SEBUAH patung batu dewi kecantikan, cinta, dan perang kuno telah ditemukan di Jalur Gaza.
Para arkeolog Palestina mengatakan bahwa kepala dewi Kanaan bernama Anat itu berasal dari 4.500 tahun yang lalu hingga akhir Zaman Perunggu.
Seorang petani menemukannya saat mencangkul lahannya di Khan Younis, Gaza selatan.
Di media sosial, beberapa warga Gaza membuat komentar sinis yang menunjukkan bahwa hubungan dewi itu dengan perang tampaknya tepat.
Dalam beberapa tahun terakhir, mereka telah menyaksikan serangkaian gejolak yang menghancurkan dalam konflik antara Israel dan kelompok-kelompok di Gaza, yang dikuasai oleh Hamas.
Namun, penemuan patung batu kapur ini merupakan pengingat bagaimana Jalur Gaza - yang merupakan bagian dari jalur perdagangan penting bagi peradaban kuno - pada awalnya merupakan pemukiman orang Kanaan.
Patung setinggi 22 cm itu dengan jelas menunjukkan wajah dewi yang mengenakan mahkota ular.
"Kami menemukannya secara kebetulan. Patung dalam kondisi berlumpur dan kami mencucinya dengan air," kata petani Nidal Abu Eid, yang menemukan kepala patung itu saat mengolah ladangnya.
"Kami menyadari bahwa benda itu adalah barang yang berharga, tetapi kami tidak tahu bahwa patung ini memiliki nilai arkeologis yang begitu besar," katanya kepada BBC.
"Kami berterima kasih kepada Tuhan, dan kami bangga bahwa patung itu berada di tanah kami, di Palestina, sejak zaman Kanaan."
Patung Anat - salah satu dewa Kanaan yang paling terkenal - sekarang dipajang di Qasr al-Basha, sebuah bangunan bersejarah yang berfungsi sebagai salah satu dari sedikit museum Gaza.
Tanah Kanaan adalah istilah kuno untuk wilayah yang saat ini meliputi Israel, Palestina, Lebanon, sebagian Yordania, Suriah, dan sebagian kecil Mesir timur laut.
Saat mengungkapkan artefak itu pada konferensi pers pada hari Selasa (26/04), Jamal Abu Rida dari Kementerian Pariwisata dan Purbakala yang dikelola Hamas mengatakan patung itu "tahan terhadap waktu" dan telah diperiksa dengan cermat oleh para ahli.
Dia mengatakan bahwa patung itu membuat poin politik yang kuat.
"Penemuan semacam itu membuktikan bahwa Palestina memiliki peradaban dan sejarah, dan tidak ada yang bisa menyangkal atau memalsukan sejarah ini," katanya. "Ini adalah orang-orang Palestina dan peradaban Kanaan kuno mereka."
Tidak semua temuan arkeologis di Gaza sangat dihargai atau dirawat dengan sangat baik.
Hamas - sebuah organisasi militan Islamis - sebelumnya dituduh menghancurkan sisa-sisa kota besar Kanaan yang dibentengi, Tell al-Sakan, untuk membuka jalan bagi perumahan dan pangkalan militer di selatan Kota Gaza yang berpenduduk padat.
Sebuah perunggu kuno seukuran manusia yang melambangkan dewa Yunani Apollo ditemukan oleh seorang nelayan pada tahun 2013, tetapi kemudian menghilang secara misterius.
Namun, tahun ini Hamas membuka kembali sisa-sisa gereja Bizantium abad ke-5 setelah donor asing membantu membayar proyek restorasi selama bertahun-tahun.
Pekerjaan proyek juga terhenti di sebuah lokasi pembangunan di Gaza utara ketika 31 makam era Romawi ditemukan di sana.
Saat situs-situs kuno seperti itu berpotensi menjadi daya tarik bagi pengunjung asing, hampir tidak ada industri pariwisata di sana.
Israel dan Mesir dengan ketat membatasi arus orang masuk dan keluar dari Gaza, daerah pesisir pantai yang miskin, yang merupakan kediaman bagi sekitar 2,3 juta warga Palestina, dengan alasan masalah keamanan.
Tags : Arkeologi, Sejarah, Timur tengah, Palestina,