News   2023/10/20 10:15 WIB

Sejak Hotspot Membara di Pulau Sumatera, Musim Mas Terus Proaktif Siaga Hadapi Karhutla

Sejak Hotspot Membara di Pulau Sumatera, Musim Mas Terus Proaktif Siaga Hadapi Karhutla

PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Jumlah hotspot di Pulau Sumatera sudah turun sejak hujan kerap mengguyur, sejak Jumat 20 Oktober 2023.

"Sejak Hotspot Membara di Pulau Sumatera untuk di Provinsi Riau masih terpantau 36 titik."

“Kami meningkatkan kontribusi dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan [Karhutla] melalui berbagai program dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan,” jelas General Manager Corporate Affairs – Musim Mas Group, Teuku Kanna Rhamdan dalam keterangan tertulis, Selasa (22/10).

Menyikpai kebakaran dan kabut asap beberapa tahun kemarin, Musim Mas mengambil pelajaran dari insiden ini.

Menurutnya, industri kelapa sawit, termasuk Musim Mas, menyadari bahwa peran aktif masyarakat sangat penting dan sangat dibutuhkan.

"Kami tetap melakukan kerjasama dengan pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan lainnya, menyelenggarakan program yang melibatkan masyarakat, dengan harapan mereka dapat menjadi agen perubahan dalam pencegahan dan penanggulangan karhutla,” tambah Kanna.

Sejalan dengan instruksi Kementerian Dalam Negeri yang menekankan peran aktif pemerintah untuk melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

Upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla sudah diimplementasikan oleh pemerintah daerah dan dinas-dinas terkait di wilayah rawan kebakaran.

Bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan perkebunan swasta yang berada di wilayah tersebut, di antaranya Musim Mas, dan tentunya masyarakat setempat.

Untuk mengantisipasi karhutla, mulai bulan Juni 2023 lalu, Musim Mas kembali melakukan pelatihan dan simulasi rutin yang diikuti oleh regu Pemadam Kebakaran Musim Mas, serta tim Masyarakat Bebas Api (MBA) terkait pencegahan dan penanggulangan karhutla.

Pelatihan ini melibatkan Manggala Agni, TNI, POLRI, Dinas Lingkungan Hidup, dan Dinas Perkebunan. Tim pemadam kebakaran Musim Mas yang disiapkan dan dilatih ini tidak hanya menanggulangi kebakaran di dalam konsesi, namun juga lokasi di luar konsesi dalam radius 3 (tiga) Km.

Bagi masyarakat di sekitar area perkebunan milik perusahaan, Musim Mas telah menerapkan Program Masyarakat Bebas Api (MBA) yang telah merangkul 75 desa dengan cakupan luas lahan lebih dari 450 ribu hektar.

Program ini bermula dari kesadaran akan pentingnya mengubah perilaku masyarakat, atau mencari alternatif perilaku masyarakat untuk mengurangi ketergantungan penggunaan api dan turut melibatkan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan karhutla.

Dalam program ini, setiap desa peserta yang berhasil menjaga lingkungan mereka bebas dari api selama 1 (satu) tahun, berhak mendapatkan insentif keuangan sebesar Rp 25 juta per desa.

Dana ini dapat digunakan untuk pengadaan peralatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran di wilayah desa, atau untuk mendukung berbagai proyek masyarakat desa sekitar perusahaan.

Syahril, Kepala Desa Talau, Riau mengatakan dengan adanya imbauan dari pemerintah, ditambah juga apresiasi dan dukungan dari Musim Mas.

“Kami jadi semangat untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan,” katanya.

Selain masyarakat, Petani Swadaya kelapa sawit juga menjadi bagian penting dalam upaya pencegahan karhutla, karena mereka mengelola lebih dari 40% lahan perkebunan sawit di Indonesia.

Sejak tahun 2015, Musim Mas telah menyelenggarakan program pelatihan untuk Petani Swadaya terkait praktik pertanian yang baik, salah satunya menerapkan praktik tanpa bakar.

Hingga saat ini, lebih dari 41.000 petani telah terlibat dalam program pelatihan ini.

Musim Mas juga mendampingi petani untuk bisa mengakses pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), agar mereka dapat menerapkan program peremajaan sawit tanpa praktik pembakaran lahan.

Sementara untuk saat ini titik hotspot sudah mulai menurun. Data BMKG akhir bulan lalu menunjukkan, ada 206 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di seluruh Indonesia, dengan Provinsi Aceh sebagai penyumbang karhutla terbanyak (53 kejadian), disusul Provinsi Kalimantan Tengah (35 kejadian).

Sedangkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hingga awal Juli 2023, total luasan lahan yang terbakar mencapai 28 ribu hektar.

Data ini sesuai dengan prediksi BMKG yang mengindikasikan bahwa puncak musim kemarau tahun ini akan terjadi pada bulan Juli-September 2023 yang ditandai dengan kondisi cuaca buruk, serta adanya fenomena El Niño yang diperkirakan akan terjadi pada bulan Oktober dan November 2023.

Di samping itu, Musim Mas juga menjadi anggota aktif dari Aliansi Bebas Kebakaran (FFA/Fire-Free Alliance), yaitu sebuah kelompok multi-stakeholder yang terdiri dari perusahaan perkebunan dan kehutanan – termasuk industri kelapa sawit – yang peduli dan berkomitmen menyelesaikan masalah kebakaran hutan dan kabut asap di Indonesia.

Sementara itu, Sannusi, SP., M.Si, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau mengungkapkan, dampak karhutla ini sangat luas, mulai dari ekonomi, sosial, hingga politik.

“Karena itu, idealnya pengelolaan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, namun juga melibatkan perusahaan, TNI, Polri, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya,” ungkapnya

"Titik panas atau hotspot di wilayah Sumatera sebanyak 756 titik, terbanyak masih Sumatera Selatan 631 titik. Lalu Bengkulu 10 titik, Jambi satu titik, Lampung 38 titik, Sumatera Barat lima titik, dan Bangka Belitung 35 titik," kata Mia, Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Riau, Rabu (18/10/2023) sore.

"Sedangkan Riau ada 36 titik, tersebar paling banyak di Kabupaten Pelalawan 24 titik. Lalu Kuantan Singingi dua titik, Indragiri Hilir tujuh titik, dan Indragiri Hulu tiga titik," sebutnya.

Seperti diketahui, Pemprov Riau bersama pemerintah daerah 12 kabupaten/kota mengantisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) sejak lama. Tetapi terjadi Karhutla di wilayah Rohil, Pelalawan, Bengkalis, Indragiri Hulu, dan Dumai.

Pemprov Riau telah mendapat bantuan helikopter bantuan patroli dan water bombing. Karena sudah mulai teratasi, dua helikopter WB dialihkan ke provinsi lainnya.

Lalu operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengantisipasi bencana Karhutla di Provinsi Riau sudah dimulai untuk wilayah Pelalawan, Kampar, Inhu, dan Siak.

Mengacu pada peringatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada akhir Juli 2023 lalu terkait kemungkinan terjadinya lebih banyak kebakaran hutan dan lahan serta gagal panen akibat musim kering.

Musim Mas sangat menekankan untuk tetap waspada dan siap menghadapi potensi risiko kebakaran hutan dan lahan dalam wilayah operasionalnya, serta seluruh rantai pasokannya.

Memahami pentingnya mendukung upaya yang dilakukan oleh pemerintah, maka Program Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Musim Mas yang terintegrasi, tidak saja disosialisasikan dan diimplementasikan bagi karyawan dan pekerja yang terlibat dalam operasional perusahaan, namun juga diperluas bagi para pemasok, masyarakat sekitar, hingga petani swadaya. (*)

Tags : kebakaran hutan dan lahan, karhutla di pulau sumatera, perusahaan sawit ikut aktif tangani karhutla, musim mas proaktif siaga hadapi karhutla, News,