Linkungan   2020/12/29 16:55 WIB

PT Inecda Kewalahan Atasi Pencuri Sawit, Gunakan Drone Untuk 'Pengintaian Udara'

 PT Inecda Kewalahan Atasi Pencuri Sawit, Gunakan Drone Untuk 'Pengintaian Udara'

"Betapa sulitnya akses melalui daerah perkebunan sawit jika luasannya mencapai ribuan hektare, sehingga pihak perusahaan tidak bisa memantau lebih leluasa apa yang terjadi dilokasi yang akhirnya bisa mengarah pada kerugian"

INDRAGIRI HULU - Senior Menejer PT Inecda Plantation, Khamdi, ketika ditanya mengapa perusahaannya memutuskan untuk bergabung dengan banyak perusahaan lain yang menggunakan drone di perkebunan kelapa sawit yang luas terletak di daerah terpencil. “Itu adalah contoh sederhana bagaimana drone membantu keberlanjutan dalam pemantauan wilayah kami," kata Khamdi, Selasa (29/12) ini.

Dia mengatakan, bahwa drone memungkinkan perusahaan kelapa sawit untuk menilai area HCV melalui pengintaian udara, menentukan apakah ada perambahan, serta membantu menandai area manapun secara akurat sebagai referensi.

Perusahaan milik Samsung Group memutuskan untuk menggunakan drone sejak 2020 ini, sebagai alat bantu yang hemat biaya dan menyediakan akses data dari perspektif udara bagi manajemen, sehingga memungkinkan untuk melihat area yang lebih besar dari lokasi tertentu. “Ini menghemat waktu dan juga meningkatkan produktivitas tenaga kerja,” katanya.

Pihaknya menggunakan jenis drone yang sering digunakan di perkebunan kelapa sawit dengan sayap tetap yang digunakan pada fase awal untuk melakukan survei udara perkebunan karena memiliki waktu terbang yang lebih lama, sehingga mampu melayang di udara lebih lama.

Drone kemudian mengambil foto untuk diproses lebih lanjut dengan perangkat lunak pemetaan. Peta survei udara digunakan untuk tujuan yang berbeda, tergantung pada tahap pengembangan. Pada tahap awal, biasanya digunakan untuk mendeteksi lokasi yang masih kosong dalam sebuah area penanaman baru, atau jika ada pohon yang mati dan pekerja yang ditugaskan ternyata melewati lokasi tersebut.

Ketika buah sawit mulai matang, survei juga dapat mendeteksi penyakit atau pohon sawit yang mengalami kekurangan nutrisi. Drone hover yang digunakan untuk pemantauan tempat yang mencakup area luas dan memberikan sudut pandang yang lebih luas melalui bidikan kamera yang dipasang, sehingga dapat dilihat secara bersamaan dari kontrol di bawah.

"Drone juga dapat digunakan untuk mendeteksi dan mencegah kebakaran lahan dan hutan yang sering mengganggu perkebunan kelapa sawit, terutama selama musim kemarau," sebutnya.

Menurutnya, melonjaknya pencurian Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang dikelola PT Inecda Plantation di Desa Tani Makmur Kecamatan Rengat Barat, Inhu, Riau, membuat perusahaan ini kewalahan untuk mengatasinya. Lonjakan ini terjadi selama kurun waktu terjadinya pandemi Covid 19, jika dipersentasekan pencurian TBS sebelum pandemi hanya sekitar 1-3 ton per hari, namun selama masa pandemi bisa mencapai 3-6 ton per hari, "lonjakannya bisa mencapai 50 persen," kata Khamdi.

Perusahaan milik Samsung Group ini memiliki luasan kebun sekitar 9.000 hektar, untuk menekan terjadinya pencurian sawit sudah dilakukan dengan berbagai usaha dan upaya. “Ya, banyak perusahaan perkebunan telah menggunakan drone secara efektif untuk mendeteksi kebakaran. Deteksi kebakaran konvensional sebelum ada drone adalah kombinasi penggunaan menara pemantau kebakaran berpengawas dan patroli bermotor di lahan. Namun langkah-langkah deteksi kebakaran konvensional ini memiliki keterbatasan,” katanya.

Peraturan saat ini menyatakan keharusan adanya satu menara pengawas untuk setiap 500 hektar area dan menara api standar setinggi 15 meter. Sudut pandang pengawasan otomatis berkurang dengan cepat jika pohon-pohon sawit menjadi lebih tua dan jika menara tidak ditempatkan di atas area yang tinggi. Sebagai perbandingan, drone mampu terbang hingga ketinggian 100 hingga 200 meter dan memiliki radius terbang horizontal sejauh satu kilometer.

Menara api membutuhkan biaya pembangunan antara 100 hingga 150 juta Rupiah, sementara tergantung pada jenisnya, drone berharga antara 30 hingga 40 juta Rupiah, dan juga sangat praktis. Selain itu perusahaan juga melakukan pelatihan terhadap Satuan Pengamanan (Satpam) khusus dilatih tata cara penanganan hingga mengantisipasi terjadinya pencurian, dan melakukan pendekatan (Persuasif) terhadap masyarakat sekitar kebun, dengan tujuan agar masyarakat yang berdomisili disekitar kebun tidak melakukan pencurian sawit di kebun PT Inecda.

Selain tenaga Satpam, PT Inecda juga memberdayakan juga tenaga Petugas Pengamanan (PK) yang tidak menggunakan pakaian seragam selayaknya Satpam, tugasnya melakukan pengintaian yang lazim beraktifitas di lokasi perbatasan (Peringgan) kebun perusahaan dengan Kebun masyarakat tempatan.

Menurut Khamdi, pencurian sawit milik PT Inecda kerap terjadi di peringgan perbatasan kebun, meski demikian dengan rutinnya dilakukan patroli petugas pengamanan di kawasan yang rentan terhadap pencurian sawit, angka kehilangan TBS bisa secara perlahan ditekan hingga ke titik minimal. Untuk menekan angka ke titik terendah tadi, tidak luput atas bantuan dan prakarsa pihak Kepolisian dalam hal ini jajaran Polres Inhu, termasuk dalam melakukan pendekatan secara persuasive tadi.

“Drone memungkinkan kami melakukan survei api dan mengetahui keumngkinan terjadinya pencurian sawit yang berkecamuk jauh di luar wilayah luasan kami, untuk kemudian bisa menentukan mengambil tindakanyang terjadi di daerah kami.”

Ditanya untuk pemupukan apakah perusahaan juga mengadopsi teknologi drone, "saya belum bertemu dengan perusahaan perkebunan yang telah mengadopsi teknologi drone, karena risiko yang tinggi jika drone jatuh atau menghilang. Perusahaan sawit masih mempertimbangkan untuk menggunakan tenaga manusia, yang jauh lebih murah,” katanya.

Dengan banyaknya tantangan yang dihadapi oleh industri kelapa sawit, drone telah terbukti menjadi alat yang efektif untuk membantu meningkatkan keberlanjutan dalam industri ini. Humas PT Inecda, Joko Dwiyono mengatakan, dalam minggu terakhir aksi pencurian kelapa sawit di PT Inecda mengalami penurunan, meski harga sawit bergerak naik. “Kita masih baru menggores permukaan saja dari penggunaan aplikasi drone di perkebunan ini. Tentu ada banyak aplikasi lain yang dapat digunakan, terutama dengan adanya konvergensi teknologi,” kata Joko menambahkan penekanan angka pencurian itu berkat kerja sama pihak perusahaan dengan pihak Kepolisian setempat, disamping pihak pengamanan perusahaan secara rutin melakukan patrol keliling kebun terutama pada lokasi rawan di kawasan perbatasan kebun sawit perusahaan. (*)

Tags : PT Inecda, Gunakan Drone, Pengintaian Udara, Atasi Pencuri Sawit di Inhu ,