Headline Sejarah   2023/02/19 18:1 WIB

Muhammadiyah Gencarkan 'Penolong Kesengsaraan Oemoem' Sejak 1923, 'Tanpa Berpikir Untung-Rugi'

Muhammadiyah Gencarkan 'Penolong Kesengsaraan Oemoem' Sejak 1923, 'Tanpa Berpikir Untung-Rugi'

JAKARTA – Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) Muhammadiyah memasuki usia satu abad pada 15 Februari 2023. Momentum ini dimeriahkan dengan peluncuran PKU Muhammadiyah Jogja Reborn 2023.

Melalui refleksi satu abad PKO, Sekretaris PP Muhammadiyah, Izzul Muslimin menulis bahwa PKO membawa tradisi pelayanan kemanusiaan Muhammadiyah yang bersifat inklusif tanpa sekat agama, suku, dan ras, berasal dari semangat Surat Al-Ma’un.

Peneliti sejarah Muhammadiyah yang juga Sekretaris BPO Kokam Nasional, Iwan KC Setiawan menyatakan jika pelayanan kemanusiaan PKO telah direkam oleh Harian De Indische Courant tertanggal 15 Juli 1924 yang memberitakan pendirian Klinik PKO di Jagang Notoprajan, Yogyakarta pada 15 Februari 1923 (sekarang bangunannya menjadi SD Muhammadiyah Notoprajan).

Iwan menulis, De Indische Courant menginformasikan bahwa PKO didirikan oleh H. Sudja atas Prakarsa KH Ahmad Dahlan. Sejak awal berdiri, PKO (terdiri dari Panti Asuhan, Rumah Miskin dan Klinik PKO) tidak memiliki tujuan untuk mencari keuntungan.

Oleh sebab itu kekurangan uang untuk membiayai kegiatan pelayanan sosial seringkali terjadi defisit. Sultan Yogyakarta memberikan subsidi sebesar 1200 Gulden dan Paku Alam memberi subsidi sebesar 300 Gulden.

Pada mulanya, masyarakat menaruh curiga terhadap kegiatan klinik PKO Muhammadiyah. Namun lambat laun seiring berjalannya waktu kecurigaan ini berangsur hilang. Setiap harinya ada 70 sampai 80 orang yang mengunjungi klinik PKO Muhammadiyah untuk berobat.

Biaya berobat di klinik PKO sebesar 10 sen, sedangkan biaya rawat inap per hari sebesar 2 gulden. Namun demikian, klinik PKO memberikan pengobatan gratis kepada orang yang tidak mampu. dr Somowidigdo adalah kepala Klinik PKO Muhammadiyah.

Pada 15 Februari 1924, tepat setahun berdirinya Klinik PKO Muhammadiyah, diadakan pertemuan untuk melaporkan kegiatan Klinik PKO Muhammadiyah kepada pers. Pertemuan ini dibuka oleh KH Ibrahim selaku Presiden HB Muhammadiyah. Selanjunya pertemuan dipimpin oleh H. Fahrodin.

Selanjutnya H. Sudja memberikan ceramah tentang “ kewajiban manusia untuk memberi pertolongan kepada kaum yang lemah” dan dr Sumowidigdo menyampaikan ceramah “menjaga kebersihan sebagai upaya pencegah utama dari semua jenis penyakit”

Berdirinya Klinik PKO Muhammadiyah bertujuan untuk memberikan dukungan dan pertolongan bagi kebutuhan masyarakat umum dan memperbaiki kehidupan sosial masyarakat.

Sejak Dulu, Muhammadiyah Menebar Rahmat Sampai ke Luar Negeri
Menariknya, tradisi Muhammadiyah memberi kemanfaatan untuk kemanusiaan universal tidak berlaku di tanah air saja. Dalam unggahan Twitter ke akun MDMC, Ichsan budimuhammad (@Michasanbudi) menyebutkan jika internasionalisasi Muhammadiyah lewat PKO telah dilakukan sejak masa awal, seperti yang dilansir dari muhammadiyah.

Mengunggah foto dari berita di Harian De Locomotif tanggal 30 Juni Tahun 1930, Ichsan menulis jika Muhammadiyah mendirikan rumah sakit Lapangan atau Poliklinik Haji di Mekkah. Poliklinik yang berlaku sementara ini dikelola oleh Poliklinik PKO Yogyakarta. (*)

Tags : Penolong Kesengsaraan Oemoe, PKO Muhammadiyah, Sejak 1923 Gencarkan Misi PKO, Satu Abad Muhammadiyah Gencarkan Sosial,