Tiga perusahaan besar, yakni PT Bukit Asam (PTBA) Tbk, PT Pertamina (Persero) dan Air Product bangun pabrik hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) di tambang Bukit Asam di Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu).
PEKANBARU - Tombol sirine dimulainya pembangunan pabrik hilisasi Batu Bara sudah dimulai pada Kamis 7 Februari 2019 lalu, itu untuk mewujudkan ketahanan energi nasional.
"Pencanangan merupakan kelanjutan dari MoU kerjasama dan Joint Venture Agreement terkait hilirisasi batubara antara PTBA, Pertamina dan Air Products," kata Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin dalam keterangannya, Senin (11/2).
Dia menyampaikan, penandatangan kerja sama telah dilakukan sebelumnya pada 7 November 2018 lalu di Allentown, Amerika Serikat (AS).
Hadir pada pencanangan pembangunan pabrik Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina (Persero) Heru Setiawan, Direktur Utama PT Air Products Indonesia Triwidio Pramono, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) Budi Gunadi Sadikin, Sekretaris Daerah Provinsi Riau Ahmad Hijazi dan Wakil Bupati Inhu Khairizal.
Koalasi tiga perusahaan, kata Arviyan Arifin sepakat untuk bekerja sama dalam gasifikasi batu bara untuk mengubah batu bara berkalori rendah menjadi produk akhir yang memiliki nilai tambah.
"Kami juga telah bersepakat untuk mendirikan perusahaan patungan yang bergerak di bidang bisnis pengolahan batubara dan produk turunannya," terang Arviyan.
Kesepakatan itu, kata dia, dituangkan dalam pokok-pokok perjanjian pembentukan perusahaan patungan hilirisasi mulut tambang batu bara PTBA Peranap. Melalui teknologi gasifikasi, batubara akan diubah menjadi syngas yang akan akan di proses menjadi produk akhir.
Arviyan menyampaikan, PTBA nantinya akan menyuplai batubara dari area tambang Peranap ke perusahaan patungan untuk diolah menjadi produk akhir oleh Pertamina.
Sementara untuk optimasi desain teknologi, akan dilakukan Air Products and Chemicals, Inc. Wilayah tambang PTBA di Peranap, Inhu, akan menjadi lokasi gasifikasi batubara karena memiliki cadangan besar batu bara kalori rendah. Dengan adanya proyek gasifikasi batu bara di mulut tambang Peranap ini, tentunya akan dapat menghidupkan dan mengoptimalisasi sumber daya alam batubara Peranap untuk ketahanan energi nasional dan kesejahteraan masyarakat.
"Nantinya, batu bara kalori rendah yang berasal dari tambang PTBA Peranap, Riau akan diolah menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi DME. DME inilah yang akan digunakan oleh Pertamina sebagai substitusi LPG," ujar Arviyan.
DME yang digunakan untuk substitusi LPG ini merupakan salah satu langkah sinergi BUMN dan langkah Pertamina untuk dapat menekan impor LPG. Langkah ini dinilai sebagai langkah strategis secara nasional. Setelah pencanangan, akan dilakukan tahap selanjutnya yakni konstruksi pembangunan pabrik.
"Usaha hilirisasi batubara di mulut tambang batu bara Peranap ini memiliki kapasitas 1,4 juta ton DME pertahun dengan kebutuhan batubara sebesar 9,2 juta ton per tahun yang direncanakan mulai beroperasi pada 2022 mendatang," sebut Arviyan.
Di samping itu, PTBA ingin terus tumbuh dan berkembang bersama masyarakat sekitar, membangun hubungan yang harmonis di tengah lingkungan yang lestari dan dapat memberi manfaat seluas-luasnya.
Pada kesempatan ini pula, PTBA memberikan bantuan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) untuk lebih dari 1400 penerima manfaat masyarakat di Indragiri Hulu berupa bantuan beasiswa Ayo Sekolah untuk siswa SD hingga SMA, bantuan BPJS kesehatan, pembangunan infrastuktur, pemasangan sambungan lisrik ke rumah dan lampu jalan, mobil ambulans, pengobatan gratis serta pemberdayaan masyarakat.
Sementara Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Milawarma yang ikut meluncurkan secara resmi produksi perdana batu bara di Desa Semelinang Tebing, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau mengatakan pengiriman dan penjualan produksi pertama sekaligus menandai resminya operasi PTBA di Peranap.
"Dalam beberapa waktu ke depan, secara berkesinambungan perusahaan ini akan bersinergi dengan Pemkab Indragiri Hulu untuk mewujudkan pengembangan masyarakat," kata Milawarma.
"Di manapun PTBA berada, kami berkomitmen memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui peluang-peluang ekonomi, lapangan pekerjaan, serta berbagai aspek sosial lainnya," sambung Milawarma.
Sebagai BUMN pertambangan, PTBA juga memiliki kewajiban secara regional dan nasional berupa pajak, retribusi dan royalti. Kontribusi ini merupakan sebuah input pendapatan pemerintah dalam menunjang pembangunan.
Komisaris Utama PTBA Patrialis Akbar mengatakan Peranap akan dikembangkan layaknya Tanjung Enim di Sumatera Selatan yang juga merupakan wilayah operasi PTBA dimana sejumlah program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) telah berhasil meningkatkan taraf ekonomi dan sosial masyarakat.
"Kami sudah membawa perwakilan Peranap ke Tanjung Enim, daerah itu telah berkembang dan masyarakatnya makin makmur. Kami bertekad menerapkan hal yang sama," jelas Patrialis.
Patrialis kembali menyebutkan, tindakan nyata perusahaan yang beroperasi di daerah dalam mengembangkan masyarakat adalah sebuah keharusan.
Untuk itu, ia mengimbau agar semua perusahaan yang ada di Indragiri Hulu melaksanakan hal serupa yang seyogianya menjadi kewajiban perusahaan.
"Kewajiban-kewajiban sosial ini harus dilakukan. Mulai sekarang tidak ada perusahaan di daerah yang tidak melakukan pembinaan dan mengembangkan perekonomian masyarakat. Itu adalah hak yang mesti dibayarkan," ucap Patrialis yang langsung disambut antusias masyarakat dan petinggi Kecamatan Peranap di lokasi tambang.
Camat Peranap Ardiansyah Eka Putra mengatakan pengembangan sektor ekonomi dan sosial merupakan hal terpenting yang mesti diperhatikan secara bersama.Dia berharap PTBA mampu meningkatkan sumber daya manusia, menciptakan lapangan pekerjaan, menstimulasi sektor bisnis daerah dan mengalirkan bantuan modal.
"Selain pembangunan fisik, pengembangan sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting dan diharapkan. Kami di sini berharap dengan adanya PTBA, taraf ekonomi dan sosial masyarakat dapat ditingkatkan," lanjutnya.
Cadangan batu bara sampai 40 tahun
Menurut Milawarma, di kawasan pertambangan Peranap terdapat setidaknya sumber daya batu bara sebesar 792 juta ton dengan cadangan tertambang 367 juta ton. Angka tersebut akan memasok hasil tambang selama 40 tahun.
"Kami memperkirakan kapasitas produksi sekitar 10 juta per tahun dan secara bertahap akan ditingkatkan. Dengan demikian, potensi di sini bisa di tambang selama 40 tahun," katanya.
Kawasan pertambangan batubara Peranap terdiri dari perbukitan dengan luas sekitar 18.230 hektare. Di lokasi ini dilaksanakan sistem pertambangan terbuka dengan potensi kecelakaan yang kecil. Selain itu, di mulut tambang juga akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) bertenaga 2 x 300 MW untuk menunjang aktivitas pertambangan.
Tahap awal, PTBA di Peranap memproduksi 500 ribu ton batu bara dengan India sebagai negara tujuan ekspor utama. Selanjutnya, kenaikan produksi akan digenjot hingga 2016 mendatang di mana perkiraan kemampuan produksi akan berkisar 2,5 juta ton per tahun.Dari hasil kajian yang sudah dilakukan PTBA, batu bara di wilayah ini termasuk jenis yang sangat cocok untuk bahan bakar methanol dan SNG setelah melalui proses gasifikasi.
Tingkat kalori batubara Peranap berada pada standar BA 53 (53.000 kilo kalori per kilogram) yang dapat ditingkatkan melalui proses coal upgrading sehingga lebih diminati oleh pasar domestik dan luar negeri. (*)
Tags : Riau, Pekanbaru, batu bara, News, Batubara Penyumbang Devisa Besar,