Headline Linkungan   2022/07/30 14:10 WIB

Populasi Harimau Sangat Suram, 'Kembalinya Hewan Pemangsa Membawa Kegembiraan Sekaligus Ketakutan'

Populasi Harimau Sangat Suram, 'Kembalinya Hewan Pemangsa Membawa Kegembiraan Sekaligus Ketakutan'

LINGKUNGAN - Populasi harimau saat ini sangat suram, tetapi kembalinya hewan pemangsa itu membawa kegembiraan sekaligus ketakutan.

Nepal misalnya, telah berhasil mencatatkan prestasi luar biasa, menggandakan populasi harimau dalam 10 tahun terakhir. Ini berarti, membawa kembali spesies itu dari ambang kepunahan.

Namun bagi masyarakat lokal kembalinya harimau berarti hal lain - meningkatnya serangan binatang buas tersebut.

"Ada dua hal yang Anda rasakan ketika berhadap-hadapan dengan seekor harimau," kata Kapten Ayush Jung Bahadur Rana, anggota unit khusus yang ditugasi untuk melindungi kucing besar tersebut.

"Ya Tuhan, betapa makhluk ini sangat agung. Dan perasaan yang lain adalah, ya Tuhan, apakah saya akan mati?"

Dia sekarang sering melihat harimau Nepal, sejak bergabung dengan pasukan bersenjata yang berpatroli di lapangan terbuka nan tebal dengan semak-semak di Bardiya, taman nasional terbesar dan belum terjamah di wilayah Terai, Nepal.

"Diberi tugas untuk melindungi harimau adalah sebuah kehormatan. Rasanya sangat istimewa menjadi bagian dari sesuatu yang sangat besar," ujar Kapten Ayush, sembari mengedarkan pandangannya ke hutan lebat di sekelilingnya.

Pendekatan zero-poaching atau nol-perburuan gelap yang diterapkan Nepal telah berjalan sangat baik untuk melindungi harimau.

Militer Nepal memiliki sejumlah unit khusus yang bertugas patroli dan membantu penjaga di taman-taman nasional.

Di zona-zona penyangga yang terletak di sekeliling taman, unit anti-perburuan liar yang terdiri dari masyarakat, memonitor koridor-koridor alami yang menjadi tempat penjelajahan para harimau dengan aman.

Salah satu area itu, koridor Khata, menghubungkan Taman Nasional Bardiya dengan Suaka Margasatwa Katarniaghat, menyeberangi perbatasan dengan India.

Namun kembalinya populasi harimau telah membuat kehidupan menjadi menakutkan bagi warga desa yang tinggal di pinggiran taman nasional.

"Masyarakat hidup dalam teror," kata Manoj Gutam, seorang operator bisnis lingkungan dan konservasionis dirilis BBC.

"Mereka berbagi area yang sangat kecil, antara harimau, hewan buruannya, dan manusia. Ada harga yang harus dibayar oleh masyarakat lokal, sementara dunia merayakan keberhasilan Nepal menggandakan populasi harimaunya."

Pada 12 bulan terakhir, 16 orang tewas terbunuh oleh harimau di Nepal. Di lima tahun sebelumnya, sebanyak 10 orang terbunuh.

Kebanyakan serangan harimau terjadi ketika warga desa pergi ke area taman nasional atau ke zona penyangga untuk menggembala ternak, atau memetik buah, jamur, dan menebang kayu.

Dalam beberapa kasus, harimau muncul dari dalam taman nasional dan koridor alam, berkelana ke desa-desa sekitar.

Ada pagar yang memisahkan kehidupan liar ini dengan permukiman manusia, tapi dalam beberapa kesempatan, hewan-hewan ini dapat menerobosnya.

Bhadai Tharu tidak hanya memiliki luka-luka akibat bertarung dengan harimau-harimau dia cintai dan bantu lestarikan.

Pada 2004, dia diserang seekor harimau saat sedang memotong rumput di hutan masyarakat dekat desanya. Dia kehilangan sebelah matanya.

"Harimau itu menerkam muka saya, lalu mengaum keras sekali," dia berkisah, sambil mereka ulang adegan itu.

"Saya langsung terlempar ke belakang. Harimau itu melompat lagi ke arah saya, seperti bola pantul. Saya tinju dia sekuat tenaga lalu berteriak meminta tolong."

Saat dia melepaskan kacamata aviatornya, sesuatu yang sangat jarang dia lakukan, dia mendapati luka yang sangat dalam dan satu matanya telah hilang.

"Saya sangat marah dan sedih. Apa salah saya sebagai seorang konservasionis?" dia mengingat.

"Tapi harimau adalah hewan yang nyaris punah, kita punya kewajiban untuk melindungi mereka."

Sejarah menunjukkan, keadaannya sangat suram bagi populasi harimau.

Satu abad yang lalu, ada sekitar 100.000 harimau liar tersebar di seluruh Asia. Di awal tahun 2000an, angka itu turun drastis sebesar 95%, sebagian besar karena perburuan, pemburuan gelap, dan kehilangan habitat.

Sekarang diperkirakan hanya ada antara 3.726 hingga 5.579 harimau di alam liar, menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam.

Terhampar seluas 968 kilometer persegi, Bardiya ditetapkan sebagai taman nasional pada 1988 untuk melindungi hewan-hewan yang terancam punah.

Wilayah ini tadinya adalah area berburu bagi kalangan raja-raja.

Pada 2010, 13 negara tempat populasi harimau berjanji untuk menggandakan jumlah harimau liar yang hidup di wilayahnya pada 2022 - Tahun Macan di penanggalan China - dalam usaha untuk membawa mereka kembali dari ancaman kepunahan.

Hanya Nepal yang sejauh ini mencapai target.

Populasi harimau di Nepal telah tumbuh dari 121 di 2009 menjadi 355 pada 2022. Kucing besar ini biasanya ditemukan di lima taman nasional yang tersebar di negara tersebut.

Jumlah spesies hewan lain termasuk badak, gajah, dan macan tutul juga meningkat.

Untuk menjaga kesehatan populasi harimau liar, otoritas taman telah membuat lebih banyak area merumput.

Mereka juga menambah jumlah ceruk-ceruk air untuk menciptakan habitat yang ideal bagi rusa, hewan buruan utama harimau.

Kepala Keamanan Taman Nasional Bardiya Bhisnu Shrestra, menyangkal intervensi manusia ini sudah terlalu jauh, meski membantu harimau untuk hidup dan berkembang biak.

"Sekarang kami punya ruang yang cukup dan populasi hewan buruan besar di dalam taman, jadi kami menangani harimau-harimau ini dengan cara yang berkelanjutan," dia berkata.

Masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Nasional Bardiya sangat mendukung usaha konservasi harimau, namun bersama dengan meningkatnya jumlah hewan tersebut, kekhawatiran juga semakin memuncak.

"Banyak turis datang untuk melihat harimau, tapi kami [yang harus] tinggal bersama dengan mereka," kata Samjhana, yang kehilangan ibu mertuanya karena serangan harimau tahun lalu.

Dia saat itu sedang memotong rumput untuk pakan ternak jauh di dalam batas taman.

"Saya mencintai dia melebihi ibu saya sendiri," ujarnya berlinang air mata sambil memegang foto sanga ibu mertua.

"Dalam beberapa tahun ke depan, akan ada lebih banyak keluarga yang menderita seperti saya, dan jumlah korban akan tinggi sekali," Samjhana memperingatkan.

Selain menjelajah tanah-tanah pertanian, harimau juga kini masuk ke desa-desa setempat.

Pada Maret tahun ini, Lily Chaudhary, yang tinggal di Desa Sainabagar di ujung Taman Nasional Bardiya, pergi memberi makan babi-babi di dekat rumahnya.

Warga desa menemukannya terluka parah setelah diserang harimau, bagian bawah tubuhnya terkoyak parah. Dia meninggal dunia tak lama setelah itu.

"Sejak itu, kami semua takut pergi sendirian untuk memberi makan babi atau ternak di belakang rumah," kata Asmita Tharu, adik perempuan Chaudhary.

Serangan demi serangan harimau yang terjadi ini memicu munculnya sejumlah protes oleh warga desa.

Pada 6 Juni, orang-orang di desa Bhadai Tharu melancarkan demo setelah macan tutul menyerang Ashmita Tharu dan suaminya, seminggu setelah seekor harimau membunuh seorang lain di hutan warga dekat situ.

Sekitar 300 orang turun ke jalan-jalan untuk menuntut pemerintah melakukan usaha lebih besar untuk melindungi mereka.

Kumpulan warga yang marah membakar kantor kehutanan warga. Saat polisi tiba, mereka dilempari batu.

Pasukan polisi lalu menembaki kerumunan dan menewaskan Nabina Chaudhary, keponakan pasangan yang diserang oleh macan tutul tadi.

Kakaknya, Nabin Tharu, berada beberapa meter darinya saat itu terjadi.

"Saya hendak mengangkat tubuhnya yang tergeletak di jalan, tapi polisi memukuli orang-orang," kata dia.

"Adik saya tidak salah apa-apa. Apakah menuntuk keamanan itu salah? Apakah menuntut keselamatan itu salah?"

Pemerintah Nepal menjanjikan keluarga Nabina kompensasi berupa uang sebesar US $16,000 atau Rp237,8 juta dan berkata mereka akan membangun sebuah patung untuk mengenangnya sebagai martir.

Namun keluarga menuntut investigasi menyeluruh kasus ini.

Dalam surat perjanjian yang ditandatangani oleh warga setelah protes tersebut, otoritas berjanji untuk membangun lebih banyak pagar dan dinding untuk memisahkan alam liar dengan permukiman manusia.

Di Nepal, ketika seekor harimau membunuh manusia, binatang itu ditangkap dan dimasukkan ke dalam kandang. Saat ini, ada tujuh harimau yang disebut sebagai 'pemakan-manusia' dikerangkeng.

"Menurut saya, melindungi harimau adalah tanggung jawab kita, di saat yang sama, melindungi manusia adalah tugas kita," ujar Kapten Ayush Jung Bahadur Rana, saat dia berjalan pulang dari patroli ke kantornya.

"Semakin banyak jumlah harimau dan semakin banyak jumlah manusia berarti akan ada konflik yang muncul. Menjaga perdamaian antara kedua spesies ini akan sangat menantang."

Para pejabat negara mencoba mencari alternatif penghidupan bagi warga lokal yang menggunakan taman nasional untuk mengumpulkan hasil hutan atau menggembala ternak.

Mereka berencana mengembangkan keahlian supaya warga lokal bisa membangun usaha kecil atau bekerja di sektor pariwisata.

Bhadai Tharu mengadakan rapat untuk tim warga pelindung harimau.

"Kesalahpahaman telah memecah belah manusia dan alam liar," dia berkata.

"Hutan kita adalah rumah bagi harimau. Jika kita mengganggu habitat mereka, mereka akan marah. Kalau kita membawa kambing-kambing kita merumput ke dalam hutan, mereka akan menyerangnya."

Timnya membuat rencana untuk membuat persediaan makanan untuk ternak dan membuat lebih banyak padang rumput di hutan warga, bersebelahan dengan taman sehingga harimau punya lebih banyak rusa untuk dimakan.

Mereka juga membuka kelas-kelas untuk generasi selanjutnya, yang harus hidup berdampingan dengan harimau.

Anak-anak diajari tentang perilaku harimau, dan dilarang untuk masuk ke hutan sendirian.

Saat ditanya apa binatang favorit mereka, banyak anak menjawab harimau.

"Saya mencoba membuat orang-orang paham bahwa harimau juga berhak hidup di sini," ujar Bhadai.

"Mengapa hanya manusia yang berhak?". (*)

Tags : Harimau, Populasi Harimau Sangat Suram, Hewan Pemangsa, Harimau Membawa Ketakutan, Lingkungan,