Artikel   2022/12/09 16:55 WIB

Prof Antonia Soriente Pejuang Bahasa Indonesia di Italia, 'yang Satu-satunya Dosen Bahasa dan Sastra'

Prof Antonia Soriente Pejuang Bahasa Indonesia di Italia, 'yang Satu-satunya Dosen Bahasa dan Sastra'
Prof Antonia Soriente

TIDAK banyak yang tahu tentang bahasa Indonesia di Italia karena Indonesia dan Italia hampir tidak punya hubungan historis, kata Prof Antonia Soriente yang dijuluki pejuang Bahasa Indonesia di Italia.

Antonia Soriente adalah satu-satunya dosen bahasa dan sastra Indonesia di Napoli, Italia. Menurut Antonia, setiap semester, kelasnya diisi setidaknya oleh 20 mahasiswa. Jumlah itu terbilang sedikit ketimbang kelas bahasa lainnya.

"Tidak banyak yang tahu tentang bahasa Indonesia di Italia karena Indonesia dan Italia hampir tidak punya hubungan historis," ujarnya.

Hal itu, lanjut Antonia, disebabkan karena tidak ada budaya pop Indonesia yang menyebar di Italia. 

Berbeda dengan bahasa Korea atau bahasa Jepang yang peminatnya terus bertambah di setiap semester, berkat budaya K-Pop atau anime Jepang yang mendunia.

Tidak hanya mengajar bahasa Indonesia, Antonia juga berkiprah memperkenalkan tentang Indonesia di Italia.

Salah satunya, menjadi penerjemah novel sastra Indonesia berjudul Bukan Perawan Maria karya Febi Indirani ke dalam bahasa Italia. Dia berharap, hal tersebut bisa membantu mahasiswa Italia agar lebih mengenal sastra Indonesia.

Dibandingkan dengan bahasa China, Jepang, dan Arab, Bahasa Indonesia masih belum banyak menarik minat orang Italia untuk mempelajarinya.

Menyadari hal itu, sejak 2009 Prof Antonia Soriente merintis pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di almamaternya, Universitas Orientale, Napoli-Italia sejak 2009.

Salah satu trik yang diterapkannya antara lain 'mewajibkan' mahasiswa yang ingin mendalami bahasa-bahasa di Asia untuk juga mempelajari bahasa Indonesia. Apalagi mereka yang mengambil kajian Asia Tenggara atau Melayu, otomatis harus juga mendalami bahasa Indonesia.

"Saya mengembangkan studi Indonesia dan Asia Tenggara. Kalau mau paham Asia Tenggara dan Melayu, ya mesti kuasai Bahasa Indonesia. Sekarang sudah ada mahasiswa yang lulus mempelajari naskah Batak, dan ada mahasiswa doktoral bidang etnografi dan arkeologi terkait pembuatan kapal tradisional di Sulawesi (Phinisi)," papar Prof Antonia Soriente dalam webinar bertajuk "Bahasa Indonesia sebagai Alat Diplomasi".

Acara yang diprakarsai Komunitas Bintang (para isteri diplomat Kementerian Luar Negeri) itu juga turut menampilkan Betsy Philips dan Maria Rosarioningrum yang masing-masing telah puluhan tahun mengajar bahasa Indonesia untuk para diplomat Australia dan Amerika Serikat.

Untuk tahun ini, Antonia melanjutkan, ia tengah membimbing mahasiswa doktoral yang mempelajari tentang perilaku bahasa keturunan Hadramaut di Indonesia.

Dia juga menggunakan semua peluang yang ada agar mahasiswa Italia bisa berangkat dengan beasiswa untuk belajar di Indonesia.

Setiap tahun, kata dia, ada 6-8 orang Italia yang belajar ke berbagai universitas di Indonesia. Upaya memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia juga dilakukan dengan mengundang berbagai kalangan untuk mencicipi kuliner Indonesia.

Antonia yang meraih master linguistik dari UI doktor dari Universitas Kebangsaan Malaysia telah menerjemahkan sejumlah karya sastra Indonesia ke dalam bahasa Italia, seperti novel Saman karya Ayu Utami dan Bukan Perawan Maria karya Feby Indirani. Atas semua dedikasinya itu Antonia pernah menerima penghargaan Tokoh Pegiat Diplomasi Kebahasaan dari Kemendikbud Ristek pada 2019.

Sementara itu, Betsy dan Maria lebih banyak memaparkan pengalaman mereka memperkenalkan dan mengajar Bahasa Indonesia untuk para calon diplomat yang akan berdinas di Jakarta. Australia dan Amerika mewajibkan para calon diplomatnya untuk belajar selama sembilan bulan.

"Lima hari dalam sepekan, dan empat jam setiap harinya. Itu akan ditambah pekerjaan rumah dengan bobot empat jam pelajaran," kata Betsy yang telah 33 tahun mengajar.

Sejak bertahun-tahun lalu, sebagai negara tetangga terdekat lembaga pendidikan mulai sekolah dasar di Australia mengajarkan Bahasa Indonesia.

Hanya saja kini kecenderungan minat itu kian menurun, sehingga di beberapa perguruan tinggi jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dihapus dari kurikulum mereka.

"Mungkin karena melihat sudah banyak orang Indonesia yang pandai berbahasa Inggris sehingga orang Australia tidak merasa perlu lagi bersusah payah belajar Bahasa Indonesia," ujar Betsy. (*)

Tags : Italia, Indonesia, Seni budaya, Bahasa, bahasa indonesia, antonia soriente, bahasa indonesia di italia, betsy philips, maria rosarioningrum,