Headline Sorotan   2021/07/20 20:13 WIB

'Saya Ditawari Vaksin, Tapi Saya Bersikap Arogan', Kata Sejumlah Pasien yang Menyesali Menolaknya

'Saya Ditawari Vaksin, Tapi Saya Bersikap Arogan', Kata Sejumlah Pasien yang Menyesali Menolaknya

"Sekitar setengah dari pasien sebelumnya memilih tidak mengikuti program vaksinasi, yang sekarang sangat menyesalinya"

eperti di banyak rumah sakit lain, jumlah pasien yang dirawat karena Covid-19 di Bradford Royal Infirmary di Inggris meningkat tajam belakangan ini. "Saya ditawari vaksin, tapi saya bersikap arogan. Saya pergi ke gym, bersepeda, berjalan kaki, dan berlari. Karena saya kuat dan sehat, saya pikir saya tidak membutuhkan vaksin. Jika ternyata pilihan itu tidak aman, saya tidak akan mengambil risiko apa pun. Namun faktanya, saya tidak dapat menghindari virus itu. Virus itu masih menyerang saya. Saya tidak tahu bagaimana atau di mana," ," kata Faisal Bashir, 54 tahun.

Bashir, yang dipulangkan pada hari Rabu lalu setelah dipasangi selang oksigen selama seminggu di rumah sakit , mengaku dipengaruhi percakapan di media sosial dan berita risiko pembekuan darah yang sangat rendah akibat vaksin AstraZeneca. Tapi sekarang Bashir ingin memperingatkan orang lain untuk tidak mengulangi kesalahannya. "Apa yang saya alami di rumah sakit, yaitu perawatan dan keahlian para tenaga medis, membuat hati saya luluh," katanya.

"Orang-orang memenuhi rumah sakit karena mengambil risiko tidak divaksin dan itu salah. Saya merasa tidak enak. Saya merasa sangat menyesal dan berharap dengan angkat bicara, saya dapat membantu orang lain menghindari kesalahan ini," kata Bashir.

Covid-19 menyasar orang yang tidak divaksin

"Sekitar setengah dari pasien di bangsal hari ini belum divaksin. Saya berhenti menanyakan alasan mereka karena mereka jelas malu," kata dokter Abid Aziz, setelah menjenguk dan memeriksa para pasien selama enam jam kerja yang melelahkan yang dirilis BBC.

Juni lalu, jumlah pasien Covid-19 di rumah sakit Inggris turun menjadi satu digit untuk pertama kalinya sejak musim panas lalu. Pekan ini jumlahnya menuju 50 orang seiring penyebaran varian Delta. Ini mencerminkan peningkatan kasus di masyarakat Inggris, yang naik sepertiga hanya dalam minggu lalu, menjadi hampir 400 kasus positig per 100.000 orang.

Seperti yang telah lama terjadi, kaum muda adalah yang mendorong kenaikan kasus ini. Kasus positif di kalangan remaja mencapai 750 per 100.000 orang. Situasi yang sama terjadi di antara mereka yang berusia 20-tahun. Meskipun beberapa dari mereka akhirnya dirawat di rumah sakit, pasien yang ada sekarang rata-rata lebih muda daripada gelombang sebelumnya yang didominasi orang berusia usia 30-an dan 40-an tahun. "Beberapa pasien telah menerima dua dosis vaksin dan mengalami penyakit yang lebih ringan. Mereka bertahan hidup dengan Cpap (ventilasi non-invasif dengan oksigen). Tanpa vaksin mereka mungkin akan mati," kata dokter Abid Aziz.

"Pasien yang lain baru saja mendapatkan dosis vaksin pertama sehingga tidak sepenuhnya terlindungi dari virus corona. Yang mengkhawatirkan, sekitar setengah dari pasien di bangsal hari ini belum divaksin. Saya berhenti bertanya mengapa, karena mereka jelas malu."

Abderrahmane Fadil, guru IPA berusia 60 tahun yang memiliki dua anak kecil, juga menyayangkan keputusannya tidak mengikuti vaksinasi. Dia berpikir dua kali untuk divaksin karena vaksin dia anggap ditemukan dalam waktu cepat. Sekitar tiga perempat dari populasi orang dewasa di Bradford telah mendapatkan dosis pertama vaksin, sementara persentase nasional di Inggris mencapai 87%.

Fadil berakhir dalam perawatan intensif selama sembilan hari. Ini adalah pertama kalinya dia menghabiskan malam di rumah sakit sejak pindah dari Maroko pada tahun 1985. "Sangat menyenangkan untuk hidup," katanya.

"Istri saya divaksin. Saya tidak. Saya menolak. Saya memberi diri saya waktu, saya berpikir bahwa dalam hidup saya, saya hidup dengan virus, bakteri, dan saya pikir sistem kekebalan saya cukup baik. Dan saya memiliki gejala Covid-19 pada awal pandemi dan berpikir mungkin saya mengidapnya. Saya pikir sistem kekebalan saya akan mengenali virus dan saya akan memiliki pertahanan. Ini adalah kesalahan terbesar dalam hidup saya. Keputusan itu hampir mengorbankan hidup saya. Saya telah membuat banyak keputusan konyol dalam hidup saya, tetapi ini adalah yang paling berbahaya dan serius," ujarnya.

Fadil meninggalkan rumah sakit hampir sebulan yang lalu, tapi sekarang kondisinya masih belum sehat. "Saya berharap saya bisa pergi ke setiap orang yang menolak untuk mendapatkan vaksin dan memberi tahu mereka, 'Lihatlah, ini masalah hidup atau mati. Apakah Anda ingin hidup atau mati? Jika Anda ingin hidup, pergi dan dapatkan vaksinnya.'"

Enam negara sudah longgarkan pembatasan sebelum varian Delta menyebar

Pemerintah Inggris Raya memastikan bahwa hampir semua pembatasan Covid-19 di Inggris akan dicabut pada 19 Juli 2021 lalu. Itu berarti semua pembatasan kontak sosial di sana tidak akan lagi berlaku. Begitu pula memakai masker di sejumlah tempat umum tidak lagi diwajibkan, termasuk kelab malam boleh dibuka kembali. Pembatasan jumlah orang yang berkumpul juga dicabut.

Sebelum Inggris, beberapa negara lain di penjuru dunia sudah melonggarkan pembatasan kegiatan masyarakat selama pandemi Covid-19 tahun ini - dengan hasil yang beragam. Apa yang terjadi di negara-negara yang sudah melonggarkan pembatasan?

Israel
Negara ini mulai mencabut pembatasan pada Februari lalu saat sudah memvaksinasi banyak rakyatnya. Mulai pertengahan Juni - saat lebih dari separuh populasi sudah menerima dua kali dosis vaksin - warga Israel tidak lagi memakai masker dan kehidupan di sana kembali ke era sebelum pandemi.

Semua toko, restoran, hotel, dan bioskop kembali buka. Sejak itu, akibat munculnya varian Delta yang lebih menular, kasus harian yang terkonfirmasi terus meningkat, mencapai rekor tertinggi dalam empat bulan terakhir sebanyak 754 pada Selasa 13 Juli 2021. Para pejabat mengungkapkan kasus-kasus yang serius, termasuk jumlah penderita yang dirawat di rumah sakit, masih relatif rendah.

Namun, peningkatan kasus itu membuat pemerintah di bawah perdana menteri baru Naftali Bennett untuk memikirkan antisipasi selanjutnya. Melalui langkah yang disebut sebagai "penanggulangan lunak," warga Israel diminta untuk belajar hidup dengan Covid. Sejumlah pembatasan pun kembali diberlakukan, termasuk wajib memakai masker di dalam ruangan tempat umum dan karantina bagi mereka yang baru tiba di Israel.

Belanda
Bersamaan dengan peningkatan vaksinasi dan penurunan kasus baru, Belanda melonggarkan pembatasan akhir Juni lalu. Masker tidak perlu lagi dipakai di hampir semua tempat dan kaum muda diimbau kembali keluar lagi. Sejak itu, jumlah kasusnya naik lagi, mencapai level tertinggi sejak Desember - walau pelonggaran itu belum sampai mencatat peningkatan jumlah penderita yang masuk rumah sakit.

Setelah makin gencarnya kritik dari para pejabat kesehatan, Perdana Menteri Mark Rutte terpaksa menerapkan kembali pembatasan pada Jumat (16/07) di banyak sektor, padahal baru dua pekan dicabut. Semua restoran dan bar harus tutup mulai tengah malam dan kelab malam tidak boleh dibuka. Pembatasan kembali itu disertai pernyataan maaf PM Rutte karena terlalu awal melonggarkan pembatasan. "Apa yang kami kira telah dimungkinkan ternyata tidak demikian," ujarnya. Laman pemerintah Belanda menyatakan bahwa pembatasan itu berlaku hingga setidaknya 13 Agustus 2021.

Korea Selatan
Sempat dianggap contoh sukses dalam menangani Covid-19, Korsel termasuk satu dari sedikit negara di Asia Timur yang dikira sudah di luar zona pandemi. Pada Juni lalu Korsel mengumumkan rencana membolehkan warga untuk bepergian tanpa masker, membolehkan pertemuan skala kecil dan melonggarkan jam buka restoran. Namun, para pakar memperingatkan bahwa Korsel terlalu dini untuk melonggarkan pertahanan dari serangan Covid, apalagi mayoritas rakyatnya masih belum divaksinasi.

Kini, negeri ginseng itu menghadapi lonjakan kasus terburuk. Munculnya kasus-kasus harian yang mencetak rekor tertinggi di Korsel memaksa pemerintah memperketat lagi aturan pembatasan sosial di hampir penjuru negeri. Di Ibu Kota Seoul, warga dilarang untuk bertemu lebih dari satu orang setelah jam 6 sore. Dengan pesatnya penularan varian Delta sementara tingkat vaksinasi yang lambat, kepercayaan publik atas kemampuan Korsel mengatasi Covid telah menurun.

Swedia
Tidak seperti kebanyakan negara, Swedia lebih banyak bergantung pada pendekatan sukarela dari warganya untuk mengatasi penularan, walau juga membatasi jam buka restoran dan jumlah keramaian di tempat-tempat umum. Beberapa pembatasan itu telah dilonggarkan, termasuk membolehkan gelanggang olahraga dihadiri maksimal 3000 orang dan mencabut pembatasan jam buka restoran mulai 1 Juli 2021. Pembatasan di sektor-sektor lain juga dihapus pada 15 Juli 2021.

Sejak musim semi lalu, jumlah kasus di Swedia menurun, sebagian berkat meningkatnya vaksinasi dan cuaca yang lebih hangat sehingga membuat banyak warga menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan. Namun, di tengah kekhawatiran atas meningkatnya penularan varian Delta, orang yang baru tiba di Swedia harus dites Covid.

Australia
Tahun lalu, warga Australia masih menikmati hidup dengan sedikit pembatasan. Masker wajah tidak diwajibkan saat negara itu secara konsisten mencatat tidak ada kasus harian. Bila ada kenaikan kasus, pihak berwenang langsung menerapkan karantina wilayah untuk menekan jumlah penularan harian kembali ke nol. Contohnya, Kota Perth ditutup selama lima hari pada Januari lalu walau hanya ditemukan satu kasus.

Namun munculnya kasus varian Delta di Sydney pertengahan Juni lalu membuat kota terbesar di Australia itu kembali menerapkan karantina wilayah. Diperkirakan berlangsung setidaknya hingga akhir Juli. Sydney saat ini menghadapi kasus harian lebih dari 100. Virus itu menyebar cepat - bahkan di pekan pertama lockdown - di kota yang tidak terbiasa dengan pembatasan.

Pejabat setempat mengatakan karantina wilayah itu juga memaksa warga untuk tinggal di rumah. Namun, dengan lebih dari 90% populasinya belum divaksinasi, pemerintah memperkirakan kondisi ke arah normal belum akan segera terwujud. Kurangnya persediaan vaksin, terutama Pfizer, membuat banyak warga belum dapat divaksinasi hingga di bulan-bulan akhir tahun ini.

Amerika Serikat
Banyak negara bagian sudah melonggarkan pembatasan saat Presiden Joe Biden menggencarkan program vaksinasi, seperti tidak lagi mewajibkan masker dan membolehkan kegiatan usaha dibuka lagi. Juni lalu, sebagai negara bagian terpadat di AS, California mengumumkan 'pembukaan kembali besar-besaran," sedangkan New York mencabut hampir semua pembatasan setelah vaksinasinya sudah menembus 70%.

Secara umum, kasus harian di AS masih rendah. Jumlah penularan baru tidak sampai sepersepuluh dari tingkat rata-rata harian saat puncak pandemi Januari lalu, walaupun kini meningkat dua kali lipat dalam dua pekan terakhir. Namun makin banyak yang khawatir akan varian Delta pada kasus penularan di beberapa negara bagian yang tingkat vaksinasinya masih rendah.

Saat vaksinasi di daerahnya masih lambat, beberapa negara bagian menyarankan wargaya tetap pakai masker karena kekhawatiran atas varian Covid itu. Di Kota New York, jumlah kasusnya melonjak hampir sepertiganya dalam sepekan, di mana penularan tertinggi terjadi di beberapa lingkungan yang vaksinasinya masih sangat rendah. Tingkat kematian juga naik, walau tidak sepesat kasus penularan. Kalangan pejabat mengungkapkan bahwa sebagian besar penderita yang masuk rumah sakit akibat Covid rata-rata belum divaksinasi. (*)

Tags : Vaksin Covid-19, Vaksinasi, Penyesalan pasien terjangkit tidak di vaksin, Sejumlah Pasien yang Menyesal tdiak divaksin,