JAKARTA - Perubahan iklim saat ini dinilai membawa dampak buruk bagi manusia dan alam, baik itu terhadap kesehatan, ketahanan pangan, perubahan ekosistem laut, dan juga kondisi sosial ekonomi di dunia.
Melalui hubungan pendidikan yang kuat, Kedutaan Besar Inggris Jakarta meluncurkan Kampanye #JanjiCegahKrisisIklim melalui panel diskusi di akun Youtube resmi Chevening Indonesia. Pada Rabu 24 Februari 2021, Chevening Indonesia secara resmi meluncurkan kampanye #JanjiCegahKrisisIklim, program yang diyakini mampu berkontribusi besar dalam mencegah krisis iklim.
Dihadiri oleh Hon. Dyah Roro Esti, Anggota Komisi VII Bidang Energi, Riset dan Teknologi, Anggota DPR; Gita Syahrani, Direktur Eksekutif Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Presiden Chevening Alumni Association Indonesia (CAAI); dan Adi Pradana, anggota program British Council Future Leaders Connect, Manajer Senior untuk Lansekap dan Kota Berkelanjutan di WRI Indonesia, kampanye #JanjiCegahKrisisIklim bertujuan untuk mendorong kaum muda Indonesia untuk berjanji mengambil tindakan khusus dalam mengatasi perubahan iklim, bisa berupa tindakan yang mencerminkan apa yang sudah dilakukan, atau sesuatu yang sama sekali baru dan tepat untuk dilakukan.
Dalam diskusi bertajuk "Janji Cegah Krisis Iklim", turut merayakan contoh tindakan perubahan iklim yang dilakukan oleh para mitra dan untuk mendorong tindakan lebih lanjut guna melindungi planet kita. Acara dibuka oleh Yang Mulia Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkinsdan, dan Duta Besar Indonesia untuk Inggris Bapak Desra Percaya, yang merupakan alumni Chevening.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins juga mengatakan bahwa generasi yang diwakili pada acara tersebut akan menjadi pemimpin masa depan, baik dalam bisnis, politik, pendidikan dan masyarakat sipil. Owen menambahkan, sebagai Presiden COP26 yang akan datang, Inggris bertekad untuk memastikan bahwa generasi muda Indonesia dilibatkan dalam upaya Inggris meningkatkan ambisinya dalam perubahan iklim. “Melalui Kepresidenan COP26 Inggris Raya, kami memiliki kesempatan unik untuk bekerjasama dengan komunitas cendekiawan, para mita dan alumni global, untuk merayakan kemajuan yang dibuat di seluruh dunia, dan untuk mendorong tindakan yang berani dan tegas untuk melindungi planet kita”, ujar Owen seperti dirilis liputan6.
Pencapaian penanganan krisis iklim Indonesia
Pada panel diskusi, Gita selaku Direktur Eksekutif Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) mengatakan bahwa beliau telah melakukan berbagai program dalam menghadapi masalah iklim, dengan membuktikan adanya satu kabupaten yang dapat menjaga kualitas hutan, ekosistem penting di daerah tersebut, sekaligus dengan kondisi perekonomian mereka.
"Total ada 8 kabupaten yang bergabung dan berdeglarasi untuk mengimplementasi beberapa target nasional. Yang pertama, target nasional untuk penurunan emisi gas rumah kaca. Yang kedua, target nasional untuk implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG). Dan yang ketiga, untuk implementasi open government," Ujar Gita.
Ia juga menambahkan bahwa mendukung gerakan #BanggaBuatanIndonesia yang ramah lingkungan dan sosial secara konsisten sangatlah penting. Membeli barang yang dibutuhkan juga secara tidak langsung membantu mencegah terjadinya krisis iklim.
Sedangkan, Dyah mengatakan bahwa Indonesia telah membawa semangat "gotong royong" dalam menghadapi hal tersebut. "Kami telah membuat komitmen dalam menghadapi krisis iklim dengan merpresantasikan Perjanjian Paris ke dalam undang-undang negara. Kami berharap langkah yang telah ditempuh dapat bermanfaat ke depannya, kami juga mengembang energi yang selalu bisa diperbaharui," katanya.
Adi juga menambahkan bahwa WRI Indonesia kerap membantu pemerintah Jakarta dalam strategi ruang terbuka hijau, dan meluncurkan aplikasi Emisi untuk membantu masyarakat menghitung emisi sehari-hari. Penanganan ini pun telah berhasil mengurangi 80% gas emisi efek rumah kaca di Jakarta. (*)
Tags : Iklim, Perubahan Iklim, Chevening, Krisis iklim, kampanye,