Linkungan   2023/11/07 20:6 WIB

Soehatman Ramli Beberkan Potensi Bahaya Industri Migas, 'pada Manusia, Aset dan Lingkungan'

Soehatman Ramli Beberkan Potensi Bahaya Industri Migas, 'pada Manusia, Aset dan Lingkungan'

JAKARTA - Soehatman Ramli, HSE Lead Assessor Associate and Coach beberkan potensi bahaya industri minyak dan gas [Migas] baik terhadap manusia, aset, lingkungan dan masyarakat.

"Kegiatan di industri minyak dan gas bumi mempunyai berbagai jenis potensi bahaya."

"Banyak terjadi kecelakaan di lingkungan migas yang berkaitan dengan aspek manusia," kata Soehatman Ramli, HSE Lead Assessor Associate and Coach dalam Webinar 'Budaya Kerja di Industri Migas' yang diselenggarakan oleh PPSDM Migas, Senin (10/05).

Dia yang turut hadir dalam Webinar menjelaskan hampir seluruh perusahaan – perusahaan migas besar dunia pernah mengalami kecelakaan kerja dengan kerugian materi yang tidak sedikit, "tetapi juga nyawa dari para pekerjanya," sebutnya.

Padahal perusahaan Migas sudah memiliki standar dan budaya K3 yang baik.

Tetapi pada masa pandemi kemarin, unsur manusia menjadi penentu utama dalam penerapan dan peningkatan program budaya kerja di industri migas.

Tujuan dari penerapan budaya migas adalah terwujudnya kegiatan operasi yang aman, andal dan ramah lingkungan yang diukur dengan indeks keselamatan migas yaitu;

  • Dengan parameter kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan dengan dilingkungannya
  • Pembinaan dan pengawasan terhadap penerapan kaidah keselamatan migas sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, kerugian materiil yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas produktivitas kinerja

“Kecelakaan yang dialami oleh BP Mexico, Piper Alpha, Tanki Cilacap, Exxon Valdes, Lapindo Brantas, LPG Mexico, Chevron Refinery, dan yang baru saja terjadi adalah Pertamina Balongan. Kecelakaan masih saja terjadi pada perusahaan migas kelas dunia yang mempunyai standar keselamatan tinggi,” jelas Soehatman pada paparannya dalam Webinar itu.

Soehatman menambahkan bahwa faktor penyebab kecelakaan ada tiga yaitu aspek teknis, aspek manusia dan aspek manajemen sistem yang ketiganya memerlukan pendekatan secara holistik.

Hasil analisa kecelakaan di industri migas terlihat bahwa faktor penyebab kecelakaan sebagian besar terjadi disebabkan faktor manusia [85,9%] dengan tindakan yang tidak aman, sisanya aspek teknis [7,32%] dan faktor lainnya.

Unsur manusia merupakan faktor dominan yang perlu mendapat perhatian dalam program pencegahan kecelakaan.

“Terdapat tiga pilar keselamatan kerja yaitu engineering (operational safety), management system dan behaviours. Sumber utama kecelakaan adalah kegiatan operasi. Oleh karena itu, upaya keselamatan harus berfokus terhadap seluruh potensi bahaya yang terdapat dalam kegiatan operasi," katanya.

"Sistem manajemen mendukung keberhasilan keselamatan dalam operasi yang mencakup berbagai elemen seperti kebijakan, dokumentasi, data control dan lan-lainnya," sebutnya.

"Terakhir adalah perilaku manusia yang dalam hal ini pendekatan manusia (human approach) banyak dilakukan untuk meningkatkan keselamatan dengan cara pembinaan, pelatihan, kompetensi kerja, supervisi (K3 melalui pengawasan), ergonomi (hubungan manusia dengan alat kerja), membangun kepedulian dan keterlibatan dalam K3, membangun budaya keselamatan serta membagun perlikau aman dalam bekerja,” tambah Soehatman.

Pendekatan keselamatan bertujuan untuk mengendalikan unsafe act karena kecelakaan dimulai dari perilaku tidak aman.

Tercatat dalam Laporan Kinerja tahun 2020 Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menyebutkan bahwa total kecelakaan kerja turun dari 205 di tahun 2019 menjadi 156 di tahun 2020 baik dari hulu dan hilir migas yang termasuk kecelakaan ringan, sedang berat dan fatal. 

“Oleh sebab itu adanya SMKM (Sistem Manjemen Keselamatan Migas) merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan Keselamatan Migas guna terciptanya kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang handal, aman, efisien dan produktif. Yang dimaksud dengan keselamatan migas meliputi keselamatan pekerja, keselamatan instalasi, keselamatan lingkungan dan keselamatan umum,” imbuh Soehatman.

Dalam Webinar yang berlangung selama hampir dua jam tersebut, Soehatman menjelaskan bahwa setiap perusahaan harus menerapkan Sistem Manajemen K3 yang tertuang dalam komitmen perusahaan sehingga terbentuklah safety leadership yang akan mengimplementasikan budaya K3 di setiap level pekerjaan (Manajer Senior, Pengawas, Supervisor, dan pekerja) untuk mecapai safe behavior sehingga akan tercapai safe operation and zero loss. (*)

Tags : perusahaan minyak dan gas, migas, bahaya industri migas, bahaya industri migas pada lingkungan ,