Agama   2022/12/02 13:30 WIB

Sampah Plastik Masih jadi Persoalan, GIDKP: Upaya Menguranginya dengan Pendekatan Agama

 Sampah Plastik Masih jadi Persoalan, GIDKP: Upaya Menguranginya dengan Pendekatan Agama
Dua orang relawan mengumpulkan sampah plastik untuk mengurangi sampah plastik.

AGAMA - Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) gencar melakukan upaya perubahan perilaku agar penggunaan kantong plastik sekali pakai dapat terus berkurang.

"Sampah plastik masih menjadi persoalan di Indonesia. Upaya menguranginya dengan pendekatan agama."

"Melalui kerja sama ini, kami berupaya untuk mengangkat pesan terkait kampanye bebas plastik dalam setiap kegiatan dengan nilai-nilai ke-Islaman yang tidak kami lakukan pada program sebelumnya di tahun 2019," kata Koordinator Nasional GIDKP, Rahyang Nusantara yang melakukan kerjasama dengan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat 'Aisyiyah, upaya perubahan perilaku pada program Pasar Bebas Plastik dilakukan melalui pendekatan agama, Selasa (29/11/2022).

Sampah plastik masih jadi persoalan. 

Pada 2019 hingga 2021 lalu, GIDKP bersama dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta sudah melakukan uji coba program Pasar Bebas Plastik di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan.

Ketika itu, mereka berhasil mengurangi penggunaan kantong plastik berukuran kecil dan besar sebesar enam persen dan 11 persen.

Dalam program kali ini, tidak hanya pedagang dan konsumen yang dilibatkan, tetapi juga masyarakat sekitar.

Berangkat dari pemikiran ilmuwan asal Columbia University, Gus Speth, yang mengatakan, masalah lingkungan utamanya disebabkan oleh keegoisan, keserakahan, dan sikap apatis. Untuk menghadapinya, dibutuhkan transformasi budaya dan spiritual.

GIDKP berkolaborasi dengan LLHPB PP 'Aisyiyah dengan tujuan untuk mendorong perubahan perilaku pada program Pasar Bebas Plastik melalui pendekatan agama.

Program perubahan perilaku pada program Pasar Bebas Plastik kali ini dilakukan melalui pendekatan agama Islam dengan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar Pasar Tebet Barat.

"Kalau masalah kerusakan iklim ini saja tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan sains, saya rasa ini saatnya kita berperan untuk menjaga bumi dari kerusakan iklim dengan pendekatan spiritualitas atau dengan pendekatan agama," tutur Ketua Divisi Lingkungan Hidup LLHPB PP 'Aisyiyah, Hening Parlan seperti dilansir Republikaco.id.

Dia menerangkan, di dalam Islam sudah diajarkan, kebersihan merupakan sebagian dari iman. Menurut dia, ketika penggunaan plastik sekali pakai yang berujung 'nyampah' itu bisa mengotori bumi, maka seorang yang menggunakannya bisa dikatakan termasuk ke dalam kaum yang tidak beriman.

“Konsumen dan pedagang yang ada di Pasar Tebet Barat ini juga aktif dalam kajian yang diadakan di masjid yang ada di dekat Pasar Tebet Barat itu sendiri. Jadi saya rasa ini merupakan kolaborasi yang benar-benar tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahaya plastik sekali pakai dalam sudut pandang keagamaan," kata Hening.

Selama hampir 10 bulan berlangsung, program tersebut sudah melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan pedagang, konsumen, dan masyarakat di sekitar Pasar Tebet Barat.

Beberapa kegiatan baru yang dilakukan adalah pengadaan dropbox peminjaman kantong belanja untuk konsumen dan aktivitas bersama DKM Pasar Tebet Barat, seperti tafsir Al Qur'an, pembagian risalah Jumat, khutbah Jumat, dan lain sebagainya.

Adapun pencapaian yang sudah terjadi sebagai dampak kegiatan-kegiatan di atas adalah semakin menurunnya jumlah kios yang tidak menyediakan kantong plastik. Di mana pada uji coba pertama turun sebesar 57 persen dan tahun ini terdapat tambahan penurunan jumlah kios sekitar hingga 17 persen yang juga berdampak pada penurunan jumlah kantong plastik.

Selain itu, pedagang menunjukkan sikap dan motivasi yang tergolong tinggi dalam mengurangi plastik sekali pakai. Hal itu terjadi pada seluruh aspek, mulai dari alasan perbaikan lingkungan, petunjuk dari ustaz atau guru agama, serta yang berasal dari ajaran agama. (*)

Tags : plastik, sampah plastik, agama, keagamaan, limbah plastik,