Artikel   2022/01/05 10:59 WIB

Siapa Bilang Model China 'Bermata Sipit' Dianggap Sejumlah Orang Tidak Cantik?

 Siapa Bilang Model China 'Bermata Sipit' Dianggap Sejumlah Orang Tidak Cantik?
Cai Niangniang diserang secara online karena dianggap "menyinggung"

SIAPA bilang model China 'bermata sipit' dianggap sebagian orang tidak cantik? "Apakah saya tidak berhak menjadi orang China hanya karena mata saya kecil?"

Itu yang ditulis oleh model China Cai Niangniang dalam unggahan media sosialnya baru-baru ini, setelah sebuah foto lama dirinya menjadi viral karena alasan yang salah.

Selama beberapa hari, dia diserang melalui online dengan alasan "secara terang-terangan menghina" dan "tidak patriotis", karena serangkaian iklan yang dibintanginya untuk snack China bermerek Three Squirrels.

Sejumlah pengguna media sosial sangat marah, sampai-sampai perusahaan makanan ringan itu menghapus iklan tersebut dari dunia maya, dan meminta maaf karena telah "membuat orang-orang merasa tidak nyaman" karenanya.

Namun Cai sendiri mengatakan dia tidak tahu mengapa dirinya dirundung secara online, mengingat dia hanya "melakukan pekerjaannya" sebagai seorang model.

"Wajah saya ini mirip dengan orang tua saya," tulis model berusia 28 tahun itu di platform Weibo.

"Apakah saya menghina China sejak hari saya dilahirkan hanya karena wajah saya?"

'Barat tidak lagi punya pendapat absolut'

Iklan ini, yang diambil pada 2019, ditemukan oleh netizen nasionalis, setelah topik iklan produk-produk yang menghadirkan orang China menjadi sensitif dalam perdebatan online di negara tersebut.

Pada November, seorang fotografer fesyen China meminta maaf atas "ketidakpeduliannya" setelah foto yang diambilnya untuk iklan merek mewah Dior menimbulkan reaksi keras.

Foto itu menampilkan seorang model China dengan mata sipit. Baru-baru ini, amarah di media sosial juga muncul karena iklan oleh Mercedes-Benz dan Gucci, keduanya juga memakai model China bermata sipit.

Di tengah berkembangnya nasionalisme online dan sentimen anti-Barat di China, beberapa orang mengambil iklan-iklan ini sebagai contoh rasisme terhadap orang-orang China.

Dengan menghadirkan model bermata sipit, para pengkritik berkata perusahaan-perusahaan ini melanggengkan stereotip Barat terhadap wajah orang China.

Banyak yang bertanya mengapa produk-produk ini tidak memakai model yang lebih umum terlihat di iklan-iklan China, yang memiliki kulit putih dan mata bulat besar, yang secara tipikal dianggap cantik ideal di negara itu.

Sebuah artikel editorial yang diterbitkan oleh media milik pemerintah China Daily baru-baru ini menyoroti bagaimana "sudah terlalu lama, kriteria kecantikan oleh Barat, dan selera Barat, apa yang disukai dan tidak disukai, mendominasi estetika".

Ini termasuk menggambarkan perempuan Asia dalam berbagai iklan sebagai memiliki mata sipit, tulisnya.

"Barat tidak lagi punya pendapat absolut tentang apapun," lanjut artikel opini tersebut dirilis BBC.

"Masyarakat China tidak herus mengikuti standar mereka atas apa yang dianggap cantik dan perempuan seperti apa yang dianggap cantik."

Sebagai merek China, Three Squirrels "seharusnya telah menyadari sensitivitas dari konsumen China tentang bagaimana mereka digambarkan dalam iklan", imbuh tulisan itu.

Di pusat kontroversi tersebut adalah persepsi bahwa penggambaran seperti itu memunculkan stereotip "mata sipit" tentang orang Asia yang muncul di budaya Barat pada abad ke-19, dan dianggap sangat menyinggung oleh banyak orang Asia saat ini.

Di Hollywood, tokoh yang dianggap paling mewakili karakter jahat dari Asia, Fu Manchu, digambarkan memiliki mata kecil dan sipit.

Karakter ini melambangkan dan melanggengkan istilah "bahaya kuning", sebuah gagasan rasis bahwa budaya Asia mengancam masyarakat Barat.

"Ada sejarah panjang penggunaan istilah 'mata sipit' untuk mendiskriminasi orang Asia," kata Dr Liu Wen dari Academia Sinica Taiwan.

Namun desakan antar sesama warga China soal jenis kecantikan yang ideal juga sangat konras dengan perdebatan global saat ini tentang keragaman dan dorongan untuk menambah representasi wajah Asia di media.

Para pengamat mengatakan, meskipun dapat dimengerti bila sebagian konsumen tersinggung dengan iklan seperti di atas, amarah warganet ini juga terlalu disederhanakan, karena mereka menolah gagasan bahwa ada banyak cara berbeda untuk menampilkan orang China.

"Menolak 'mata sipit' adalah fenomena yang sangat berbahaya, karena ini adalah penolakan terhadap pluralisme estetika," kata Dr Luwei Luqiu dari Universitas Baptist Hong Kong.

"Ini mencekik definisi kecantikan yang tidak sesuai dengan standar tertentu."

Para ahli juga menyebutkan bahwa standar kecantikan tradisional di China faktanya juga menyukai mata yang kecil.

Contohnya, lukisan-lukisan yang berasal dari era yang disebut sebagai zaman keemasan China untuk seni dan kebudayaan, pada Dinasti Tang di periode 618-907 Masehi, kebanyakan menampilkan perempuan dengan mata sipit dan panjang.

"Meskipun ada variasi dalam dinasti-dinasti berbeda, mata yang lebih sipit lebih disukai di China kuno," ujar Dr Jaehee Jung, seorang ahli perilaku konsumen dari Universitas Delaware.

Kesukaan saat ini terhadap mata yang lebih bulat dan besar, ironisnya, kemungkinan justru fenomena yang dipengaruhi oleh Barat.

Beberapa ahli meyakini perubahan terkini dari standar kecantikan ini dimulai sekitar akhir 1970-an, karena banyaknya paparan terhadap iklan dan hiburan asing ketika China mulai membuka pintu kepada dunia.

"Para perempuan di China kontemporer tampaknya sangat mendukung standar Barat akan kecantikan ideal yang selalu terlihat dalam gambar-gambar media," ujar Dr Jung.

Sekarang ini, mata bulat dan besar sangat dipuja, sampai-sampai tak jarang para perempuan China memakai makeup untuk memperbesar mata, dan menjalani prosedur operasi supaya mata mereka terlihat lebih bulat, seperti membuat lipatan "kelopak mata ganda".

Namun untuk Cai, model yang terjebak di tengah kontroversi terbaru ini, dia berharap orang-orang bisa "lebih ramah" kepada mereka yang terlihat berbeda.

Dia mengatakan dalam unggahan di Weibo, tidak perlu menyerangnya walaupun mereka tidak menyukai wajahnya.

"Mata saya memang seperti ini, mereka bahkan lebih kecil di dunia nyata [dibandingkan di iklan]... Setiap orang punya pesonanya sendiri!". (*)

Tags : Media sosial, Cina, Hak perempuan, Rasis, Fesyen, Perempuan,