Artikel   2021/09/12 14:42 WIB

Singapura akan Operasikan Bus Mini Tanpa Sopir, Untuk 'Meningkatkan Akses Transportasi di Jalan-jalan Umum'

Singapura akan Operasikan Bus Mini Tanpa Sopir, Untuk 'Meningkatkan Akses Transportasi di Jalan-jalan Umum'

SINGAPURA - merencanakan untuk menggunakan bus mini otomatis tanpa pengemudi di jalan-jalan umum, untuk meningkatkan akses transportasi bagi para lansia dan keluarga yang memiliki anak kecil.

Pemerintah Singapura berencana mengoperasikan bus-bus itu di tiga kawasan permukiman baru yang jalannya didesain tidak memiliki lalu lintas padat, untuk mengakomodasi bus berteknologi terkini.

Bus tanpa sopir ditujukan untuk mengangkut penduduk ke sejumlah lokasi di sekitar pemukiman serta stasiun bus dan kereta terdekat. Singapura yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi berharap teknologi bus tanpa sopir dapat menjadi jawaban atas pengelolaan lahan dan minimnya sumber daya manusia.

"Kendaraan otomatis meningkatkan akses dan koneksi terhadap sistem transportasi publik kami, terutama bagi para lansia, keluarga yang memiliki anak kecil, dan mereka yang tidak cukup aktif berpergian," kata Menteri Transportasi Singapura, Khaw Boon Wan.

Bus-bus tanpa sopir ditargetkan melengkapi layanan bus konvensional, namun tidak akan dioperasikan dalam jam sibuk. Pemerintah Singapura juga akan mempersilakan para komuter membeli tiket transportasi melalui ponsel. Singapura memiliki tingkat kemacetan yang lebih rendah dibandingkan kota-kota lain di Asia Tenggara karena memberlakukan jalan berbayar dan menerapkan kebijakan yang memihak transportasi publik.

Singapura kini berharap dapat menjadi negara terdepan yang menerapkan teknologi kendaraan tanpa sopir. "Aturan ketat soal transpor darat semoga bisa mendorong kami menjadi pemain global dalam solusi transportasi urban," Apa yang bisa diterapkan di Singapura sepertinya juga bisa berlaku untuk kota-kota di negara lain," kata Khaw menambahkan, ketika berpidato dalam peluncuran pusat uji kendaraan tanpa sopir dirilis BBC, Rabu (22/11).

Pusat uji kendaraan itu dapat digunakan para pengembang untuk mengetes agaimana mobil dan bus tak bersopir berurusan dengan para pejalan kaki, termasuk saat menghadapi hujan deras, pengemudi ugal-ugalan, pengguna sepeda dan motor, dan berbagai skenario lalu lintas lainnya. Hingga saat ini, kata Khaw, seidaknya sepuluh perusahaan sedang menguji teknologi kendaraan tanpa pengemudi tersebut.

Antisipasi kemacetan

Selain itu Otoritas Transportasi Darat (Land Transport Authority, LTA) menyebutkan keterbatasan tanah dan peningkatan transportasi umum sebagai alasan atas pembatasan tersebut. Sebelum langkah pembatasan diterapkan, negara-pulau padat penduduk itu telah memiliki serangkaian kebijakan ketat yang bertujuan membatasi jumlah mobil di jalanan.

Konsekuensinya, tingkat kepemilikan mobil jauh lebih rendah di Singapura daripada di negara-negara kaya lainnya. Selain rencana pembatasan jumlah mobil, Singapura sudah menerapkan kebijakan yang sengaja menaikkan biaya memiliki mobil demi mengurangi jumlah kendaraan yang ada di jalan. Hal ini dilakukan dengan membuat sistem yang mewajibkan calon pemilik mobil mengajukan permohonan mempunyai dan menggunakan kendaraan dalam jangka waktu terbatas, yang disebut sebagai Sertifikat Kepemilikan (Certificate of Entitlement, COE).

Hasilnya, mobil kelas menengah di Singapura biasanya harganya sekitar empat kali lipat dibanding harga mobil serupa di Amerika Serikat. LTA mengatakan bahwa pembatasan baru itu tidak akan secara signifikan mempengaruhi jumlah COE yang ada, karena kebanyakan COE dipunyai pemilik mobil lama yang memperbarui izin mobil-mobil mereka.

Pertumbuhan batasan baru sedikit lebih rendah dari jumlah kuota COE yaitu sebesar 0,25%, yang telah ditetapkan sejak 2015. Ini berlaku untuk mobil pribadi dan sepeda motor, tapi tidak untuk mobil barang dan bus. Dalam angka: Mobil di Singapura:

  • Singapura menduduki peringkat ke-55 dalam indeks kemacetan global versi perusahaan navigasi TomTom
  • Jakarta menduduki peringkat ke-2, dan Bangkok ke-3 dalam indeks yang sama
  • Tingkat kepemilikan mobil di Singapura sekitar 11%
  • Di AS, tingkat kepemilikan mobilnya hampir 80% dan hampir 50% di Eropa
  • Laporan Deutsche Bank terbaru menyatakan bahwa mobil kelas menengah di Singapura berkisar $90 ribu (Rp 900 juta)
  • Mobil yang sama hanya berkisar $24 ribu (Rp325 juta) di Inggris dan AS


Peningkatan transportasi umum

Terlepas dari kebijakan pemerintah, hampir ada satu juta kendaraan di jalanan Singapura. Lebih dari 600.000 di antaranya adalah mobil pribadi dan sewaan, termasuk mobil yang digunakan oleh taksi online seperti Uber and Grab.

LTA mengatakan ada keterbatasan untuk memperluas jaringan jalan negara kecil tersebut. Jalan mengambil 12% dari total luas lahan negara, persentase yang jauh lebih tinggi daripada banyak negara lain yang ukuran wilayahnya lebih besar.

Selain batasan pertumbuhan kendaraan, pemerintah berusaha mengatasi kemacetan dengan berinvestasi besar-besaran di jaringan transportasi umum negara tersebut. Pemerintah telah menambah 41 stasiun kereta baru selama enam tahun terakhir, memperluas jaringan negara sebesar 30%. Singapura menginvestasikan S$20 miliar (Rp200 triliun) di infrastruktur kereta api baru, S$4 milyar (Rp 40 triliun) untuk meningkatkan infrastruktur yang ada, dan S$4 miliar (Rp 40 triliun) untuk subsidi kontrak bus. (*)

Tags : Bus Mini Tanpa Sopir, Singapura, Singapura Meningkatkan Akses Transportasi di Jalan-jalan Umum,