News Kota   2021/09/25 15:52 WIB

Sengatan Matahari yang 'Menggerahkan Tubuh', Pemred Aznil: Ada yang Salah pada Lingkungan Sekitar

Sengatan Matahari yang 'Menggerahkan Tubuh', Pemred Aznil: Ada yang Salah pada Lingkungan Sekitar

PEKANBARU - Sengatan matahari diduga karena gelombang panas selama periode cuaca terpanas dalam sepekan terakhir ini di Kota Pekanbaru menimbulkan berbagai macam kerugian yang tak bisa terduga.

Selama sepekan terakhir, sengatan matahari di kota penghasil minyak dan gas [Migas] di Riau itu cukup menggerahkan yang bisa saja kalangan lanjut usia (lansia) kebanyakan tak tahan menangkis dari serangan  terpanas secara tiba-tiba ini. "Sepertinya ada kesalahan yang terjadi pada lingkungan kita," kata Aznil Pamazri, Pemimpin Redaksi [Pemred] DetakIndonesia.co.id menyikapi hari-hari terakhir di kota yang terus menyengat siang ini melalui pesan singkat WhatsApp [WA], Sabtu (25/9/2021). 

Di sebuah daerah yang mulai padat penduduk gelombang panas tercatat hampir menembus 35 derajat Celcius. Kepolisian di wilayah kota itu belum mengambil sikap terhadap sebagian besar dari warga kota umumnya kaum lansia atau orang-orang dengan riwayat penyakit bawaan yang menderita saat gelombang panas melanda.

Rekor suhu panas di kota Pekanbaru dipecahkan selama sepekan terakhir yang beruntun pada suhu mulai memuncak. Yang terkini adalah pada Sabtu ini 25 September 2021 mulai pukul 8.00 wib pagi hingga menjelang sore ini, ketika temperatur diperkirakan mencapai 35 derajat Celcius menyebar disentaro kota, yang cukup begitu lama. 

"Sebelumnya saya tidak pernah melihat sengatan matahari yang diperkirakan sudah melampaui 35 derajat Celcius. Perubahan iklim ini diperkirakan meningkatkan jumlah kejadian cuaca ekstrem, semisal gelombang panas terus melanda kota ini," kata Aznil yang juga assesor dan arsitektur lanskep ini.

Akan tetapi menghubungkan satu kejadian dengan pemanasan global cukup pelik. Menurutnya, pekan terpanas di kawasan kota itu bisa saja menimbulkan "konsekuensi malapetaka bagi banyak keluarga dan komunitas". Jumlah korban akibat cuaca panas memang menurut dia belum diketahui, tetapi kata dia pemerintah setempat belum menghimpun data.

Gelombang panas diyakini menjadi faktornya karena kurangnya ruang terbuka hijau [RTH] yang kurang menyebar di penjuru kota. Pemerintah setempat hanya merealisasikan RTH 6 persen yang tidak merata, pada hal "30 persen seharusnya sudah terealisasi ditengah padat penduduk," sebutnya.

"Saya sudah menempat tinggal di kota ini selama 40 tahun dan saya belum pernah mengalami cuaca se extrim seperti ini  yang bisa membuat kematian mendadak dalam kurun waktu yang singkat karena tak mampu menahan kegerahan akan terjadi khususnya pada lansia," kata dia.

Menurutnya, beberapa orang tiba di rumah saudara dan "menemukan [saudara] mereka pada menggerutu kegerahan".  Penduduk kota, sekitar 5 kilometer sebelah timur Panam, juga mengeluhkan sengatan matahari yang begitu aneh terjadi. Azni berkata; banyak warga mengaku "hampir mustahil" pergi ke luar rumah. "[Panasnya] tidak bisa ditolerir. Kami berupaya berada di dalam ruangan selama mungkin. Kami tak terbiasa dengan panas dan panas yang kering, namun 35 [derajat celcius] jauh berbeda kali ini," tuturnya.

Saban malam sangat terasa gelombang panas ini, "udara dimalam hari terasa tak begitu mengenakkan ditubuh dan tidur malampun terganggu karena temperatur udara yang tak bersahabat," sebutnya. 

Namun sebagian warga di kota itu melakukan penangkisan sengatan matahari berendam untuk menyejukkan tubuh di tengah gelombang panas ini di kediaman. Bahkan dari mereka menghidupkan AC untuk menghindari sengatan matahari. Banyak keluarga di Kota itu tidak punya AC karena dihadapkan faktor ekonomi dan mengkhawatirkan meningkatnya tagihan listrik, kata seorang warga kota Elfi Yandera.

Dia mengungkap beberapa toko elektronik semakin diserbu oleh warga setempat untuk berbondong-bondong ke sana demi AC. "Saya tidak pernah melihat keadaan seperti ini. Saya harap jangan ada lagi yang begini," katanya.

Apa imbas cuaca panas terhadap tubuh?

Seperti disebutkan dr Sabaruddin, salah satu dokter umum di Rumah Sakit [RSUD] Arifin Achmad Pekanbaru menilai bahwa tubuh kita akan berupaya menjaga suhu baku sekitar 35 derakat Celcius, terlepas apakah itu dalam kondisi badai hujan lebat atau gelombang panas seperti saat ini.

"Selagi suhu luar semakin panas, tubuh bekerja keras untuk menurunkan temperatur. Tubuh kemudian membuka lebih banyak pembuluh darah dekat kulit untuk melepas panas di sekujur badan sehingga badan mulai berkeringat," jelasnya saat bincang-bincang diruang parktiknya di jalan Adi Sucipto Pekanbaru.

Ketika keringat menguap, kata Sabaruddin lagi, suhu panas dari kulit akan terlepas. Cuaca panas menaruh tekanan pada tubuh—semakin tinggi suhunya, semakin besar tekanannya. Pembuluh darah yang terbuka membuat tekanan darah menurun dan jantung bekerja lebih keras serta memompa lebih cepat guna mengalirkan darah di sekujur tubuh. Hal ini menimbulkan beragam gejala, seperti gatal-gatal pada kulit atau kaki membengkak karena pembuluh darah ada yang bocor.

Jika tekanan turun terlalu rendah, jumlah darah ke organ-organ tubuh yang memerlukannya tidak cukup sehingga risiko serangan jantung meningkat. Pada saat bersamaan, berkeringat membuat tubuh kekurangan cairan, garam, dan keseimbangan keduanya pada tubuh. Gabungan berkeringat dan penurunan tekanan darah bisa menyebabkan keletihan akibat panas. Gejala-gejalanya mencakup pusing, pingsan, linglung, mual, keram otot, sakit kepala, keringat berlebihan, dan letih.

Apakah cuaca panas bisa membunuh manusia?

Kembali disebutkan Aznil, rumput-rumput di tepi jalan baik di Taman bisa kering kerontang karena gelombang panas. Sebagian besar individu yang meninggal menderita serangan jantung dan stroke yang disebabkan ketegangan karena tubuh mereka berupaya menjaga suhu tubuh stabil. 

"Ini bisa terjadi pada orang-orang lansia yang pada ketahanan tubuh mereka ketika tak lagi mampu menahan kegerahan akibat gelombang panas. Kekhawatiran kita pada berbagai gelombang panas ini adalah memungkinkan terjadinya banyak kerugian pada sekitar lingkungan kita, tetapi cukup sederhana—sejukkan tubuh dan minum air secara cukup. Pertimbangkan aktivitas yang bisa dilakukan di tengah cuaca panas ini," ajaknya. (rp.sdp/*)

Tags : Sengatan Matahari, Gelombang Panas, News Kota, Matahari Menggerahkan Kota Pekanbaru, Ada yang Salah pada Lingkungan,