PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Perusahaan minyak dan gas [Migas] PT Bumi Siak Pusako [BSP] saat ini sedang menghadapi kendala dilapangan, karena sejumlah titik diduga pipa saluran minyak mengalami kebocoran dan akhirnya minyak membeku.
"Saluran minyak membeku jadi berpengaruh pada objek vital perusahaan."
"Akibat pipa bocor yang berakhir terjadinya pembekuan minyak mentah itu berimbas pada gaji dan THR [Tunjangan Hari Raya] karyawan perusahaan Migas di Idul Fitri 1445 Hijriyah tahun 2024 ini," kata H. Darmawi Wardhana Zalik Aris Se Ak, Ketua Pembina Pembina Asosiasi Migas Riau [AMR], Rabu (10/4/2924).
Sebelumnya, Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Anak Siak [DPP GAS] telah mengeluarkan pernyataan di depan media tentang ada laporan dari masyarakat soal kerusakan pipa minyak yang merupakan objek vital bagi perusahaan migas milik BUMD Siak itu.
"Seharusnya perusahaan BSP dapat tangani dengan baik," kata Sekretariat Bidang Energi dan Sumber Daya Alam Dewan DPP GAS Kabupaten Siak Bersatu, Said Darma Setiawan SH, selaku Wakil Ketua Umum, Rabu (13/3) kemarin.
Said Darma Setiawan mempertanyakan kinerja PT BSP terhadap penanganannya.
Adanya sejumlah titik pipa minyak yang bocor, awalnya diketahui dari pengaduan masyarakat yang merasa bahwa penanganan terkait pipa bocor dinilai asal-asalan.
Direktur PT BSP, Ir Iskandar sejauh ini belum memberikan penjelasan terkait masalah ini.
Tetapi Said Darma menambahkan, pipa yang bocor itu berada di jalan nasional.
“Kita harap, segera dilakukan penanganan yang benar. Jangan sampai kondisi ini justru akan mempengaruhi produksi, dan berujung pada pendapatan negara,” kata dia.
“Apalagi kondisi berada di pinggir jalan lintas yang saat ini berstatus sebagai jalan Nasional, Buton-Pekanbaru,” ujarnya.
Menurutnya, sejak adanya penanganan pipa bocor, justru terjadi pembekuan minyak di dalam pipa, sehingga minyak yang harus di transper ke lokasi penyulingan justru ditampung menggunakan mobil tanki.
Sejumlah mobil tanki minyak dilapangan menampung minyak mentah di sejumlah titik.
“Kita tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa sampai ada upaya pengangkutan minyak mentah menggunakan mobil tanki. Tentu ini kondisi tidak biasa bahkan disebut tindakan tidak wajar,” sebutnya.
Pihak PT Bumi Siak Pusako sebagai kontraktor di CPP Blok dimana lokasi pipa berada di sekitar Zamrud Area, belum memberikan penjelasan selaku perusahaan daerah yang mengelola minyak di Blok Coastal Plain Pekanbaru (CPP Blok) itu.
Namun kembali disebutkan Darmawi Wardhana Zalik Aris lagi, berdasarkan informasi diperolehnya, kebocoran pipa minyak perusahaan BSP yang berakhir mengalami pembekuan jadi berpengaruh terhadap gaji karyawan.
Ia juga mengamati akibatnya, dua bulan gaji karyawan tertunda.
"Kita mendengar perihal peristiwa itu berpengaruh terhadap gaji karyawan perusahaan migas milik BUMD ini terganggu," kata Darmawi Wardhana yang juga selaku Ketua Koordinator Indonesian Corruption Investigation [ICI] ini.
Namun dalam pengamatannya, jalur aliran minyak, sistem pipa yang terhubung ke kepala sumur milik perusahaan, yang memiliki jalur pipa berdiameter 5 hingga 30,5 cm [dua hingga dua belas inci], paling rentan terhadap korosi, dan sangat sulit untuk diperiksa.
Menurutnya, sensor pendeteksi korosi eksternal untuk pipa minyak dan gas, terdiri dari strip plastik setengah lingkaran, pelat logam pengeboran berbentuk tulang anjing datar yang terbuat dari bahan pipa yang sama, dan serat optik dengan sensor Fiber Bragg Grating (FBG), sangat perlu ditempatkan.
Dalam penerapan sebenarnya, beberapa serat optik FBG seharusnya dilekatkan pada pipa minyak dan gas menggunakan tali atau strip atau klem selang yang besar dan setiap beberapa meter, sensor pendeteksi korosi seharusnya dapat direkatkan ke sensor FBG.
"Jika sensor FPG bagian plastik tersebut dilekatkan pada logam karbon, bagian plastik tersebut akan mengalami deformasi dan tekanan; dengan demikian, menempatkan sensor FBG dalam ketegangan," sebut Darmawi Wardhana Zalik Aris ini yang juga sebagai Ketua Dewan Pembina Asosiasi Migas Riau [AMR] seperti malam Rabu (10/4) tadi.
Ketika korosi parah di lokasi pipa mana pun, logam karbon di lokasi tersebut akan terkorosi hingga terjadi kegagalan dan regangan tegangan dihilangkan di lokasi Sensor FBG.
Oleh karena itu, sinyal terdeteksi di interogator.
Jalur pipa adalah cara paling praktis, ekonomis, dan teraman untuk mengangkut minyak mentah atau minyak dan gas olahan [O&G].
"Ini menyangkut keamanan pengangkutan minyak dan gas [Migas]. Namun sewaktu-waktu dapat juga terjadi pecahnya saluran pipa atau vena dan arteri," katanya.
"Dalam kasus jaringan pipa Migas, karena pipa tersebut mengangkut bahan-bahan yang mudah terbakar dan sangat berbahaya, setiap pecah atau cacat pada pipa tersebut berpotensi mengakibatkan ledakan, kebakaran, pelepasan gas beracun, hilangnya nyawa manusia, kerusakan properti, dan bencana lingkungan," jelasnya.
Selain itu Ia memaparkan, lapisan pelindung [seng, epoksi, cat, dan polimer lainnya] perlu diterapkan pada bagian luar pipa migas, dan proteksi katodik..
Untuk jaringan pipa di atas tanah, proteksi katodik bukanlah suatu pilihan karena tidak terdapat elektrolit [air atau tanah] dan lapisan pelindung merupakan satu-satunya perlindungan eksternal.
"Perusahaan bisa menggunakan jenis pelapis seng, yang dibuat selama pembuatan pipa dan pelapis epoksi, yaitu zat mirip cat yang menutup permukaan pipa. Ini gunanya agar lapisan pipa mencegah pipa logam bersentuhan langsung dengan lingkungan, sehingga memperpanjang umurnya," terangnya.
Jadi menurut Darmawi Wardhana lagi menyimpulkan, meskipun menggunakan pelapis, karena kerusakan mekanis dan lingkungan pada pelapis, korosi eksternal masih terjadi pada jaringan pipa di atas tanah. Karena sebagian besar ladang minyak tidak memiliki sistem pemantauan korosi, korosi dapat terjadi tanpa terdeteksi. (*)
Tags : minyak dan gas, migas riau, saluran minyak membeku, pt bumi siak pusako, bsp alami gangguan objek vital di migas, penanganan kerusakan pipa minyak asal-asalan,