon pada saat itu.

“Dalam kondisi seperti ini, muncul lah bentuk kehidupan pertama, yaitu protobakteri: bakteri yang berasosiasi dan membentuk koloni,” kata ilmuwan asal Argentina seperti dirilis BBC.

Selama proses pembentukan koloni, bakteri menangkap karbon dioksida.

“Sebagian dari karbon dioksida ini diubah menjadi bahan organik dan sebagian lagi diubah menjadi kalsium bikarbonat yang membentuk sejenis batuan hidup yang kita kenal sebagai stromatolit,” kata Farías.

“Itu adalah fosil pertama di planet ini.”

Stromatolit melepaskan oksigen ke lautan, kemudian ke atmosfer, dan menciptakan lapisan ozon.

Farías menjelaskan bahwa selama periode Kambrium (sekitar 540 juta tahun lalu), ketika Bumi memiliki kadar oksigen yang stabil, terjadi ledakan kehidupan eukariota.

"Tumbuhan dan hewan pun muncul yang akhirnya memakan dan menggantikan stromatolit," jelas Farías.

Kondisi planet primitif pada 3,5 miliar tahun lalu itu serupa dengan kondisi di lingkungan tempat ditemukannya stromatolit saat ini.

Tempat-tempat itu biasanya memiliki kadar oksigen rendah, radiasi ultraviolet tinggi, aktivitas gunung berapi, dan perairan asin.

Saat ini, stromatolit masih hidup di sejumlah danau dan perairan asin di seluruh dunia. Sebab di kondisi itu lah tidak banyak predator yang bisa memangsa mereka.

Tempat yang memiliki keanekaragaman habitat stromatolit tertinggi adalah Australia, baik yang masih hidup maupun yang sudah menjadi fosil. Shark Bay di Australia Barat merupakan salah satu habitat terbesarnya.

Namun menurut Farías, ekosistem yang terdapat di Andes berbeda dengan yang lainnya karena berada di ketinggian lebih dari 3.600 meter di atas permukaan laut.

“Kondisi di Gurun Atacama, di Argentina, Chili dan Bolivia, sangat istimewa. Dikelilingi oleh gunung berapi, memiliki tekanan oksigen rendah dan radiasi ultraviolet yang tinggi karena letaknya, serta memiliki laguna asin yang kaya akan arsenik,” papar Farías.

“Kondisi ini sangat mirip dengan yang ada di Bumi pada masa awal kehidupan.”

Hynek dan Farías berencana segera kembali ke Atacama untuk melanjutkan penelitian mereka, terutama mengenai stromalit gipsum.

“Stromatolit umumnya terbuat dari kalsium karbonat, tetapi stromatolit yang terbuat dari gipsum terbentuk dalam kondisi thalassic, di mana konsentrasi garam sangat tinggi, yang sangat mirip dengan yang ada di Mars,” kata Farías.

Mereka menunjukkan bahwa terdapat sebuah kawah di Mars dengan konsentrasi air asin yang sangat tinggi sehingga airnya tidak bisa membeku.

“Karena kita masih belum bisa mencapai Mars untuk mengetahui apakah ada kehidupan di sana, setidaknya kita bisa melihat lingkungan serupa di Bumi, di Atacama," tutur Farías. (*)

Tags : ekosistem gurun argentina, lingkungan, alam, sains,